Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3265 | 23 Oct 2024
Klinis : DS: Pasien merasa ingin sendiri dan hidupnya sudah tidak ada harapan lagi. DO: Pasien tampak berperilaku pasif dan sedih. berdasarkan pada data tersebut, maka diagnosa keperawatannya adalah ... * 6 poin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) yang menunjukkan bahwa pasien merasa ingin sendiri dan hidupnya sudah tidak ada harapan lagi, serta data objektif (DO) yang menunjukkan bahwa pasien tampak berperilaku pasif dan sedih, maka diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Bunuh Diri
Penjelasan:
Risiko Bunuh Diri merupakan kondisi di mana individu menunjukkan tanda dan gejala yang mengarah pada keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini sesuai dengan data yang diberikan, di mana pasien merasa hidupnya sudah tidak ada harapan lagi dan menunjukkan perilaku pasif serta sedih, yang dapat menjadi indikasi adanya risiko bunuh diri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Bunuh Diri didefinisikan sebagai "Kondisi di mana individu menunjukkan tanda dan gejala yang mengarah pada keinginan untuk mengakhiri hidupnya."
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Beberapa luaran yang dapat diukur dalam kasus ini adalah penurunan risiko bunuh diri, peningkatan koping, dan peningkatan harapan hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian dukungan emosional, penerapan strategi manajemen stres, pengembangan harapan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah dan mengelola risiko bunuh diri. -
Article No. 3266 | 23 Oct 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan pada pasien denga masalah istirahat dan tidur, kecuali ... * 5 poin Gangguan pola tidur b.d nyeri Koping individu tidak efektif b.d insomnia Gangguan aktivitas fisik b.d nyeri Gangguan konsep diri b.d penyimpangan hipersomnia Cemas b.d ketidakmampuan untuk tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam menangani kondisi pasien dengan masalah istirahat dan tidur, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah mengembangkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) sebagai panduan bagi perawat dalam praktik keperawatan. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan yang sesuai, kecuali:
1. Gangguan pola tidur b.d nyeri:
- SDKI: Gangguan pola tidur adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan jumlah dan kualitas tidur yang dibutuhkan.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola tidur yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat berupa manajemen nyeri, teknik relaksasi, dan edukasi tentang pola tidur yang sehat.
2. Koping individu tidak efektif b.d insomnia:
- SDKI: Koping individu tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk melakukan penilaian dan tindakan yang tepat untuk mengatasi stresor.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan koping yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat berupa terapi kognitif-perilaku, teknik manajemen stres, dan konseling.
3. Gangguan aktivitas fisik b.d nyeri:
- SDKI: Gangguan aktivitas fisik adalah ketidakmampuan untuk melakukan gerakan tubuh yang diinginkan.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan aktivitas fisik yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat berupa manajemen nyeri, latihan fisik yang sesuai, dan peningkatan mobilisasi.
4. *Gangguan konsep diri b.d penyimpangan hipersomnia:*
- Gangguan konsep diri adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan persepsi positif tentang diri sendiri.
- Hipersomnia adalah kondisi di mana seseorang mengalami tidur yang berlebihan dan sulit untuk terjaga.
- Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan pola tidur b.d hipersomnia", bukan "Gangguan konsep diri b.d penyimpangan hipersomnia".
5. Cemas b.d ketidakmampuan untuk tidur:
- SDKI: Cemas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya atau masalah.
- SLKI: Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang menurun.
- SIKI: Intervensi keperawatan dapat berupa terapi relaksasi, manajemen stres, dan terapi kognitif-perilaku.
Jadi, diagnosa keperawatan yang tidak sesuai adalah "Gangguan konsep diri b.d penyimpangan hipersomnia". -
Article No. 3267 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita usia 37 tahun dirawat di ruang bedah dengan post op appendictomi. Hasil pengkajian didapatkan data pasien mengeluh badannya gatal-gatal dan keluarga mengatakan pasien tidak dapat mandi sendiri. Kuku dan rambut tampak kotor, kulit berminyak, badan bau. Kebutuhan dasar apakah yang terganggu pada pasien? * 5 poin Personal hygiene Istirahat dan tidur Aktivitas Nutrisi Cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas kondisi pasien yang Anda paparkan berdasarkan kerangka SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Kebersihan Diri (Self-Care Deficit)
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan kebersihan diri ditandai dengan keluhan gatal-gatal, penampilan kotor pada kuku, rambut, dan kulit yang berminyak serta bau badan. Hal ini menunjukkan adanya ketidakmampuan pasien dalam merawat kebersihan dirinya secara mandiri.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Bantu pasien mandi dan membersihkan diri
- Ajarkan teknik perawatan diri yang benar
- Motivasi pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri
Luaran Keperawatan (SIKI):
- Pasien dapat mempertahankan kebersihan diri yang optimal
- Pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
Selain itu, berdasarkan data yang diberikan, kebutuhan dasar lain yang terganggu pada pasien adalah:
2. Gangguan Istirahat dan Tidur
Pasien mungkin mengalami gangguan istirahat dan tidur akibat efek samping atau komplikasi dari tindakan pembedahan.
3. Gangguan Aktivitas
Pasien tidak dapat mandi sendiri, menunjukkan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Gangguan Nutrisi
Pasien mungkin mengalami gangguan nutrisi akibat efek samping atau komplikasi dari tindakan pembedahan.
5. Gangguan Cairan dan Elektrolit
Pasien mungkin mengalami gangguan cairan dan elektrolit akibat efek samping atau komplikasi dari tindakan pembedahan.
Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien secara holistik. -
Article No. 3268 | 23 Oct 2024
Klinis : Demam sudah satu minggu, sudah berobat kalau minum obat panasnya turun, setelah itu panas lagi, nyeri menelan+, mual muntah -, batuk kontak dg penderita gondongan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda berikan dengan nada akademis dan persona sebagai perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (Fever) berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas suhu normal sebagai respons fisiologis terhadap berbagai rangsangan atau stimulus.
- Tanda dan gejala yang muncul pada kasus ini adalah demam yang berlangsung selama satu minggu, nyeri saat menelan, dan kontak dengan penderita gondongan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan pada kasus ini adalah klien dapat mengendalikan suhu tubuh, nyeri menelan berkurang, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen demam (kompres hangat, pemberian antipiretik), manajemen rasa nyeri, dan edukasi pencegahan penularan penyakit.
Oleh karena itu, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (Fever) berhubungan dengan proses penyakit infeksi. Perawat perlu melakukan intervensi yang komprehensif untuk mengelola kondisi demam dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 3269 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun telah didiagnosa mengalami ALL berdasarkan pemeriksaan lumbal pungsi dan BMP dan akan direncanakan untuk memperoleh terapi kemoterapi, sehingga dilakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu leukosit 350.000/ µL, neutrophil 0%, Hb 9,5gr/dL, dan trombosit 160.000/ µL. Dari hasil pengkajian perawat didapatkan data yaitu anak mengelus lemas, penurunan nafsu makan dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Apa diagnosis keperawatan utama yang dapat diangkat dari kasus di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kasus yang Anda paparkan, diagnosis keperawatan utama yang dapat diangkat adalah:
Diagnosis Keperawatan: Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat peningkatan jumlah leukosit dan penurunan jumlah neutrofil.
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), Risiko Infeksi didefinisikan sebagai risiko rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam kasus ini, anak laki-laki berusia 8 tahun dengan diagnosis ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia) memiliki hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan jumlah leukosit hingga 350.000/µL dan penurunan jumlah neutrofil menjadi 0%. Kondisi ini menyebabkan penurunan sistem imun, sehingga anak berisiko tinggi mengalami infeksi.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah:
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Klien menunjukkan peningkatan sistem imun.
3. Klien menunjukkan pemulihan fungsi fisiologis.
Kemudian, berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pemantauan dan pencatatan tanda-tanda infeksi.
3. Pemberian edukasi kepada keluarga mengenai pencegahan infeksi.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antibiotik atau antineoplastik yang sesuai.
Diagnosis keperawatan ini menjadi prioritas utama karena kondisi penurunan sistem imun akibat efek samping kemoterapi dapat memicu terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kondisi kesehatan anak. -
Article No. 3270 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang anak dengan ALL telah menjalani prosedur kemoterapi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi anak setelah kemoterapi. Hasil pemeriksaan menunjukkan Hb 10 gr/dL, RBC 3.500.000/uL, leukosit 123.000/uL. Diagnosis utama dari anak tersebut yaitu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan menggunakan standar diagnosa keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi seorang anak dengan ALL yang telah menjalani kemoterapi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Kemoterapi, perubahan status fisiologis.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, penurunan kadar hemoglobin, penurunan jumlah sel darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan perbaikan status nutrisi.
- Kriteria Hasil: Kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, dan jumlah sel darah putih dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status nutrisi, pemberian suplemen nutrisi, edukasi tentang kebutuhan nutrisi selama perawatan.
Jadi, diagnosa keperawatan utama untuk anak dengan ALL yang telah menjalani kemoterapi dengan hasil pemeriksaan Hb 10 gr/dL, RBC 3.500.000/uL, dan leukosit 123.000/uL adalah Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh. Perawat perlu melakukan intervensi yang tepat untuk memantau dan memperbaiki status nutrisi klien. -
Article No. 3271 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang anak dengan ALL telah menjalani prosedur kemoterapi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi anak setelah kemoterapi. Hasil pemeriksaan menunjukkan Hb 10 gr/dL, RBC 3.500.000/uL, leukosit 123.000/uL. Diagnosis utama dari anak tersebut yaitu Select one: a. kelemahan b. risiko cidera c. risiko infeksi d. risiko syok e. gangguan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
c. Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), risiko infeksi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan." Pada anak dengan ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia) yang telah menjalani kemoterapi, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin (Hb 10 gr/dL) dan penurunan jumlah sel darah merah (RBC 3.500.000/uL), serta peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit 123.000/uL). Kondisi ini menandakan adanya penurunan sistem imun, yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang dapat dicapai terkait risiko infeksi antara lain mencakup status imunologi, integritas kulit, dan bebas infeksi.
Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko infeksi pada pasien ini mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan status imunologis, pengelolaan nutrisi, dan pencegahan infeksi. -
Article No. 3272 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien SLE datang dengan kemerahan pada wajah dan kebotakan menceritakan kepada perawat jika dia membenci bagian tubuhnya dan tidak akan pergi kemana-mana selain ke klinik kesehatan, tempat anda bekerjA. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah Select one: a. Gangguan interaksi sosial bd hilangnya kemampuan sosial b. Intoleran aktifitas bd fatig dan inaktifitas c. Isolasi sosial bd tidak nyaman dengan dampak SLE d. Gangguan integritas kulit bd gatal dan kerontokan rambut e. Berduka berhubungan denga harga diri rendah karena menderita SLE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk pasien SLE dengan kemerahan pada wajah dan kebotakan adalah:
d. Gangguan integritas kulit bd gatal dan kerontokan rambut
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Gangguan integritas kulit
- Definisi: Kerusakan atau perubahan pada kulit dan membran mukosa.
- Penyebab: Salah satunya adalah penyakit sistemik seperti Lupus Eritematosus Sistemik (SLE).
- Gejala: Kemerahan pada kulit, kebotakan, dan gejala lain terkait perubahan pada kulit.
Penjelasan singkat:
Pasien SLE mengalami kemerahan pada wajah dan kebotakan, yang merupakan manifestasi dari gangguan integritas kulit akibat penyakit sistemik SLE. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah "Gangguan integritas kulit bd gatal dan kerontokan rambut". -
Article No. 3273 | 23 Oct 2024
Klinis : Anak dengan diagnosis medis leukemia dapat menunjukkan beberapa manisfetasi berikut ini yaitu Select one: a. Peningkatan jumlah blast (leukosit imatur) b. Penurunan jumlah blast (leukosit imatur) c. Penurunan semua komponen darah d. Peningkatan jumlah erirosit e. Peningkatan junlah trombosit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
a. Peningkatan jumlah blast (leukosit imatur)
Penjelasan:
Pada anak dengan diagnosis medis leukemia, peningkatan jumlah blast (leukosit imatur) merupakan salah satu manifestasi yang sering terlihat. Leukemia adalah kanker darah yang ditandai dengan peningkatan produksi sel darah putih yang tidak normal (blast). Blast ini akan menggantikan sel darah normal, sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah lainnya seperti eritrosit dan trombosit.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Penurunan Jumlah Sel Darah". Kode diagnosa ini adalah 00257. Manifestasi klinis yang dapat muncul antara lain peningkatan jumlah blast (leukosit imatur), mudah lelah, perdarahan, dan infeksi.
Terkait SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang dapat diterapkan adalah "Pemulihan Fungsi Hematologis" dengan kode 1705. Sedangkan untuk SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Pemberian Obat" dengan kode 6340. -
Article No. 3274 | 23 Oct 2024
Klinis : Tekanan darah 90/70 Akral dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu tekanan darah 90/70 mmHg dan akral dingin, maka berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Volume Cairan
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Volume Cairan didefinisikan sebagai pengurangan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Karakteristik utama: tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg, akral dingin, dan penurunan turgor kulit.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Indikator: Tekanan darah dalam batas normal, akral hangat, dan turgor kulit baik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan:
1) Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi) secara berkala.
2) Kaji status hidrasi (turgor kulit, mukosa oral, dan keadaan akral).
3) Berikan cairan intravena (jika perlu) sesuai kondisi pasien.
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab penurunan volume cairan.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami penurunan volume cairan yang ditandai dengan tekanan darah rendah (90/70 mmHg) dan akral dingin. Perawat perlu segera melakukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.