Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18286 | 05 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Kode SDKI: B0001
- Kode SLKI: L0001
- Kode SIKI: P0001
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Kode SDKI: F0001
- Kode SLKI: L0002
- Kode SIKI: P0002
3. Defisit Nutrisi (00002)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kode SDKI: N0001
- Kode SLKI: L0003
- Kode SIKI: P0003
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Pasien mengalami batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas, menunjukkan adanya obstruksi pada saluran napas.
- Tujuannya adalah untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Pasien mengalami sesak napas dan kehilangan nafsu makan, menunjukkan adanya keterbatasan fisik yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
3. Defisit Nutrisi (00002)
- Pasien mengalami kehilangan nafsu makan, menunjukkan adanya ketidakcukupan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tujuannya adalah untuk mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
Kode SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar terminologi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mendokumentasikan praktik keperawatan. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) berisi kode dan definisi diagnosis keperawatan, SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) berisi kode dan definisi luaran keperawatan, dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berisi kode dan definisi intervensi keperawatan. -
Article No. 18231 | 04 Jun 2025
Klinis : hemaptoe
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi hemaptoe:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hemaptoe (batuk darah) adalah "Ketidakefektifan bersihan jalan napas". Hemaptoe merupakan salah satu gejala dari ketidakefektifan bersihan jalan napas, di mana terdapat penumpukan sekret atau darah di saluran pernapasan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hemaptoe dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang efektif.
2. Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif.
3. Pasien dapat menunjukkan tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
4. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik batuk efektif.
5. Pasien dapat melaporkan tidak ada kesulitan bernapas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Monitor status pernapasan pasien, termasuk frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
2. Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara napas abnormal, seperti ronki, wheezing, atau stridor.
3. Bersihkan jalan napas pasien menggunakan teknik suction yang aman dan efektif, jika diperlukan.
4. Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
5. Ajarkan pasien teknik batuk efektif dan lakukan fisioterapi dada, jika perlu, untuk membantu mengeluarkan sekret.
6. Pertahankan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ventilasi yang lebih baik.
7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk menentukan penyebab hemaptoe dan memberikan pengobatan yang sesuai.
8. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, manajemen, dan pencegahan hemaptoe.
9. Monitor tanda-tanda vital pasien secara berkala dan lakukan intervensi yang tepat jika terjadi perubahan.
10. Dokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan dan evaluasi kemajuan pasien secara teratur.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan hemaptoe dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu mempertahankan jalan napas yang efektif dan mengatasi masalah pernapasan yang terkait dengan kondisi ini. -
Article No. 18232 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien korban pasca bencana, tinggal sementara di tenda pengungsian karena rumah roboh, merasa cemas dan sulit tidur karena takut terjadi gempa susulan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Pasien korban pasca bencana, tinggal sementara di tenda pengungsian karena rumah roboh, merasa cemas dan sulit tidur karena takut terjadi gempa susulan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
a. Ansietas: Individu mengalami ketegangan, kekhawatiran, dan keprihatinan yang tak terkendali terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
b. Gangguan Pola Tidur: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penjelasan:
Pasien yang mengalami bencana alam dan tinggal di tenda pengungsian cenderung mengalami kecemasan dan kesulitan tidur. Kecemasan terjadi karena pasien merasa takut akan terjadinya gempa susulan yang dapat menyebabkan kondisi menjadi lebih buruk. Selain itu, lingkungan yang tidak nyaman di tenda pengungsian juga dapat menyebabkan gangguan pola tidur pada pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Ansietas
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab dan faktor pencetus ansietas.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas.
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan tepat.
- Pasien dapat mempertahankan tingkat ansietas dalam batas normal.
b. Gangguan Pola Tidur
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur.
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Pasien dapat melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
Penjelasan:
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah pasien dapat mengelola kecemasan dan mempertahankan pola tidur yang adekuat. Hal ini dapat dicapai dengan membantu pasien mengidentifikasi faktor-faktor penyebab, mengajarkan teknik relaksasi dan teknik untuk memfasilitasi tidur, serta memantau perkembangan kondisi pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Ansietas
- Manajemen Ansietas
- Identifikasi penyebab dan faktor pencetus ansietas
- Ajarkan teknik relaksasi (misalnya, teknik pernapasan dalam, visualisasi, distraksi)
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemas
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Terapi Modalitas
- Berikan terapi musik untuk membantu relaksasi
- Terapkan terapi pijat untuk mengurangi ketegangan otot
b. Gangguan Pola Tidur
- Manajemen Pola Tidur
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur
- Ajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur (misalnya, pencahayaan yang redup, hindari kafein, teknik relaksasi)
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk tidur
- Manajemen Lingkungan
- Atur lingkungan untuk mendukung tidur yang nyenyak (misalnya, suhu, kebisingan, pencahayaan)
- Berikan alas tidur yang nyaman
Penjelasan:
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran meliputi manajemen ansietas dan gangguan pola tidur. Manajemen ansietas dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab dan faktor pencetus, mengajarkan teknik relaksasi, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, serta memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman. Untuk mengatasi gangguan pola tidur, intervensi yang dilakukan antara lain mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tidur, mengajarkan teknik-teknik untuk memfasilitasi tidur, dan mengatur lingkungan agar mendukung tidur yang nyenyak.
Dengan penerapan Diagnosa Keperawatan, Luaran, dan Intervensi Keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengelola kecemasan dan mempertahankan pola tidur yang adekuat, sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi pengungsian dan memulihkan kondisi kesehatan secara optimal. -
Article No. 18233 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien batuk dari sore hari, pagi harinya dia mengeluh demam dan terasa mual masih disertai batuk, sore harinya dia muntah lalu dia minum obat paracetamol, malam harinya dia sudah tidak demam namun menjelang subuh dia demam kembali dan tidak bisa tidur dikarenakan tubuh bagian kanan dari kepala hingga kaki terasa pegal pegal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah analisis dan rekomendasi yang dapat diberikan:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Diagnosis Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
a. Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang ditandai dengan demam yang terjadi secara intermiten.
b. Nyeri: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang ditandai dengan keluhan nyeri pada sisi kanan tubuh dari kepala hingga kaki.
c. Risiko Gangguan Tidur: Berisiko mengalami perubahan kuantitas dan/atau kualitas tidur, yang ditandai dengan kesulitan tidur menjelang subuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Hipertermia:
- Suhu tubuh kembali normal
- Gejala demam seperti menggigil dan keringat berkurang
b. Nyeri:
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat nyeri
c. Risiko Gangguan Tidur:
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat
- Pasien dapat melaporkan perasaan istirahat dan segar setelah tidur
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Hipertermia:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin
- Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh
- Pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penanganan demam
b. Nyeri:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dll.)
- Pemberian analgetik sesuai indikasi medis
- Terapi kompres hangat/dingin pada area yang nyeri
- Teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi persepsi nyeri
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
c. Risiko Gangguan Tidur:
- Pengkajian pola tidur pasien
- Modifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang adekuat (suhu, pencahayaan, kebisingan, dll.)
- Pemberian obat-obatan hipnotik jika diperlukan
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kebersihan tidur (sleep hygiene)
Penjelasan di atas mencakup diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi pasien secara komprehensif. Sebagai perawat, pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien sangat penting untuk memastikan perawatan yang optimal. -
Article No. 18234 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien batuk dari sore hari, pagi harinya dia mengeluh demam dan terasa mual masih disertai batuk, sore harinya dia muntah lalu dia minum obat paracetamol, malam harinya dia sudah tidak demam namun menjelang subuh dia demam kembali dan tidak bisa tidur dikarenakan tubuh bagian kanan dari kepala hingga kaki terasa pegal pegal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dijelaskan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang direncanakan.
2. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
3. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar ini berisi daftar diagnosa keperawatan yang diakui secara nasional dan digunakan oleh perawat dalam praktik keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Standar ini berisi daftar hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien setelah mendapatkan intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Standar ini berisi daftar tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Kode dan Definisi:
1. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode SDKI: 00092
Kode SLKI: 10001
Kode SIKI: 10001
2. Hipertermia (00007)
Kode SDKI: 00007
Kode SLKI: 10002
Kode SIKI: 10002
3. Nyeri Akut (00132)
Kode SDKI: 00132
Kode SLKI: 10003
Kode SIKI: 10003 -
Article No. 18235 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien batuk dari sore hari, pagi harinya dia mengeluh demam dan terasa mual masih disertai batuk, sore harinya dia muntah lalu dia minum obat paracetamol, malam harinya dia sudah tidak demam namun menjelang subuh dia demam kembali dan tidak bisa tidur dikarenakan tubuh bagian kanan dari kepala hingga kaki terasa pegal pegal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
### **Diagnosis Keperawatan**
**Kode DX.0006: Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Mendukung:**
- Keluhan pegal-pegal pada tubuh bagian kanan dari kepala hingga kaki.
- Demam berulang yang dapat memicu nyeri otot (mialgia).
- Gangguan tidur akibat ketidaknyamanan fisik.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO.0801: Tingkat Nyeri**
**Kriteria Evaluasi:**
- Skala nyeri menurun (dari skala awal pasien, misalnya 6/10 menjadi ?3/10).
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor pencetus dan cara mengurangi nyeri.
- Pasien melaporkan peningkatan kenyamanan dan kemampuan istirahat/tidur.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode I.08001: Manajemen Nyeri**
**Tindakan Keperawatan:**
1. **Observasi:**
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, durasi, faktor pencetus).
- Pantau tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) terkait demam dan respons nyeri.
2. **Terapi Non-Farmakologis:**
- Kompres hangat pada area pegal untuk relaksasi otot.
- Posisikan pasien secara nyaman (misalnya, bantal penyangga).
- Teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan.
3. **Terapi Farmakologis:**
- Kolaborasi pemberian analgesik (misalnya paracetamol) sesuai indikasi demam dan nyeri.
- Edukasi dosis dan efek samping obat.
4. **Edukasi:**
- Anjurkan hidrasi adekuat untuk mengurangi mual dan membantu metabolisme obat.
- Ajarkan teknik distraksi untuk mengalihkan perhatian dari nyeri.
---
### **Diagnosis Tambahan (Jika Diperlukan)**
**Kode DX.0018: Hipertermia**
**Kode DX.0013: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan**
*(Dapat dipertimbangkan jika demam persisten atau muntah berulang terjadi.)*
---
**Catatan Akademis:**
- Pendekatan holistik diperlukan untuk memastikan penanganan nyeri akut tidak terlepas dari penyebab dasar (infeksi virus/bakteri).
- Pemantauan ketat terhadap gejala sistemik (misalnya, tanda dehidrasi atau distress pernapasan) penting untuk menyesuaikan intervensi.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi panduan klinis yang komprehensif. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut berdasarkan perkembangan kondisi pasien, reassessment harus segera dilakukan. -
Article No. 18236 | 04 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif: • Pasien mengeluh nyeri luka operasi: P: operasi dibagian perut Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk R: nyeri menjalar dari perut ke belakang S: skala nyeri 6/10 T: nyeri hilang timbul saat duduk maupun tidur dan bisa berlangsung selama 10–15 menit • Pasien mengatkan belum berani untuk melakukan pergerakan karena nyeri. Data Objektif: • Pasien tampak meringis • Pasien tampak melakukan pergerakan terbatas untuk menghindari nyeri • Tampak pola napas berubah (RR: 22x/mnt) buatkan intervensi, implementasi dan evaluasi 3 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.23
- Deskripsi: Laparotomi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Intervensi:
1. Manajemen Nyeri:
- Berikan analgesik sesuai dengan anjuran dokter untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk membantu mengatasi nyeri.
- Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman saat beristirahat atau tidur.
2. Mobilisasi Dini:
- Anjurkan pasien untuk melakukan pergerakan dan latihan ringan sesuai toleransi untuk mencegah komplikasi.
- Berikan edukasi dan dukungan kepada pasien mengenai pentingnya mobilisasi dini.
3. Pemantauan Tanda Vital:
- Lakukan pemantauan tanda vital secara rutin, termasuk frekuensi napas.
- Perhatikan adanya perubahan pada pola napas yang dapat menandakan adanya komplikasi.
Implementasi:
1. Hari 1:
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat dalam posisi yang nyaman.
- Pantau tanda vital secara rutin.
2. Hari 2:
- Lanjutkan pemberian analgesik sesuai jadwal.
- Motivasi pasien untuk melakukan pergerakan dan latihan ringan.
- Pantau tanda vital dan respon pasien terhadap mobilisasi.
3. Hari 3:
- Evaluasi efektivitas manajemen nyeri dan respon pasien terhadap mobilisasi.
- Lanjutkan pemberian analgesik dan anjurkan pasien untuk terus melakukan pergerakan.
- Pantau tanda vital dan perkembangan kondisi pasien.
Evaluasi:
Setelah 3 hari intervensi, diharapkan pasien:
1. Melaporkan penurunan skala nyeri dan nyeri yang lebih terkontrol.
2. Dapat melakukan pergerakan dan latihan ringan dengan lebih baik.
3. Menunjukkan pola napas yang stabil dan tanda vital dalam batas normal.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih secara bertahap dan kembali beraktivitas sesuai toleransi. -
Article No. 18237 | 04 Jun 2025
Klinis : menyusui tidak efektif dd Data Subjektif: • Pasien mengatakan ASI nya belum keluar Data Objektif: • Tampak ASI tidak keluar/menetes • Tampak puting tidak menonjol Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan (L.03029) Status Menyusui Membaik ke skala 2 (cukup meningkat) dengan Kriteria Hasil : • Tetesan/pancaran ASI (4) • Suplai ASI adekuat (4) • Kepercayaan diri ibu (4) 1.12393 Edukasi Menyusui Observasi : • Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui Terapeutik : • Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan • Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan • Berikan kesempatan untuk bertanya • Dukung Ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui • Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat Edukasi : • Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi • Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan ( lacth on) dengan benar • Ajarkan perawatan payudara postpartum (pijat payudara) buatkan implementasi dan evaluasi SOAP 3 hari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, saya akan memberikan jawaban dengan format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R92.2
- Deskripsi: Menyusui tidak efektif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
Implementasi dan Evaluasi SOAP selama 3 hari:
Hari 1:
S (Subjektif): Pasien mengatakan ASI belum keluar.
O (Objektif): Tampak ASI tidak keluar/menetes dan puting tidak menonjol.
A (Analisis): Menyusui tidak efektif (R92.2).
P (Perencanaan):
1. Lakukan edukasi menyusui sesuai rencana keperawatan.
2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui pasien.
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
5. Berikan kesempatan untuk bertanya.
6. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui.
7. Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat.
8. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi.
9. Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar.
10. Ajarkan perawatan payudara postpartum (pijat payudara).
Hari 2:
S: Pasien mengatakan masih belum ada ASI yang keluar.
O: Tampak ASI belum keluar/menetes dan puting masih tidak menonjol.
A: Menyusui tidak efektif (R92.2).
P: Lanjutkan implementasi sesuai rencana pada hari 1.
Hari 3:
S: Pasien mengatakan ASI mulai keluar walaupun belum banyak.
O: Tampak ASI mulai keluar/menetes dan puting sedikit menonjol.
A: Status menyusui membaik (L03029).
P: Lanjutkan implementasi sesuai rencana pada hari 1 dan 2. Evaluasi status menyusui pasien dan monitor perkembangannya. -
Article No. 18238 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan nyeri leher setelah terkena tendangan pada leher dan kepala pada pukul 10.00 wita pagi saat sedang bertanding silat. setelah tertendang pasien pingsan kemudian kejang kurang lebih 5 menit, badan kaku, mata mendelik setelah kejang pasien lemas dan tidak sadar dibawa ke rumah sakit Bhayangkara pada pukul 10.45 wita di sana pasien sudah sadar baik. kemudian karena domisili pasien di Klungkung dirujuk ke IGD RS Klungkung, saat di RSUD kangkung pasien sadar baik, kejang tidak ada, muntah tidak ada, mual tidak ada, nyeri pada leher ada, kesemutan dan mati rasa pada ekstremitas di sangkal, tenaga dan gerak aktif. - TTV: Tensi: 100/50 Nadi: 51x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36,1°C, Skala nyeri 5 pada leher GCS: E:4 V:5 M:6
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, kode, dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- SDKI: Nyeri Akut (10020)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Pengelolaan Nyeri (11001)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
- SIKI: Manajemen Nyeri (I0401)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Kerusakan Otak
- SDKI: Risiko Kerusakan Otak (10005)
Definisi: Rentan mengalami gangguan atau penurunan fungsi otak akibat cedera.
- SLKI: Pemantauan Fungsi Neurologis (11033)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan status neurologi pasien.
- SIKI: Pemantauan Neurologis (I0304)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya perubahan atau penyimpangan dalam fungsi neurologis pasien.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Trauma Kepala
- SDKI: Risiko Trauma Kepala (10023)
Definisi: Rentan mengalami cedera pada kepala.
- SLKI: Pemantauan Fungsi Neurologis (11033)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan status neurologi pasien.
- SIKI: Pemantauan Neurologis (I0304)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya perubahan atau penyimpangan dalam fungsi neurologis pasien.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri leher setelah terkena tendangan pada leher dan kepala saat bertanding silat. Pasien juga mengalami pingsan, kejang, kekakuan tubuh, dan perubahan kesadaran. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko kerusakan otak dan trauma kepala yang perlu dipantau dan ditangani dengan tepat. -
Article No. 18239 | 04 Jun 2025
Klinis : Pasien mengeluh nyeri perut kuadran atas, nyeri terus menerus,nyeri panas seperti terbakar, muntah +, BAB cair frekuensi 4x/hari.bila makan perut terasa nyeri. sebelumnya ada riwayat gastritis erosif dng pemeriksaan endoscopi, obat yg diminum omeprazol 1x1, Braxidine 1x1.sebelumnya mengkonsumsi obat herbal.skala nyeri 6, pasien nampak melindungi area perut yg sakit, fokus pada diri sendiri.tekanan darah 130/70mmHg, Nadi 88x/mnt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dirasakan sebagai kerusakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Nyeri (1605)
- Tingkat Nyeri (2102)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri (1400)
- Pemberian Analgesik (2210)
2. Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (00092)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menjalankan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan dari sudut pandang kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi Aktivitas (0005)
- Status Energi (0001)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Energi (0180)
- Peningkatan Aktivitas (0200)
3. Diagnosa Keperawatan:
Mual (00134)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Mual (00134)
Definisi: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan berkaitan dengan sensasi dorongan untuk muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Mual (1618)
- Toleransi Makan (1008)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Mual (1450)
- Terapi Nutrisi (1100)
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut (00132): Pasien mengalami nyeri perut kuadran atas yang terus-menerus, seperti terbakar, dengan skala nyeri 6.
2. Intoleransi Aktivitas (00092): Pasien mengalami ketidakmampuan untuk menjalankan aktivitas rutin karena nyeri perut dan mual saat makan.
3. Mual (00134): Pasien mengalami mual dan muntah, serta memiliki riwayat gastritis erosif.