Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3322 | 24 Oct 2024
Klinis : Wheezing (terutama saat ekspirasi) Sesak napas Sesak dada Batuk, terutama di malam hari atau pagi hari Selama eksaserbasi akut: Meningkatnya kerja pernapasan Penggunaan otot aksesori Takipnea Takikardia Menurunnya laju aliran ekspirasi puncak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama normal yang dapat mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi.
Faktor yang Berhubungan: Obstruksi jalan napas, peningkatan upaya napas.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, penurunan kemampuan batuk.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Faktor yang Berhubungan: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Terutama disebabkan oleh obstruksi jalan napas yang menyebabkan peningkatan upaya napas.
- Dapat ditandai dengan wheezing (terutama saat ekspirasi), sesak napas, dan takipnea.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Disebabkan oleh peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan batuk.
- Dapat ditandai dengan sesak dada dan batuk, terutama di malam hari atau pagi hari.
3. Intoleransi Aktivitas:
- Disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, yang dapat ditandai dengan meningkatnya kerja pernapasan, penggunaan otot aksesori, dan menurunnya laju aliran ekspirasi puncak.
- Dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan kapasitas fungsional.
Pada kondisi eksaserbasi akut, dapat terjadi peningkatan gejala-gejala tersebut, seperti meningkatnya kerja pernapasan, penggunaan otot aksesori, takipnea, dan takikardia.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pasien. -
Article No. 3323 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 55 tahun sedang menjalani program pengobatan untuk gagal jantung kongestif yang telah ia derita selama 6 bulan terakhir. Saat berkunjung ke poliklinik untuk kontrol, pasien mengeluhkan bahwa ia mudah merasa lelah selama beraktivitas. Sebagai contoh, ketika ia bermain dengan cucunya yang berusia 2 tahun dan mencoba mengejarnya, ia tiba-tiba merasa sangat lelah dan mengalami sesak napas. Dalam pemeriksaan fisik, tekanan darah (TD) pasien tercatat 150/90 mmHg, nadi (N) 88 kali per menit, frekuensi napas (RR) 20 kali per menit, dan suhu tubuh (S) 36,7°C. Pasien memiliki tinggi badan 158 cm dengan berat badan 80 kg, menunjukkan indeks massa tubuh (IMT) yang tergolong overweight. Pada pengkajian lebih lanjut, ditemukan jugular vein distention (JVD) positif dan adanya edema pada ekstremitas bawah, yang seringkali menjadi tanda penumpukan cairan pada kondisi gagal jantung. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang sudah ia ketahui sejak 10 tahun yang lalu. Meskipun sudah menjalani terapi, ia mengaku sering kesulitan untuk minum obat secara teratur. Selain itu, ia juga masih sulit menghentikan kebiasaannya mengonsumsi makanan tinggi lemak, terutama makanan seperti jeroan. Saat ini, pasien tinggal bersama anak perempuannya dan menantunya, yang membantu merawatnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keterangan yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskular akibat gagal jantung kongestif.
2. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik berhubungan dengan kurangnya motivasi dan pemahaman pasien terhadap pengobatan.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan cairan akibat gagal jantung kongestif.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas:
SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah membantu pasien beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas, mempertahankan aktivitas yang masih dapat dilakukan, dan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, pelatihan aktivitas, dan edukasi terkait aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik:
SDKI: Ketidakmampuan secara mandiri mengatur atau mengintegrasikan pengobatan, terapi, gaya hidup, atau perilaku kesehatan untuk mencapai tujuan kesehatan yang diharapkan.
SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah membantu pasien memahami pentingnya pengobatan, mengembangkan strategi untuk meningkatkan kepatuhan, dan mengevaluasi efektivitas regimen terapeutik.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen obat, edukasi kesehatan, dan pengawasan pengobatan.
3. Kelebihan Volume Cairan:
SDKI: Akumulasi cairan yang berlebihan dalam satu atau lebih kompartemen tubuh.
SLKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda kelebihan cairan, mempertahankan keseimbangan cairan, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan, pembatasan asupan cairan, dan pemantauan tanda-tanda kelebihan cairan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, riwayat medis, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan intervensi keperawatan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, juga sangat penting dalam mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 3324 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 55 tahun sedang menjalani program pengobatan untuk gagal jantung kongestif yang telah ia derita selama 6 bulan terakhir. Saat berkunjung ke poliklinik untuk kontrol, pasien mengeluhkan bahwa ia mudah merasa lelah selama beraktivitas. Sebagai contoh, ketika ia bermain dengan cucunya yang berusia 2 tahun dan mencoba mengejarnya, ia tiba-tiba merasa sangat lelah dan mengalami sesak napas. Dalam pemeriksaan fisik, tekanan darah (TD) pasien tercatat 150/90 mmHg, nadi (N) 88 kali per menit, frekuensi napas (RR) 20 kali per menit, dan suhu tubuh (S) 36,7°C. Pasien memiliki tinggi badan 158 cm dengan berat badan 80 kg, menunjukkan indeks massa tubuh (IMT) yang tergolong overweight. Pada pengkajian lebih lanjut, ditemukan jugular vein distention (JVD) positif dan adanya edema pada ekstremitas bawah, yang seringkali menjadi tanda penumpukan cairan pada kondisi gagal jantung. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang sudah ia ketahui sejak 10 tahun yang lalu. Meskipun sudah menjalani terapi, ia mengaku sering kesulitan untuk minum obat secara teratur. Selain itu, ia juga masih sulit menghentikan kebiasaannya mengonsumsi makanan tinggi lemak, terutama makanan seperti jeroan. Saat ini, pasien tinggal bersama anak perempuannya dan menantunya, yang membantu merawatnya. Data Subjektif - Pasien merasa cepat lelah saat beraktivitas, terutama ketika bermain dengan cucunya. - Pasien mengeluh sesak napas setelah melakukan aktivitas ringan. - Pasien mengaku sulit minum obat secara rutin. - Pasien kesulitan mengubah pola makannya, terutama menghentikan konsumsi makanan tinggi lemak seperti jeroan. Data Objektif: - Tekanan darah: 150/90 mmHg - Nadi: 88 kali per menit - Frekuensi napas: 20 kali per menit - Suhu tubuh: 36,7°C - Tinggi badan: 158 cm - Berat badan: 80 kg - IMT: 32,1 kg/m² (tergolong overweight) - JVD: (+) (Jugular Vein Distention) - Edema: (+) pada ekstremitas bawah - Riwayat hipertensi selama 10 tahun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan pembatasan fisiologis akibat gagal jantung kongestif yang ditandai dengan mudah merasa lelah dan sesak napas saat beraktivitas.
2. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik berhubungan dengan kurangnya motivasi untuk minum obat secara teratur dan mengubah pola makan yang tidak sehat.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi jantung yang ditandai dengan adanya JVD dan edema pada ekstremitas bawah.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena adanya pembatasan fisik.
- SLKI: Peningkatan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas rutin.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan toleransi aktivitas sesuai kemampuan.
2. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik:
- SDKI: Perilaku pasien yang tidak sesuai dengan rencana perawatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan.
- SLKI: Kepatuhan pasien terhadap regimen terapeutik.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap regimen terapeutik.
3. Kelebihan Volume Cairan:
- SDKI: Kelebihan cairan yang ditandai dengan adanya edema dan JVD.
- SLKI: Keseimbangan cairan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Secara garis besar, diagnosa keperawatan ini menggambarkan masalah utama pasien yaitu intoleransi aktivitas, ketidakpatuhan terhadap regimen terapeutik, dan kelebihan volume cairan yang terkait dengan kondisi gagal jantung kongestif yang dideritanya. Intervensi keperawatan yang tepat perlu dilakukan untuk membantu pasien mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 3325 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 55 tahun sedang menjalani program pengobatan untuk gagal jantung kongestif yang telah ia derita selama 6 bulan terakhir. Saat berkunjung ke poliklinik untuk kontrol, pasien mengeluhkan bahwa ia mudah merasa lelah selama beraktivitas. Sebagai contoh, ketika ia bermain dengan cucunya yang berusia 2 tahun dan mencoba mengejarnya, ia tiba-tiba merasa sangat lelah dan mengalami sesak napas. Dalam pemeriksaan fisik, tekanan darah (TD) pasien tercatat 150/90 mmHg, nadi (N) 88 kali per menit, frekuensi napas (RR) 20 kali per menit, dan suhu tubuh (S) 36,7°C. Pasien memiliki tinggi badan 158 cm dengan berat badan 80 kg, menunjukkan indeks massa tubuh (IMT) yang tergolong overweight. Pada pengkajian lebih lanjut, ditemukan jugular vein distention (JVD) positif dan adanya edema pada ekstremitas bawah, yang seringkali menjadi tanda penumpukan cairan pada kondisi gagal jantung. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang sudah ia ketahui sejak 10 tahun yang lalu. Meskipun sudah menjalani terapi, ia mengaku sering kesulitan untuk minum obat secara teratur. Selain itu, ia juga masih sulit menghentikan kebiasaannya mengonsumsi makanan tinggi lemak, terutama makanan seperti jeroan. Saat ini, pasien tinggal bersama anak perempuannya dan menantunya, yang membantu merawatnya. Data Subjektif - Pasien merasa cepat lelah saat beraktivitas, terutama ketika bermain dengan cucunya. - Pasien mengeluh sesak napas setelah melakukan aktivitas ringan. - Pasien mengaku sulit minum obat secara rutin. - Pasien kesulitan mengubah pola makannya, terutama menghentikan konsumsi makanan tinggi lemak seperti jeroan. Data Objektif: - Tekanan darah: 150/90 mmHg - Nadi: 88 kali per menit - Frekuensi napas: 20 kali per menit - Suhu tubuh: 36,7°C - Tinggi badan: 158 cm - Berat badan: 80 kg - IMT: 32,1 kg/m² (tergolong overweight) - JVD: (+) (Jugular Vein Distention) - Edema: (+) pada ekstremitas bawah - Riwayat hipertensi selama 10 tahun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan karena adanya batasan.
- SLKI: Mempertahankan atau meningkatkan tingkat aktivitas yang optimal.
- SIKI: Manajemen Energi, Latihan Fisik, Manajemen Aktivitas.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengeluhkan mudah merasa lelah saat beraktivitas, terutama saat bermain dengan cucunya. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi gagal jantung kongestif yang diderita, yang menyebabkan penurunan kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen saat beraktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Terapi
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengelola pengobatan secara mandiri.
- SLKI: Melakukan manajemen terapi secara efektif.
- SIKI: Manajemen Pengobatan, Pendidikan Pasien, Konseling.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengaku sering kesulitan untuk minum obat secara teratur, meskipun sudah menjalani pengobatan untuk gagal jantung kongestif. Hal ini dapat memengaruhi efektivitas pengobatan dan kontrol kondisi pasien.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan.
- SLKI: Mengelola kesehatan secara efektif.
- SIKI: Edukasi Kesehatan, Konseling Gaya Hidup, Fasilitasi Perubahan Gaya Hidup.
Penjelasan Singkat:
Pasien masih sulit mengubah pola makan, terutama menghentikan konsumsi makanan tinggi lemak seperti jeroan. Hal ini dapat memperburuk kondisi gagal jantung dan hipertensi yang diderita.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah Intoleransi Aktivitas, Ketidakefektifan Manajemen Terapi, dan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Energi, Latihan Fisik, Manajemen Aktivitas, Manajemen Pengobatan, Pendidikan Pasien, Konseling, Edukasi Kesehatan, Konseling Gaya Hidup, dan Fasilitasi Perubahan Gaya Hidup. -
Article No. 3326 | 24 Oct 2024
Klinis : eorang pria berusia 55 tahun sedang menjalani program pengobatan untuk gagal jantung kongestif yang telah ia derita selama 6 bulan terakhir. Saat berkunjung ke poliklinik untuk kontrol, pasien mengeluhkan bahwa ia mudah merasa lelah selama beraktivitas. Sebagai contoh, ketika ia bermain dengan cucunya yang berusia 2 tahun dan mencoba mengejarnya, ia tiba-tiba merasa sangat lelah dan mengalami sesak napas. Dalam pemeriksaan fisik, tekanan darah (TD) pasien tercatat 150/90 mmHg, nadi (N) 88 kali per menit, frekuensi napas (RR) 20 kali per menit, dan suhu tubuh (S) 36,7°C. Pasien memiliki tinggi badan 158 cm dengan berat badan 80 kg, menunjukkan indeks massa tubuh (IMT) yang tergolong overweight. Pada pengkajian lebih lanjut, ditemukan jugular vein distention (JVD) positif dan adanya edema pada ekstremitas bawah, yang seringkali menjadi tanda penumpukan cairan pada kondisi gagal jantung. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang sudah ia ketahui sejak 10 tahun yang lalu. Meskipun sudah menjalani terapi, ia mengaku sering kesulitan untuk minum obat secara teratur. Selain itu, ia juga masih sulit menghentikan kebiasaannya mengonsumsi makanan tinggi lemak, terutama makanan seperti jeroan. Saat ini, pasien tinggal bersama anak perempuannya dan menantunya, yang membantu merawatnya. Data Subjektif - Pasien merasa cepat lelah saat beraktivitas, terutama ketika bermain dengan cucunya. - Pasien mengeluh sesak napas setelah melakukan aktivitas ringan. - Pasien mengaku sulit minum obat secara rutin. - Pasien kesulitan mengubah pola makannya, terutama menghentikan konsumsi makanan tinggi lemak seperti jeroan. Data Objektif: - Tekanan darah: 150/90 mmHg - Nadi: 88 kali per menit - Frekuensi napas: 20 kali per menit - Suhu tubuh: 36,7°C - Tinggi badan: 158 cm - Berat badan: 80 kg - IMT: 32,1 kg/m² (tergolong overweight) - JVD: (+) (Jugular Vein Distention) - Edema: (+) pada ekstremitas bawah - Riwayat hipertensi selama 10 tahun.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan fisik untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tertentu.
- SLKI: Peningkatan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Manajemen Energi, Terapi Latihan.
2. Ketidakpatuhan Pengobatan
- SDKI: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan keperawatan atau kesehatan.
- SLKI: Peningkatan kepatuhan pengobatan.
- SIKI: Manajemen Regimen Terapeutik, Dukungan Keluarga.
3. Risiko Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Peningkatan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Keseimbangan Cairan.
- SIKI: Manajemen Cairan, Manajemen Edema.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas
Pasien mengeluhkan mudah merasa lelah saat beraktivitas, terutama saat bermain dengan cucunya. Hal ini menunjukkan adanya keterbatasan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Energi (untuk membantu pasien mengatur energi) dan Terapi Latihan (untuk meningkatkan kapasitas fisik).
2. Ketidakpatuhan Pengobatan
Pasien mengaku sulit minum obat secara rutin. Hal ini menunjukkan adanya perilaku yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan keperawatan atau kesehatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Regimen Terapeutik (untuk membantu pasien mematuhi pengobatan) dan Dukungan Keluarga (untuk melibatkan keluarga dalam mendukung kepatuhan pengobatan).
3. Risiko Kelebihan Volume Cairan
Ditemukan adanya JVD (Jugular Vein Distention) dan edema pada ekstremitas bawah, yang menunjukkan adanya penumpukan cairan pada kondisi gagal jantung. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Cairan (untuk memantau dan mengatur keseimbangan cairan) dan Manajemen Edema (untuk mengelola edema yang terjadi).
Dalam menangani kondisi pasien ini, perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, yang melibatkan upaya peningkatan kapasitas fisik, manajemen pengobatan, dan pengelolaan cairan, serta dukungan dari keluarga. Hal ini diharapkan dapat membantu pasien mencapai hasil yang optimal dalam penanganan gagal jantung kongestif yang sedang dijalankan. -
Article No. 3327 | 24 Oct 2024
Klinis : Tn. A, seorang pria berusia 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri dan punggung, disertai sesak napas dan keringat dingin. Keluhan ini terjadi saat ia melakukan aktivitas ringan dan berlangsung selama 20 menit, meskipun telah beristirahat. Nyeri dirasakan seperti tertekan benda berat, skala nyeri 7 dari 10. Tn. A terlihat sangat gelisah, gemetar, dan mengatakan sangat takut akan meninggal seperti ayahnya yang meninggal karena serangan jantung. Pemeriksaan tanda vital: TD 160/100 mmHg, nadi 102x/menit, RR 24x/menit, suhu 36.8°C. EKG menunjukkan depresi segmen ST.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Iskemia miokard.
- Gejala dan Tanda: Nyeri dada, nyeri menjalar ke lengan kiri dan punggung, sesak napas, keringat dingin, gelisah, gemetar, takut akan kematian.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri menurun, pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, manajemen aktivitas, manajemen tekanan darah, pemberian oksigen, observasi tanda-tanda vital, edukasi tentang serangan jantung dan penanganannya.
Penjelasan singkat:
Tn. A mengalami nyeri dada yang disertai dengan gejala-gejala khas serangan jantung, seperti nyeri menjalar, sesak napas, dan keringat dingin. Hal ini menunjukkan adanya iskemia miokard atau kekurangan suplai darah ke jantung. Tn. A juga mengalami kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terkait kondisinya, yang dapat memperberat kondisinya. Intervensi keperawatan yang diprioritaskan adalah manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan observasi tanda-tanda vital untuk menstabilkan kondisi Tn. A, serta edukasi untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan pemahaman tentang penanganan serangan jantung. -
Article No. 3184 | 23 Oct 2024
Klinis : ANEMIA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda butuhkan tentang kode ICD-10 untuk diagnosis anemia dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait.
1. Kode ICD-10:
- Kode: D50-D64
- Deskripsi: Anemia
Anemia merupakan suatu kondisi di mana jumlah atau fungsi sel darah merah (eritrosit) tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti defisiensi nutrisi (besi, folat, vitamin B12), penyakit kronis, kehilangan darah, atau gangguan produksi sel darah merah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah, tidak terspesifikasi
Untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan dalam penanganan anemia, salah satu opsinya adalah transfusi darah. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh pasien.
Selain itu, tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah:
- 99.07 Transfusi produk darah lainnya
- 99.15 Pemberian zat besi parenteral
- 99.17 Pemberian vitamin B12 parenteral
- 99.18 Pemberian asam folat parenteral
- Prosedur untuk mengatasi penyebab anemia, seperti endoskopi, laparoskopi, atau pembedahan.
Kode-kode ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter atau perekam medis, untuk mendokumentasikan dan melaporkan tindakan medis yang dilakukan dalam penanganan pasien dengan anemia. -
Article No. 3185 | 23 Oct 2024
Klinis : ANEMIA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi ANEMIA, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi ANEMIA, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Kelelahan (Fatigue)
2. Penurunan Volume Cairan (Fluid Volume Deficient)
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Imbalanced Nutrition: Less Than Body Requirements)
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelelahan (Fatigue): Sensasi fisik dan mental yang tidak menyenangkan akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi pada tingkat sel tubuh.
Penurunan Volume Cairan (Fluid Volume Deficient): Pengurangan cairan intra- atau ekstravaskular.
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Imbalanced Nutrition: Less Than Body Requirements): Asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Untuk diagnosa Kelelahan, outcome yang diharapkan adalah Tingkat Energi Membaik. Untuk diagnosa Penurunan Volume Cairan, outcome yang diharapkan adalah Volume Cairan Membaik. Untuk diagnosa Ketidakseimbangan Nutrisi, outcome yang diharapkan adalah Status Nutrisi Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi untuk mengatasi Kelelahan dapat berupa Manajemen Energi, Terapi Aktivitas, dan Edukasi Kesehatan. Untuk Penurunan Volume Cairan, intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Cairan dan Elektrolit serta Monitor Cairan. Untuk Ketidakseimbangan Nutrisi, intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nutrisi, Kolaborasi dengan Ahli Gizi, dan Edukasi Gizi.
Secara keseluruhan, SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. -
Article No. 3186 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan nyeri perut bagian tengah dan bagian kanan sejak senin, disertai demam naik turun, ada mual, ada muntah, tidak ada BAB cair, terakhir BAB kmarin, batuk pilek tidak ada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Mual
3. Risiko Konstipasi
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Individu mengalami sensasi ketidaknyamanan akibat stimulus yang tidak menyenangkan, yang menunjukkan kerusakan aktual atau potensial pada jaringan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien mampu mengontrol nyeri, melaporkan penurunan intensitas nyeri, dan menggunakan manajemen nyeri yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dilakukan meliputi pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, distraksi, dan edukasi pengelolaan nyeri.
2. Mual
- SDKI: Individu mengalami sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- SLKI: Pasien mampu mengatasi mual, melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas mual, dan menggunakan manajemen mual yang efektif.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan meliputi pemberian antiemetik, terapi relaksasi, terapi nutrisi, dan edukasi manajemen mual.
3. Risiko Konstipasi
- SDKI: Individu berisiko mengalami penurunan frekuensi, volume, atau konsistensi BAB yang tidak normal.
- SLKI: Pasien mampu mempertahankan pola defekasi yang teratur, tidak ada keluhan terkait konstipasi, dan menggunakan manajemen konstipasi yang efektif.
- SIKI: Intervensi yang dilakukan meliputi pemberian laksatif, peningkatan asupan cairan dan serat, latihan fisik, dan edukasi manajemen konstipasi.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan adalah Nyeri Akut, Mual, dan Risiko Konstipasi. Setiap diagnosa tersebut memiliki standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang digunakan sebagai acuan dalam perawatan pasien. -
Article No. 3187 | 23 Oct 2024
Klinis : resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko jatuh.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Jatuh adalah kerentanan yang dimiliki klien untuk jatuh, yang disebabkan oleh faktor intrinsik dan/atau faktor ekstrinsik.
- Faktor intrinsik dapat meliputi gangguan mobilitas, penurunan fungsi kognitif, riwayat jatuh, dan lain-lain.
- Faktor ekstrinsik dapat meliputi lingkungan fisik yang tidak aman, penggunaan alat bantu, dan lain-lain.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko jatuh adalah klien dapat mempertahankan keseimbangan dan mobilitas yang optimal, serta mencegah terjadinya jatuh.
- Indikator keberhasilan dapat meliputi tidak ada riwayat jatuh selama perawatan, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, dan lain-lain.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan untuk mengelola risiko jatuh dapat meliputi:
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada klien.
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko jatuh.
- Penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai.
- Edukasi kepada klien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
- Pemantauan status klien secara berkala.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang didasarkan pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpusat pada klien untuk mencapai hasil yang optimal.