Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1489 | 07 Oct 2024
Klinis : Peningkatan frekuensi BAK
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia Urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelemahan otot dasar panggul, gangguan saraf, penyakit kronik, atau efek samping pengobatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Inkontinensia Urin antara lain:
1. Klien dapat mengendalikan buang air kecil
2. Klien mendemonstrasikan perilaku untuk mencegah inkontinensia urin
3. Klien melaporkan peningkatan kontrol buang air kecil
4. Klien melaporkan penurunan frekuensi BAK yang tidak terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola Inkontinensia Urin mencakup:
1. Asesmen faktor risiko inkontinensia urin
2. Latihan otot dasar panggul (Kegel)
3. Manajemen intake cairan dan eliminasi
4. Edukasi tentang manajemen inkontinensia urin
5. Penggunaan alat bantu seperti kateter atau inkontinensia pad jika diperlukan
Penerapan standar ini secara komprehensif akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas untuk mengatasi masalah Inkontinensia Urin pada pasien. -
Article No. 1490 | 07 Oct 2024
Klinis : penurunan kesadaran 2 hari, diare 4 sampai 5 kali sehari, mual, makan sedikit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu penurunan kesadaran 2 hari, diare 4 sampai 5 kali sehari, mual, dan makan sedikit, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
- Risiko perfusi jaringan tidak efektif
- Defisit volume cairan
- Mual
2. Penjelasan Singkat (SDKI - SLKI - SIKI):
a. Risiko perfusi jaringan tidak efektif:
- SDKI: Perubahan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, dan pemberian cairan intravena jika perlu.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada peningkatan perfusi jaringan, seperti pemberian oksigen, pemantauan tanda-tanda vital, dan manajemen cairan.
b. Defisit volume cairan:
- SDKI: Kehilangan cairan yang berlebihan dan tidak dapat dipertahankan.
- SLKI: Pemantauan intake dan output cairan, pemeriksaan laboratorium, dan pemberian cairan intravena.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada manajemen cairan, seperti pemberian cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital, dan edukasi pasien.
c. Mual:
- SDKI: Perasaan tidak nyaman dan keinginan untuk muntah.
- SLKI: Penggunaan antiemetik, manajemen lingkungan, dan teknik relaksasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada manajemen mual, seperti pemberian antiemetik, pengaturan lingkungan yang nyaman, dan teknik relaksasi.
Penjelasan tersebut disajikan dengan nada akademis dan dalam persona pakar/perawat, sesuai dengan permintaan Anda. -
Article No. 1418 | 06 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, kelemahan batuk, dan adanya lesi di paru.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan irama pernapasan yang menyebabkan pertukaran gas tidak adekuat.
- Faktor yang Berhubungan: Sesak napas, adanya lesi di paru, dan tuberkulosis paru.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan dan adanya penyakit kronis (tuberkulosis paru).
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 1419 | 06 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 19 Tahun BB 65 Kg, masuk IGD karena mengalami luka bakar. Pasien masuk dengan keluhan luka bakar di badan dan sesak nafas. Hasil pengkajian didapatkan GCS M6,V5,E4, tampak luka bakar yang luas pada wajah, lengan, badan bagian depan dan belakang sertai tungkai kaki (luas 70%) derajat IIb, nyeri hebat yang disertai bulla, terdengar suara nafas stridor. Keluarga yang mengantar mengatakan pasien terkena ledakan kompor gas. Tampak bulu hidung dan alis terbakar beserta badan disertai bulla, dyspnea, RR 30 x/menit, Spo2 85%, TD 100/70 mmHg, S 36O , N 90x/menit teraba lemah, turgo kulit menurun, akral teraba dingin. Terpasang cateter urin 170cc warna kuning pekat, terpasang infus cairan RL 500 cc, terapi yang diberikan katerolac 10 mg/8jam/IV, Ranitidine/8 jam/IV, Ceftriaxone/12 jam/IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Resiko Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan luas luka bakar.
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
c. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar.
d. Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif berhubungan dengan luas luka bakar.
e. Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luas luka bakar.
f. Risiko Infeksi berhubungan dengan luas luka bakar.
g. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan luka bakar pada jalan napas.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Memuat definisi, batasan karakteristik, faktor berhubungan, dan faktor resiko dari setiap diagnosa keperawatan.
- Contoh: Resiko Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan luas luka bakar.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Memuat definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil dari setiap luaran keperawatan.
- Contoh: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Memuat definisi, tujuan, aktivitas, dan rasional dari setiap intervensi keperawatan.
- Contoh: Manajemen Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, memberikan analgesik, dan melakukan manajemen lingkungan untuk mengurangi nyeri.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menetapkan standar-standar tersebut sebagai panduan dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 1420 | 06 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 71 tahun (60 kg, 1,2 m) mengunjungi Departemen Rawat Jalan Fisioterapi, melaporkan komplikasi luka bakar di tangan kanannya, dengan gerakan terbatas pada jari keempat dan kelima selama dua bulan terakhir. Pembengkakan dan kontraktur luka juga ada. Dua bulan yang lalu, ia mengalami luka bakar di tangan kanannya akibat kompor gas dan membutuhkan perawatan medis segera. Dia pertama kali dirawat di rumah sakit terdekat, di mana jaringan yang mati dibuang dan luka bakarnya ditutup dengan perban. Karena parahnya luka bakar yang dideritanya, ia kemudian meminta perawatan lebih lanjut di rumah sakit swasta, di mana ia menjalani prosedur pencangkokan kulit untuk mengobati kerusakan luka bakar. Selain luka bakarnya, ia juga mengalami keterbatasan mobilitas pada jari keempat dan kelima, yang dapat mempengaruhi fungsi tangan dan kualitas hidupnya secara keseluruhan. Selama lima tahun terakhir, ia juga telah dirawat karena hipertensi dengan dosis harian 5 mg amlodipine. Selain itu, riwayat medisnya meliputi nefrektomi parsial yang dilakukan tiga tahun lalu, yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan penting sebelumnya yang dapat memengaruhi pilihan pengobatannya saat ini dan pemulihannya dari luka bakar. Setelah melepas perban dan jahitan di tangan kanannya, pasien dikirim ke Departemen Rawat Jalan Fisioterapi (OPD) untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pasien tersebut baru saja pulih dari BI yang serius, dengan tantangan yang sedang berlangsung terkait pembengkakan, mobilitas jari yang terbatas, dan kontraktur luka. Dia pindah ke fisioterapi rehabilitasi untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan kemampuan fungsionalnya (Zoting et al., 2024).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik
- SDKI: Hambatan Mobilitas Fisik adalah kemampuan terbatas untuk melakukan gerakan tubuh yang disengaja secara mandiri.
- SLKI: Tujuan yang dapat diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi yang optimal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka, Mobilisasi, dan Terapi Latihan.
2. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Tujuan yang dapat diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, dan Terapi Latihan.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh
- SDKI: Gangguan Citra Tubuh adalah persepsi negatif tentang penampilan fisik atau fungsi tubuh.
- SLKI: Tujuan yang dapat diharapkan adalah pasien dapat menerima perubahan citra tubuhnya.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Dukungan Emosional, Konseling, dan Terapi Aktifitas.
Pada kasus ini, pasien mengalami komplikasi luka bakar di tangan kanannya dengan gerakan terbatas pada jari keempat dan kelima, serta pembengkakan dan kontraktur luka. Hal ini dapat menyebabkan hambatan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas, dan gangguan citra tubuh. Perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat bagi pasien. -
Article No. 1424 | 06 Oct 2024
Klinis : Pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Pola napas tidak efektif":
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Karakteristik definisi meliputi: perubahan frekuensi napas, irama napas tidak teratur, perubahan kedalaman napas, penggunaan otot bantu pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah Pola Napas Efektif, yang ditandai dengan: frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, kedalaman napas adekuat, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif meliputi: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen jalan napas, Terapi oksigen, Latihan pernapasan, serta Edukasi dan konseling terkait pernapasan.
Sebagai seorang pakar dalam bidang keperawatan, saya berharap penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi terkait dengan kondisi "Pola Napas Tidak Efektif" berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 1425 | 06 Oct 2024
Klinis : Ketidak efektifan perfusi jaringan ( perifer)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI :
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Sesuai dengan SLKI, luaran yang diharapkan dari penanganan kondisi ini adalah:
1. Perfusi jaringan perifer yang efektif
2. Integritas kulit yang utuh
3. Tidak ada tanda-tanda gangren
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan sirkulasi perifer
2. Posisioning untuk meningkatkan aliran darah
3. Terapi kompresi/elevasi ekstremitas
4. Terapi oksigen, jika diperlukan
5. Perawatan luka, jika ada
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kaki dan ekstremitas
Secara umum, penanganan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan perifer, mencegah kerusakan jaringan, serta mempertahankan integritas kulit. Intervensi keperawatan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi pasien dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 1426 | 06 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien, Tn. O, laki-laki, 44 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan tangan dan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, tidak bisa bicara dan penurunan kesadaran. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan tidak ada riwayat kencing manis dan asma. Pasien tinggal di rumah bersama istri dan ketiga anaknya. Pasien merokok sejak usia 18 tahun sebanyak 1 pak per hari dan minum kopi 2 kali sehari serta lebih banyak berdiam di kamar (jarang berolahraga). Pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/90 mmHg, N 78x/ menit, S36ºC, RR 20x/ menit, TB 170 cm, BB 68 kg. hasil CT scn menunjukkan adanya perdarahan di frontal seluas ±4 cm. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tidak ada pernapasan cuping hidung, pernapasan regular dan tidak cheynestokes, tidak mengorok, vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, sonor, Vesikuler dan tidak ada suara napas tambahan ronchi dan wheezing. Sistem persyarafan nervus I: olfaktorius: pasien dapat mencium aroma wangi dari parfum, II: optikus: pasien dapat menyebutkan jumlah jari dalam jarak 0,5 meter baik mata sebelah kanan maupun kiri, namun penglihatan kiri sering ganda, III: okulomotorius: reflek cahaya +/+, pupil anisokor 3/2 mm, IV: trochlear: mata pasien dapat mengikuti arah jari perawat ke atas dan ke bawah, V: trigeminalis: pasien dapat merasakan sentuhan di kulit wajah dan sekitar bibir serta masih dapat menggerakkan rahang, VI: abdusen: mata pasien dapat mengikuti arah jari perawat ke samping kanan dan kiri, VII: fasialis: pasien dapat tersenyum namun bibir miring ke kanan, VIII: auditorius: pasien dapat mengulangi kata yang diucapkan perawat, IX: glosofaringeal: pasien dapat menelan dan tidak tersedak saat minum. Selain itu pasien juga dapat merasakan rasa manis pada the, X: vagus: pasien disartria, XI: asesorius: pasien hanya dapat mengangkat bahu dan lengan sebelah kiri, XII: lidah dan mulut miring ke kanan dan bicara pelo. Pada ekstremitas ditemukan parase ekstremitas kanan. Tangan kiri terpasang infus, tidak ada plebitis dan kemerahan, fisik lemah akral hangat, turgor <2 detik, CRT <2 detik. Saat ini pasien merasa lemah dan separuh badan kanan terasa berat untuk digerakkan dengan hasil kekuatan otot 3333. Pasien didiagnosa mengalami stroke.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Perubahan Struktur dan Fungsi Saraf.
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik
- SIKI: Perubahan Struktur dan Fungsi Saraf
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gangguan mobilitas fisik akibat perubahan struktur dan fungsi saraf yang ditandai dengan tangan dan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, serta penurunan kekuatan otot ekstremitas kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya perdarahan di area frontal otak yang mengganggu sistem saraf pusat.
2. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Perubahan Struktur dan Fungsi Saraf.
- SDKI: Gangguan Komunikasi Verbal
- SLKI: Komunikasi Verbal
- SIKI: Perubahan Struktur dan Fungsi Saraf
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gangguan komunikasi verbal akibat perubahan struktur dan fungsi saraf yang ditandai dengan pasien tidak dapat berbicara (disartria). Hal ini disebabkan oleh adanya perdarahan di area frontal otak yang mempengaruhi kemampuan berbicara.
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Gangguan Mobilitas Fisik.
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Keamanan
- SIKI: Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan singkat:
Pasien berisiko mengalami cedera akibat gangguan mobilitas fisik yang dialaminya. Hal ini dapat terjadi karena pasien tidak dapat menggerakkan sebagian tubuhnya secara optimal, sehingga meningkatkan risiko jatuh atau cidera lainnya.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem klasifikasi yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk menstandarisasi proses keperawatan. -
Article No. 1427 | 06 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien, Tn. O, laki-laki, 44 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan tangan dan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, tidak bisa bicara dan penurunan kesadaran. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan tidak ada riwayat kencing manis dan asma. Pasien tinggal di rumah bersama istri dan ketiga anaknya. Pasien merokok sejak usia 18 tahun sebanyak 1 pak per hari dan minum kopi 2 kali sehari serta lebih banyak berdiam di kamar (jarang berolahraga). Pemeriksaan fisik ditemukan TD 120/90 mmHg, N 78x/ menit, S36ºC, RR 20x/ menit, TB 170 cm, BB 68 kg. hasil CT scn menunjukkan adanya perdarahan di frontal seluas ±4 cm. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tidak ada pernapasan cuping hidung, pernapasan regular dan tidak cheynestokes, tidak mengorok, vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, sonor, Vesikuler dan tidak ada suara napas tambahan ronchi dan wheezing. Sistem persyarafan nervus I: olfaktorius: pasien dapat mencium aroma wangi dari parfum, II: optikus: pasien dapat menyebutkan jumlah jari dalam jarak 0,5 meter baik mata sebelah kanan maupun kiri, namun penglihatan kiri sering ganda, III: okulomotorius: reflek cahaya +/+, pupil anisokor 3/2 mm, IV: trochlear: mata pasien dapat mengikuti arah jari perawat ke atas dan ke bawah, V: trigeminalis: pasien dapat merasakan sentuhan di kulit wajah dan sekitar bibir serta masih dapat menggerakkan rahang, VI: abdusen: mata pasien dapat mengikuti arah jari perawat ke samping kanan dan kiri, VII: fasialis: pasien dapat tersenyum namun bibir miring ke kanan, VIII: auditorius: pasien dapat mengulangi kata yang diucapkan perawat, IX: glosofaringeal: pasien dapat menelan dan tidak tersedak saat minum. Selain itu pasien juga dapat merasakan rasa manis pada the, X: vagus: pasien disartria, XI: asesorius: pasien hanya dapat mengangkat bahu dan lengan sebelah kiri, XII: lidah dan mulut miring ke kanan dan bicara pelo. Pada ekstremitas ditemukan parase ekstremitas kanan. Tangan kiri terpasang infus, tidak ada plebitis dan kemerahan, fisik lemah akral hangat, turgor <2 detik, CRT <2 detik. Saat ini pasien merasa lemah dan separuh badan kanan terasa berat untuk digerakkan dengan hasil kekuatan otot 3333. Pasien didiagnosa mengalami stroke.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. O yang dideskripsikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan dengan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan Persepsi dan Kontrol Motor
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik
- SIKI: Peningkatan Mobilitas Fisik
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami keterbatasan dalam pergerakan ekstremitas kanan akibat gangguan persepsi dan kontrol motorik yang disebabkan oleh stroke. Hal ini menyebabkan pasien tidak dapat menggerakkan tangan dan tungkai kanan dengan normal.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan Persepsi dan Kontrol Motor
- SDKI: Gangguan Komunikasi Verbal
- SLKI: Komunikasi Verbal
- SIKI: Peningkatan Komunikasi Verbal
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gangguan komunikasi verbal berupa disartria (kesulitan berbicara) yang disebabkan oleh gangguan persepsi dan kontrol motorik akibat stroke. Hal ini menyebabkan pasien kesulitan untuk berbicara dengan jelas.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Persepsi berhubungan dengan Cedera Otak
- SDKI: Gangguan Persepsi
- SLKI: Persepsi
- SIKI: Peningkatan Persepsi
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami gangguan persepsi yang ditandai dengan penglihatan ganda pada mata kiri. Hal ini disebabkan oleh cedera otak akibat stroke yang terjadi.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Jatuh berhubungan dengan Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Risiko Jatuh
- SLKI: Keselamatan
- SIKI: Pencegahan Jatuh
Penjelasan singkat:
Pasien berisiko untuk jatuh karena adanya gangguan mobilitas fisik pada ekstremitas kanan yang menyebabkan keterbatasan pergerakan. Hal ini dapat meningkatkan risiko pasien untuk jatuh.
Secara umum, diagnosa-diagnosa keperawatan di atas menggambarkan permasalahan yang dialami oleh pasien Tn. O yang mengalami stroke, dengan fokus pada gangguan mobilitas fisik, komunikasi verbal, persepsi, serta risiko jatuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah untuk meningkatkan mobilitas fisik, komunikasi verbal, persepsi, serta mencegah terjadinya jatuh pada pasien. -
Article No. 1428 | 06 Oct 2024
Klinis : Depresi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi depresi dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir: Depresi
Penjelasan Singkat:
1. Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Gangguan Proses Pikir: Depresi adalah suatu kondisi di mana individu mengalami perubahan mood, pikiran, dan perilaku yang ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, tidak berdaya, dan harga diri rendah.
- Karakteristik: Perubahan mood, menurunnya minat dan aktivitas, gangguan pola tidur, penurunan selera makan, penurunan konsentrasi, serta perasaan bersalah dan tidak berharga.
2. Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang terkait: Kontrol Emosi, Harga Diri, Koping Individu, Motivasi, Kualitas Hidup.
- Tujuan Keperawatan: Klien dapat mengendalikan emosi negatif, mempertahankan harga diri, mengembangkan koping yang efektif, mempertahankan motivasi, dan meningkatkan kualitas hidup.
3. Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi yang sesuai: Terapi Okupasi, Terapi Kelompok, Terapi Kognitif, Manajemen Stres, Terapi Suportif, Edukasi Kesehatan Mental.
- Tujuan Intervensi: Membantu klien mengidentifikasi dan mengatasi masalah, mengembangkan koping yang efektif, meningkatkan harga diri, dan memulihkan fungsi psikososial.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa, luaran, dan intervensi yang disebutkan di atas digunakan sebagai acuan standar untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi klien dengan kondisi depresi.