Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1534 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi gangguan pola tidur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G47
- Deskripsi: Gangguan tidur
Kode ICD-10 G47 mencakup berbagai jenis gangguan pola tidur, termasuk insomnia, hipersomnia, apnea tidur, dan lain-lain. Diagnosis yang lebih spesifik dapat diberikan dengan menggunakan subkode yang lebih rinci, seperti:
- G47.0: Insomnia
- G47.1: Hipersomnia
- G47.3: Apnea tidur
- G47.8: Gangguan tidur lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.17
- Deskripsi: Polisomnografi
Kode ICD-9-CM 89.17 merujuk pada prosedur polisomnografi, yang merupakan tes diagnostik untuk mengevaluasi gangguan tidur. Prosedur ini melibatkan perekaman dan pemantauan berbagai parameter fisiologis selama tidur, seperti aktivitas otak, pergerakan mata, detak jantung, pernapasan, dan oksigenasi darah. Hasil dari polisomnografi dapat membantu dokter dalam mendiagnosis dan menentukan rencana penanganan yang tepat untuk kondisi gangguan pola tidur pasien. -
Article No. 1535 | 08 Oct 2024
Klinis : gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pola Tidur didefinisikan sebagai perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari. Gejala yang mungkin muncul antara lain sulit untuk memulai tidur, sering terbangun di malam hari, dan tidur yang tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pola Tidur adalah klien dapat tidur dengan lamanya yang cukup, dapat tertidur dengan cepat, dan dapat terbangun dengan segar. Indikator keberhasilannya antara lain durasi tidur yang adekuat, waktu untuk memulai tidur yang singkat, dan merasa segar saat terbangun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur antara lain:
1. Manajemen Tidur: Mengatur lingkungan tidur yang nyaman, mengatur jadwal tidur, dan menghindari stimulasi sebelum tidur.
2. Terapi Relaksasi: Teknik relaksasi seperti napas dalam, meditasi, dan terapi musik untuk membantu rileks dan tidur lebih nyenyak.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada klien mengenai pola tidur yang sehat dan faktor-faktor yang memengaruhi kualitas tidur.
Diharapkan dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi Gangguan Pola Tidur pada klien. -
Article No. 1438 | 07 Oct 2024
Klinis : mual muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi mual muntah.
Diagnosa Keperawatan:
Mual (NANDA-I, 2015)
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
- Faktor penyebab mual dapat meliputi gangguan gastrointestinal, efek samping obat, stres psikologis, dan lain-lain.
- Tanda dan gejala yang menyertai dapat berupa rasa tidak nyaman di perut, keringat dingin, pucat, dan takikardi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan mual adalah pasien dapat mengendalikan rasa mual, mencegah muntah, dan mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen lingkungan, terapi relaksasi, dan pemberian antiemetik sesuai indikasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan utama untuk mengatasi mual adalah manajemen mual, yang meliputi identifikasi faktor penyebab, pengaturan lingkungan, dan pemberian terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
- Intervensi lain yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi dan cairan untuk mempertahankan status hidrasi dan nutrisi pasien.
Dalam menangani kondisi mual muntah, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang tepat, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 1439 | 07 Oct 2024
Klinis : 1 Pasien sesak 2 RR 26 x/menit 3 Penggunaan otot bantu napas 4 Suara napas Ronkhi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang ditandai dengan adanya sekresi yang berlebihan, kesulitan dalam mengeluarkan sekresi, dan/atau obstruksi jalan napas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien akan mempertahankan jalan napas yang bersih dan paten, serta mampu mengeluarkan sekresi dengan efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan status pernapasan, pengisapan lendir, pemberian oksigen, dan latihan batuk efektif untuk membantu pasien mengeluarkan sekresi dari jalan napas.
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu pasien dengan sesak napas, laju pernapasan cepat (26 kali/menit), penggunaan otot bantu napas, dan suara napas ronkhi, maka diagnosis keperawatan yang tepat adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan status pernapasan, pengisapan lendir, pemberian oksigen, dan latihan batuk efektif untuk membantu pasien mengeluarkan sekresi dari jalan napas. -
Article No. 1440 | 07 Oct 2024
Klinis : PR perempuan 30 tahun baru menikah 3 bulan lalu datang ke puskesmas dengan keluhan batuk berdahak, berkeringat malam, sariawan dan bercak putih dalam rongga mulut yang tidak sembuh 1 minngu terakhir, diare 1 bulang terakhir dan penurunan BB 10 kg dalam 2 bulan. CD4 400 cell/mm3 dan Hb 8 mg/dL. Pasien tidak menceritakan kondisi kepada suami karena takut ditinggalkan. Riwayat Penyakit Terdahulu : 1. Pengguna narkoba heroin injeksi 2. Terdiagnosis HIV sejak 1 tahun lalu dan menjalani terapi secara rutin (Zidovudine, lamivudine dan efavirenz)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Diare
3. Kecemasan
4. Risiko Penularan Infeksi
5. Kurang Pengetahuan
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Pasien menunjukkan batuk produktif dengan sputum berwarna kuning-hijau.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi oksigen, fisioterapi dada, dan edukasi perawatan jalan napas.
2. Diare
- SDKI: Perubahan pola eliminasi usus yang ditandai dengan frekuensi, konsistensi, dan volume tinja yang tidak normal.
- SLKI: Pasien mengeluhkan diare dalam 1 bulan terakhir.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit, serta edukasi manajemen diare.
3. Kecemasan
- SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dipersepsikan.
- SLKI: Pasien tidak menceritakan kondisinya kepada suami karena takut ditinggalkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, manajemen stres, dan konseling.
4. Risiko Penularan Infeksi
- SDKI: Peningkatan kerentanan terhadap penyebaran organisme patogen.
- SLKI: Pasien memiliki riwayat pengguna narkoba suntik dan terdiagnosis HIV.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pencegahan infeksi, edukasi pencegahan penularan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
5. Kurang Pengetahuan
- SDKI: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan kondisi, perkembangan, alternatif perawatan, prognosis, dan/atau kebutuhan kesehatan.
- SLKI: Pasien tidak menceritakan kondisinya kepada suami karena takut ditinggalkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain edukasi terkait kondisi, pengobatan, dan manajemen diri. -
Article No. 1441 | 07 Oct 2024
Klinis : 1 Pasien sesak 2 RR 26 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengalami sesak nafas dengan RR 26x/menit.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola napas tidak efektif (00032)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Penyebab: Obstruksi jalan napas, kekurangan bahan bakar, atau kekurangan energi untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- Gejala: Perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama napas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Pola napas tidak efektif (00032) adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak nafas dengan RR 26x/menit.
- Tujuan keperawatan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas antara 12-20x/menit.
- Intervensi keperawatan: Memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan latihan pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola napas (1926): Indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi intervensi keperawatan adalah frekuensi napas, kedalaman napas, dan irama napas.
- Target luaran: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dengan frekuensi napas 12-20x/menit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen jalan napas (6540): Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi pola napas tidak efektif, seperti memantau status pernapasan, mengatur posisi pasien, dan memberikan oksigen.
- Latihan pernapasan (3900): Intervensi untuk meningkatkan kapasitas pernapasan melalui latihan pernapasan terstruktur.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan sesuai dengan kondisi pasien, serta memantau keberhasilan intervensi yang dilakukan. -
Article No. 1442 | 07 Oct 2024
Klinis : 1 Pasien sesak 2 RR 26 x/menit 3 Penggunaan otot bantu napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. Definisi:
- Pola Napas Tidak Efektif adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang menyebabkan pertukaran gas yang tidak adekuat.
2. Penyebab:
- Kondisi yang dapat menyebabkan Pola Napas Tidak Efektif antara lain perubahan dalam mekanisme pernapasan, kelelahan otot pernapasan, dan gangguan pertukaran gas.
3. Karakteristik:
- Pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif biasanya menunjukkan gejala seperti sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
4. Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Pemantauan tanda-tanda vital, termasuk frekuensi pernapasan
- Pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan
- Latihan pernapasan dan relaksasi
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen pola napas
5. Evaluasi (SIKI):
- Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, ditandai dengan penurunan frekuensi pernapasan dan penggunaan otot bantu napas yang minimal.
Dengan demikian, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk memperbaiki pola napas pasien. -
Article No. 1443 | 07 Oct 2024
Klinis : pasien demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (Hyperthermia)
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat dari kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan termoregulasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dalam penanganan hipertermia adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, serta tidak mengalami komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia meliputi pemberian cairan, penggunaan antipiretik, pengaturan suhu lingkungan, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan utama untuk pasien demam adalah hipertermia, dan pendekatan penanganannya harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 1444 | 07 Oct 2024
Klinis : resiko cedera
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko cedera.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera
Definisi:
Risiko Cedera adalah kerentanan terhadap cidera fisik yang dapat menyebabkan kerusakan tubuh.
Faktor Risiko:
1. Lingkungan fisik yang tidak aman
2. Ketidakmampuan dalam aktivitas sehari-hari
3. Kurangnya pengetahuan tentang keselamatan
4. Riwayat cedera sebelumnya
Tujuan Keperawatan:
1. Klien bebas dari cedera
2. Klien dapat mengidentifikasi faktor risiko cedera
3. Klien dapat melakukan tindakan pencegahan cedera
Intervensi Keperawatan (berdasarkan SLKI):
1. Identifikasi faktor risiko cedera
2. Edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan cedera
3. Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko cedera
4. Monitoring tanda-tanda awal cedera
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan risiko cedera
Luaran Keperawatan (berdasarkan SIKI):
1. Keamanan lingkungan
2. Pengetahuan tentang pencegahan cedera
3. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman
4. Tidak terjadi cedera
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan risiko cedera beserta standar SDKI - SLKI - SIKI. Apakah ada pertanyaan lebih lanjut? -
Article No. 1445 | 07 Oct 2024
Klinis : pasien prenatal umur kehamilan 39 minggu merasakan sembelit dan kencang pada perutnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Konstipasi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Konstipasi didefinisikan sebagai pengalaman tidak nyaman akibat pengeluaran feses yang tidak teratur, dengan frekuensi lebih sedikit dari normal. Pada pasien prenatal dengan usia kehamilan 39 minggu, konstipasi dapat terjadi karena perubahan hormonal dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan konstipasi adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi normal, dengan indikator seperti frekuensi, konsistensi, dan ukuran feses sesuai normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen eliminasi: Mengkaji pola eliminasi, memberikan edukasi tentang manajemen konstipasi, dan memfasilitasi eliminasi.
2. Terapi nutrisi: Mengkaji asupan nutrisi dan cairan, serta memberikan rekomendasi makanan dan cairan yang dapat membantu mengatasi konstipasi.
3. Terapi relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk membantu mengurangi kecemasan dan ketegangan pada abdomen.
Penerapan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk memulihkan pola eliminasi normal pada pasien prenatal dengan konstipasi.