Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1517 | 08 Oct 2024
Klinis : Asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Asma.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi atau ventilasi yang adekuat.
Penyebab: Obstruksi jalan napas, penurunan compliance paru, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelelahan, kelemahan, dan sesak napas.
3. Ansietas
Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Penyebab: Ketakutan akan kekambuhan dan komplikasi kondisi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas: Definisi, Penyebab, Gejala, Faktor yang Mempengaruhi, Hasil yang Diharapkan.
- Intoleransi Aktivitas: Definisi, Penyebab, Gejala, Faktor yang Mempengaruhi, Hasil yang Diharapkan.
- Ansietas: Definisi, Penyebab, Gejala, Faktor yang Mempengaruhi, Hasil yang Diharapkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas: Ventilasi Adekuat, Status Respirasi Membaik, Saturasi Oksigen Membaik.
- Intoleransi Aktivitas: Toleransi Aktivitas Meningkat, Kelelahan Menurun, Kemampuan Aktivitas Meningkat.
- Ansietas: Ekspresi Ansietas Menurun, Strategi Koping Efektif, Tingkat Stres Menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas: Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, Manajemen Bronkodilator.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas Bertahap, Edukasi Manajemen Aktivitas.
- Ansietas: Terapi Relaksasi, Manajemen Stres, Terapi Kognitif.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan kondisi Asma. -
Article No. 1518 | 08 Oct 2024
Klinis : Apa diagnosa keperawatan asma
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan Asma
Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, saya akan menjelaskan diagnosis keperawatan untuk kondisi asma berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan Asma:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
- Faktor yang Berhubungan: Obstruksi jalan napas, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
- Gejala dan Tanda: Dispnea, takipnea, penggunaan otot bantu napas, sianosis, perubahan frekuensi napas.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran pernapasan.
- Faktor yang Berhubungan: Obstruksi jalan napas, penumpukan sekret, kelelahan otot-otot pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Batuk tidak efektif, bunyi napas tambahan, kesulitan mengeluarkan sekret, dispnea.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan pada toleransi aktivitas fisik.
- Faktor yang Berhubungan: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan otot.
- Gejala dan Tanda: Kelelahan, dispnea saat beraktivitas, penurunan kapasitas fungsional.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI pada diagnosis keperawatan asma akan memandu perawat dalam melakukan pengkajian, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dengan asma mencapai hasil kesehatan yang optimal. -
Article No. 1519 | 08 Oct 2024
Klinis : Apa diagnosa kronik krenal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Gagal Ginjal Kronis".
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Kekurangan Volume Cairan
4. Gangguan Pola Tidur
5. Risiko Infeksi
Penjelasan singkat dari masing-masing diagnosa:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Penyebab: Akumulasi sekret, kelemahan otot pernapasan, dan kelelahan.
- Gejala: Napas cuping hidung, bunyi pernapasan abnormal, dan sputum berlebih.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Penyebab: Keterbatasan fisiologis, kelelahan, dan kurangnya motivasi.
- Gejala: Kelelahan yang berlebihan, napas pendek, dan peningkatan denyut jantung.
3. Kekurangan Volume Cairan
- Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Penyebab: Peningkatan kehilangan cairan, ketidakmampuan mempertahankan keseimbangan cairan, dan asupan cairan tidak adekuat.
- Gejala: Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, dan berat badan menurun.
4. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Penyebab: Nyeri, ketidaknyamanan, dan stres.
- Gejala: Kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, dan tidur tidak berkualitas.
5. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen.
- Penyebab: Penurunan sistem imun, prosedur invasif, dan malnutrisi.
- Gejala: Peningkatan suhu tubuh, nyeri, dan tanda-tanda infeksi lainnya.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 1520 | 08 Oct 2024
Klinis : Apa diagnosa kolik renal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi kolik ginjal adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Dalam konteks kolik ginjal, nyeri akut disebabkan oleh spasmodik atau kontraksi otot polos ureter yang terjadi akibat adanya batu ginjal. Nyeri yang dirasakan biasanya sangat hebat, tiba-tiba, dan menjalar dari pinggang ke perut, selangkangan, atau alat kelamin.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mengidentifikasi beberapa luaran yang dapat dicapai, seperti:
1. Tingkat Nyeri: Menurun
2. Kontrol Nyeri: Meningkat
3. Kualitas Hidup Terkait Kesehatan: Membaik
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan beberapa intervensi yang dapat dilakukan, seperti:
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Komplementer (misalnya kompres hangat)
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
Sebagai perawat, tujuan utama adalah membantu pasien mengelola dan mengurangi nyeri akut yang dirasakan, serta memfasilitasi pemulihan dan peningkatan kualitas hidup pasien. -
Article No. 1521 | 08 Oct 2024
Klinis : pasien poast operasi laminectomy dengan terpasang kateter dan belum mobilisasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri pascaoperasi, keterbatasan pergerakan, dan terpasangnya kateter.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol, baik mandiri maupun dengan bantuan." Kondisi ini sering terjadi pada pasien pascaoperasi laminektomi, di mana pasien mengalami nyeri, keterbatasan pergerakan, dan terpasangnya alat bantu seperti kateter.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Mobilitas Fisik ini adalah peningkatan kemampuan mobilisasi pasien, kemampuan merawat diri, dan kemandirian pasien.
Berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik ini antara lain:
- Manajemen nyeri
- Mobilisasi progresif
- Perawatan kateter
- Terapi aktivitas
- Edukasi dan konseling pasien dan keluarga. -
Article No. 1522 | 08 Oct 2024
Klinis : Klien ke IGD dengan keluhan tubuh terkena api pada bagian wajah, punggung, tangan kanan dan kiri, kulit tampak melepuh dan mengelupas, luka bakar terasa panas dan mengeluh nyeri, gelisah, tidak selera makan, klien tidak dapat beraktifitas dan dibantu oleh keluarga, dan sulit tidur. 3 jam sebelumnya klien membakar dirinya sendiri karena klien depresi tidak menerima ditinggalkan oleh pacarnya menikah dengan laki-laki lain. Klien tampak meringis kesakitan, skala 7 dan klien sering mengipas lukanya dan melindungi luka bakarnya, mengeluh tidak nyaman dengan kondisinya dan lingkungan sekitarnya. Pemeriksaan fisik di peroleh TD 120/80 mmHg, Nadi 108x/menit, pernafasan 26x/menit, suhu 36,9 C. Klien hanya ditemani oleh ibunya saja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan percobaan bunuh diri.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri dan kondisi lingkungan.
5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan keterbatasan fisik.
Penjelasan Singkat:
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
- SDKI: Kerusakan integritas kulit, yaitu perubahan struktur dan fungsi kulit.
- SLKI: Pemulihan integritas kulit, meminimalkan komplikasi, dan memaksimalkan proses penyembuhan.
- SIKI: Perawatan luka, manajemen cairan dan elektrolit, terapi nutrisi, pencegahan infeksi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar.
- SDKI: Nyeri akut, yaitu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Manajemen nyeri, pengendalian stimulasi nyeri, dan penggunaan analgesik yang efektif.
- SIKI: Terapi analgesik, distraksi, relaksasi, dan pengkajian nyeri.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan percobaan bunuh diri.
- SDKI: Risiko cedera, yaitu rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi internal atau lingkungan.
- SLKI: Pencegahan cedera, dukungan psikologis, dan pengawasan yang intensif.
- SIKI: Asesmen risiko bunuh diri, terapi tindakan aman, dan intervensi psikososial.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri dan kondisi lingkungan.
- SDKI: Gangguan pola tidur, yaitu perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan pola tidur, manajemen nyeri, dan pengaturan lingkungan.
- SIKI: Terapi relaksasi, pengaturan lingkungan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan keterbatasan fisik.
- SDKI: Defisit perawatan diri, yaitu ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Peningkatan kemampuan perawatan diri, dukungan psikologis, dan pelatihan keluarga.
- SIKI: Bantuan perawatan diri, terapi okupasi, dan edukasi bagi pasien dan keluarga.
Dalam menangani kondisi ini, diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan perawatan luka, manajemen nyeri, dukungan psikologis, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memaksimalkan proses pemulihan dan mencegah komplikasi. -
Article No. 1523 | 08 Oct 2024
Klinis : Ny W (50 tahun) mengeluhkan nyeri sendi pada kedua jari-jari tangan, kaku dan bengkak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sendi berwarna merah, panas, deformitas pada kedua jari. Keluhan nyeri klien pada skala 7, nyeri menganggu aktivitas pasien sehingga membutuhkan bantuan keluarga. Apakah masalah keperawatan utama pada klien ini? a. Intoleran aktifitas b. Kelemahan mobilitas fisik c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari d. Nyeri akut e. Gangguan body image
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
d. Nyeri akut
Penjelasan:
- Ny W (50 tahun) mengeluhkan nyeri sendi pada kedua jari-jari tangan, kaku dan bengkak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sendi berwarna merah, panas, deformitas pada kedua jari.
- Keluhan nyeri klien pada skala 7, nyeri mengganggu aktivitas pasien sehingga membutuhkan bantuan keluarga.
- Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), diagnosis keperawatan "Nyeri akut" didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (tidak hanya nyeri).
- Kriteria diagnostik utamanya adalah klien melaporkan rasa nyeri, ekspresi nyeri, dan perilaku nyeri.
Sehingga diagnosis keperawatan utama yang paling sesuai adalah "Nyeri akut". -
Article No. 1524 | 08 Oct 2024
Klinis : luka di kaki 5cm sudah 2 minggu, gula diatas 300
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: T14.0
- Deskripsi: Luka terbuka di bagian tubuh, tidak ditentukan lokasi spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 250.00
- Deskripsi: Diabetes melitus tanpa komplikasi, tipe tidak ditentukan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T14.0 (Luka terbuka di bagian tubuh, tidak ditentukan lokasi spesifik) digunakan untuk menggambarkan luka di kaki yang berukuran 5 cm dan sudah berlangsung selama 2 minggu. Kode ini dipilih karena tidak ada informasi yang spesifik mengenai lokasi luka di kaki.
2. Kode ICD-9-CM 250.00 (Diabetes melitus tanpa komplikasi, tipe tidak ditentukan) digunakan untuk menggambarkan kondisi gula darah di atas 300 mg/dL. Kode ini dipilih karena tidak ada informasi yang spesifik mengenai tipe diabetes yang diderita.
Dalam praktik medis, pengkodean diagnosis dan prosedur medis menggunakan sistem klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM sangat penting untuk dokumentasi medis, penagihan, dan analisis epidemiologi. Kode-kode ini memberikan informasi yang terstandarisasi dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan di bidang kesehatan. -
Article No. 1525 | 08 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 65 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan kedua kaki bengkak terasa nyeri bila digerakkan sejak 2 minggu yang lalu dan sering terjadi di pagi hari. Pasien mengatakan senang konsumsi jeroan, cumi, dan kacang-kacangan. Saat pengkajian nampak ekspresi wajah tampak meringis saat kaki digerakkan, skala nyeri 7, kedua sendi lutut dan ibu jari kaki tampak kemerahan. TD: 140/90, N: 84x/mnt, S: 36,8⁰C. Apakah pengkajian look pada kasus diatas? a. kekuatan otot b. Krepitus dan spasme otot c. Keterbatasan rentang gerak d. deformitas sendi e. nyeri tekan pada sendi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari data yang diberikan, pengkajian yang sesuai dengan kondisi pasien adalah:
e. Nyeri tekan pada sendi
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi pasien ini dapat didiagnosis sebagai:
Diagnosis Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan singkat:
- Pasien mengeluhkan nyeri pada kedua kaki yang terasa bengkak dan sulit digerakkan, dengan skala nyeri 7.
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan sendi lutut dan ibu jari kaki tampak kemerahan, menunjukkan adanya nyeri tekan pada sendi.
- Tanda-tanda vital pasien stabil, namun pola makan pasien yang sering mengonsumsi jeroan, cumi, dan kacang-kacangan dapat menyebabkan peningkatan asam urat, yang berkontribusi pada gejala nyeri sendi.
Jadi, pengkajian yang sesuai adalah nyeri tekan pada sendi. -
Article No. 1526 | 08 Oct 2024
Klinis : KASUS IBU POST PARTUM FISIOLOGIS Klien Ny. Y usia 21 th (P1, A0) pasca bersalin secara spontan pada tanggal 23 April 2024 pukul 09.30, Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan dengan BB 3700 gram, panjang badan 51 cm, Apgar score 8/9. Ibu tampak lemah dan menyatakan masih merasakan nyeri pada area jalan lahir (perineum) dan area payudaranya serta belum bisa menyusui bayinya. Hasil pemeriksaan Tinggi fundus uteri satu jari bawah pusat , TTV : Tekanan Darah : 120/70mmHg, suhu 37,4°C, nadi 90 kali per menit, respirasi 22 kali per menit. Riwayat penyakit dahulu, pasien belum pernah dirawat dan dioperasi di Rumah Sakit. Riwayat KB, klien belum pernah mengikuti program KB. Aktivitas klien seperti makan minum, berpakaian, berhias diri, toileting, ambulasi, bathing (mandi) masih dibantu keluarga. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Kepala : bentuk mesochepal, distribusi rambut merata, rambut terlihat bersih, pendek, lurus, warna hitam. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada edema kelopak, pupil isokhor, tidak ada gangguan penglihatan. Hidung dalam keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret. Mulut: tidak ada stomatitis , mukosa bibir lembab, gigi bersih dan tidak ada karies. Telinga: berbentuk simetris, terlihat bersih, tidak ada serumen, tidakada gangguan pendengaran. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan vena jugularis. Payudara : simetris, teraba tegang, kolostrum keluar saat dipencet, areola menghitam, putting susu menonjol keluar, tidak ada luka atau lecet pada puting, tidak ada nyeri tekan. Jantung: Inspeksi (I) : ictus cordis tidak terlihat, palpasi (P) : ictus cordis teraba pada Intercosta 4-5 mid clavicula sinistra, tidak ada nyeri tekan, Perkusi (P) redup, f Auskultasi (A) bunyi jantung normal s1 dan s2 reguler. Paru-paru: Inspeksi (I) : tidak ada lesi, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi dada atau penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi (P) : vocal fremitus teraba sama kanan kiri, tidak ada nyeri tekan. Perkusi (P) : resonan. Auskultasi (A) : vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan Abdomen Inspeksi (I) perut masih terlihat agak buncit, terdapat linea nigra, linea alba, dan striae, umbilikus terlihat sedikit menonjol. Auskultasi (A) peristaltik usus 13X/menit, Perkusi (P) : tympani. Palpasi (P) : fundus uteri teraba satu jari dibawah umbilikus. Ekstremitas atas : kekuatan otot penuh (5) fungsi normal, CRT: < 2 detik Ekstremitas bawah: tidak ada edema, tidak ada varises, fungsi normal, reflek patela + / +, Homan sign negatif, ekstremitas teraba hangat, kekuatan otot penuh (5). Integumen terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, terdapat linea nigra, linea alba dan striae. Genetalia (Vulva dan Perineum): redness : tidak ada kemerahan, echymosis : tidak tampak kebiruan, edema : tidak ada edema, discharge : tidak ada pengeluaran push pada jahitan, approximation : penutupan luka baik, jahitan tidak rembes. Lokhea : rubra, warna merah kental, aliran sedang, jumlah kurang lebih 80cc, bau amis, tidak purulent, klien sudah ganti pembalut 1x. Rectum : tidak terdapat hemmoroid Pemeriksaan Penunjang: Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap diperoleh data sebagai berikut : Golongan Darah AB; Hematokrit 33%; Leu 15,7 10^3/uL; Eritrosit 3,76 10^6/ uL; Trombosit 189 10^3/uL; Hb 10,8 g/ dl; MCV 87,8 fL; MCH 28,7 pg; MCHC 32,7 g/dl; Limfosit 9,8 % MXD 4,9 %, Netrofil 85,3%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. Y sebagai ibu postpartum fisiologis, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses persalinan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Gejala dan tanda mayor: Klien melaporkan nyeri, mengerutkan dahi, meringis, dan gemetar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Nyeri terkontrol
- Kemampuan mengatasi nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri
- Terapi analgesik
- Relaksasi
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan proses persalinan
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
- Gejala dan tanda mayor: riwayat infeksi sebelumnya, prosedur pembedahan/invasif, malnutrisi, usia ekstrem.
SLKI:
- Tidak terjadi infeksi
- Pemulihan proses penyembuhan
SIKI:
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Perawatan luka
- Manajemen aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan perubahan fisiologis pasca bersalin
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Gangguan Pola Tidur adalah perubahan dalam kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- Gejala dan tanda mayor: klien melaporkan sulit memulai atau mempertahankan tidur, serta terbangun lebih awal.
SLKI:
- Pola tidur membaik
- Kualitas tidur meningkat
SIKI:
- Manajemen lingkungan tidur
- Terapi relaksasi
- Edukasi pola tidur
Secara umum, diagnosa keperawatan yang teridentifikasi pada kasus Ny. Y sebagai ibu postpartum fisiologis mencakup masalah nyeri, risiko infeksi, dan gangguan pola tidur. Penjelasan singkat untuk masing-masing diagnosa mencakup definisi, gejala dan tanda mayor, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.