Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20219 | 30 Jul 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami diare sering, cair, tidak ada darah/ lendir, makin sering disertai muntah yang tidak terkendali selama 1 hari, tidak dapat minum dan makan, anak terlihar lemah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan gejala diare akut disertai muntah dan dehidrasi:
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit** *(Kode: 00027)*
**Definisi:** Penurunan volume cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraseluler yang menyebabkan dehidrasi.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kehilangan cairan berlebihan melalui diare dan muntah.
- Asupan cairan yang tidak adekuat (tidak dapat minum/makan).
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Keseimbangan Cairan** *(Kode: 0701)*
**Kriteria Evaluasi:**
- Turgor kulit membaik *(SLKI 070104)*.
- Frekuensi diare dan muntah menurun *(SLKI 070107)*.
- Asupan cairan adekuat *(SLKI 070102)*.
- Tanda vital stabil (nadi, tekanan darah, suhu) *(SLKI 070103)*.
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
1. **Manajemen Cairan** *(Kode: 2120)*
- Memantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mata cekung, ubun-ubun).
- Memberikan cairan rehidrasi oral (oralit) atau intravena sesuai indikasi.
- Memonitor balance cairan (input/output).
2. **Manajemen Muntah** *(Kode: 1620)*
- Posisikan pasien semi-Fowler untuk mencegah aspirasi.
- Berikan antiemetik sesuai resep dokter.
- Hindari pemberian makanan padat selama fase akut.
3. **Edukasi Kesehatan** *(Kode: 5604)*
- Ajarkan orang tua cara pemberian oralit dan tanda dehidrasi.
- Anjurkan diet BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast) setelah fase akut.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Prioritas:** Stabilisasi cairan dan elektrolit untuk mencegah syok hipovolemik.
- **Kolaborasi:** Rujuk ke dokter jika terdapat tanda dehidrasi berat (lemas ekstrem, oliguria, takikardia).
Semua kode dan standar mengacu pada **PPNI (2017-2019)**. Perlu dilakukan reassessment setiap 2-4 jam untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis)*. -
Article No. 20220 | 30 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan mual dan sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan untuk pasien dengan kondisi mual dan sakit perut, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (SDKI: 10016)
Definisi: Sensasi ketidaknyamanan di dalam rongga perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
2. Nyeri Akut (SDKI: 10044)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengendalian Mual (SLKI: 30044)
Definisi: Kemampuan pasien untuk mencegah atau mengurangi sensasi mual.
2. Pengendalian Nyeri (SLKI: 30046)
Definisi: Kemampuan pasien untuk mencegah atau mengurangi rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mual (SIKI: 80105)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi sensasi mual.
2. Manajemen Nyeri (SIKI: 80135)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi rasa nyeri.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Mual (SDKI: 10016) dan Nyeri Akut (SDKI: 10044). Luaran keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Pengendalian Mual (SLKI: 30044) dan Pengendalian Nyeri (SLKI: 30046). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Mual (SIKI: 80105) dan Manajemen Nyeri (SIKI: 80135). -
Article No. 20221 | 30 Jul 2025
Klinis : Ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ansietas.
Diagnosa Keperawatan:
Ansietas (10001)
Definisi:
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disertai dengan respons autonom, yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, yang tidak dapat diidentifikasi secara jelas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disertai dengan respons autonom, yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, yang tidak dapat diidentifikasi secara jelas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Tingkat kenyamanan individu atau kelompok dalam merespons ancaman, bahaya, atau perubahan yang dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Tindakan mandiri perawat untuk mengatasi atau mengurangi ansietas yang dialami oleh individu atau kelompok.
Dalam konteks akademis dan sebagai seorang pakar perawat, diagnosa keperawatan Ansietas (10001) mengacu pada perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disertai dengan respons autonom, yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang tidak dapat diidentifikasi secara jelas. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan definisi, kode, dan penjelasan yang komprehensif terkait kondisi ini. -
Article No. 20222 | 30 Jul 2025
Klinis : Buat contoh Kasus Individu tentang GERD (Gastroesophageal Reflux Diesease)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kasus Individu GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
Berdasarkan kondisi kasus individu GERD, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan di mana individu memiliki risiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Etiologi yang mungkin terjadi pada kasus GERD antara lain:
- Intake nutrisi yang tidak adekuat akibat rasa sakit saat menelan makanan
- Malabsorpsi nutrisi akibat kerusakan mukosa esofagus oleh refluks asam
- Anoreksia akibat gejala GERD seperti rasa mual, muntah, dan rasa tidak nyaman
2. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Etiologi yang mungkin terjadi pada kasus GERD antara lain:
- Kerusakan pada mukosa esofagus akibat refluks asam lambung
- Iritasi pada saraf sensorik esofagus akibat kontak dengan asam lambung
- Spasme otot esofagus akibat refluks asam
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan GERD dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Keseimbangan Nutrisi: Sesuai Kebutuhan
- Indikator: Berat badan mempertahankan atau meningkat, Intake nutrisi adekuat, Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
2. Kontrol Nyeri
- Indikator: Pasien melaporkan nyeri berkurang, Penggunaan analgesik berkurang, Aktivitas fisik meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan GERD antara lain:
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan faktor-faktor yang memengaruhi intake nutrisi
- Berikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk GERD, misalnya menghindari makanan yang dapat memicu refluks
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang adekuat
- Pantau berat badan, intake nutrisi, dan tanda-tanda kekurangan nutrisi secara berkala
2. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik, lokasi, durasi, dan faktor pemicu nyeri
- Berikan intervensi farmakologis sesuai kolaborasi dengan dokter, misalnya pemberian antasida, H2-blocker, atau proton pump inhibitor
- Berikan intervensi non-farmakologis, seperti kompres hangat, posisi berbaring miring kanan, dan teknik relaksasi
- Ajarkan pasien strategi manajemen nyeri mandiri
- Pantau respons pasien terhadap intervensi dan efektivitas pengelolaan nyeri
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang diidentifikasi berdasarkan kasus GERD adalah Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh dan Nyeri Kronis. Etiologi yang mendasari kedua diagnosa tersebut dijelaskan secara rinci.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Keseimbangan Nutrisi: Sesuai Kebutuhan dan Kontrol Nyeri. Indikator-indikator untuk mencapai luaran tersebut juga dijabarkan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran mencakup Manajemen Nutrisi dan Manajemen Nyeri. Setiap intervensi dijelaskan secara komprehensif, meliputi pengkajian, intervensi farmakologis dan non-farmakologis, edukasi pasien, serta pemantauan respons pasien.
Secara keseluruhan, penjelasan disajikan dengan nada akademis dan perspektif seorang perawat yang ahli dalam menangani kasus GERD. -
Article No. 20223 | 30 Jul 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan utama rasa terbakar dan tidak nyaman di dada yang sudah dirasakannya selama 2 minggu terakhir. Rasa terbakar tersebut sering muncul terutama setelah makan dan saat berbaring malam hari. Pasien juga mengeluhkan rasa pahit dan asam yang naik ke mulutnya serta sesekali merasa nyeri di ulu hati. Ia merasa gejala makin berat jika makan makanan pedas atau berlemak, dan minum kopi. Riwayat penyakit lain yang diungkapkan adalah obesitas dan kebiasaan merokok.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (SDKI, 2017). Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami pasien, yaitu rasa terbakar dan tidak nyaman di dada, rasa pahit dan asam yang naik ke mulut, serta nyeri di ulu hati, yang dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem pencernaan, khususnya kondisi gastroesofageal reflux disease (GERD).
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Nutrisi: Pasien dapat mencapai dan mempertahankan berat badan ideal sesuai dengan status kesehatannya.
2. Kontrol Gejala: Pasien dapat mengendalikan gejala GERD, seperti rasa terbakar dan tidak nyaman di dada, rasa pahit dan asam yang naik ke mulut, serta nyeri di ulu hati.
3. Peningkatan Pengetahuan: Pasien dapat menunjukkan pemahaman yang baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi GERD dan langkah-langkah untuk mengelola kondisinya.
4. Kepatuhan Terapi: Pasien dapat menunjukkan kepatuhan terhadap regimen terapeutik yang direkomendasikan, termasuk pengobatan, perubahan gaya hidup, dan perawatan diri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Nutrisi: Melakukan pengkajian status nutrisi pasien, memantau asupan dan output cairan, serta memantau berat badan pasien.
2. Manajemen Gejala GERD: Mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor pemicu gejala GERD, seperti makanan pedas atau berlemak, kopi, dan merokok. Memberikan edukasi tentang teknik pengelolaan gejala, seperti posisi tidur yang tepat, dan mengonsumsi makanan kecil secara teratur.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang patofisiologi GERD, faktor risiko, dan langkah-langkah untuk mencegah dan mengelola kondisi ini, termasuk modifikasi gaya hidup.
4. Manajemen Obat: Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan yang sesuai, seperti inhibitor pompa proton atau antagonis reseptor H2, serta memantau efektivitas dan efek samping pengobatan.
5. Dukungan Psikologis: Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dalam menghadapi kondisi GERD dan perubahan gaya hidup yang diperlukan.
6. Evaluasi dan Tindak Lanjut: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian tujuan luaran dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan untuk memastikan keberhasilan asuhan keperawatan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perbaikan nutrisi, kontrol gejala GERD, peningkatan pengetahuan, dan kepatuhan terhadap regimen terapeutik, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 20178 | 29 Jul 2025
Klinis : bersihan jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi bersihan jalan napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bersihan jalan napas adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini menggambarkan adanya hambatan dalam mempertahankan permeabilitas jalan napas untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat. Hal ini dapat terjadi akibat adanya penumpukan sekret, obstruksi pada jalan napas, atau penurunan kemampuan batuk.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, yang ditandai dengan:
a. Jalan napas paten
b. Tidak ada sianosis
c. Tidak ada retraksi dinding dada
d. Bunyi napas normal
e. Frekuensi napas dalam rentang normal
f. Saturasi oksigen dalam rentang normal
2. Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk membersihkan jalan napas, yang ditandai dengan:
a. Kemampuan batuk yang efektif
b. Kemampuan melakukan teknik pernapasan dan batuk yang efektif
c. Kemampuan melakukan fisioterapi dada
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring status pernapasan:
a. Mengkaji frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan
b. Mengkaji tanda-tanda distres pernapasan (retraksi, sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan)
c. Memantau saturasi oksigen
2. Memfasilitasi bersihan jalan napas:
a. Memposisikan pasien untuk memfasilitasi drainase sekret
b. Melakukan suction pada jalan napas jika diperlukan
c. Mengajarkan teknik batuk efektif dan fisioterapi dada
d. Memberikan nebulizer atau bronkodilator jika diperlukan
3. Edukasi dan dukungan:
a. Mengajarkan teknik pernapasan dan batuk efektif
b. Memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga bersihan jalan napas
c. Memberikan dukungan dan motivasi pada pasien untuk melakukan perawatan mandiri
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" mengindikasikan adanya masalah terkait kemampuan pasien untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas. Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk membersihkan jalan napas. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi monitoring status pernapasan, memfasilitasi bersihan jalan napas, serta edukasi dan dukungan pada pasien. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memastikan jalan napas tetap paten, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam merawat dirinya sendiri. -
Article No. 20179 | 29 Jul 2025
Klinis : PASIEN DATANG DENGAN KELUHAN KAKI BENGKAK SUDAH 3 BULAN DAN AKAN KONTROL ULANG
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan kaki bengkak selama 3 bulan dan akan kontrol ulang.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Edema" (00027). Edema didefinisikan sebagai akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial, yang menyebabkan pembengkakan di jaringan. Pada kasus ini, pasien mengalami pembengkakan pada kaki yang telah berlangsung selama 3 bulan, sehingga diagnosa edema menjadi yang paling relevan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas fisik meningkat (0208): Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat berjalan dengan baik tanpa pembatasan, dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dan tidak ada tanda-tanda edema pada ekstremitas.
2. Keseimbangan cairan (0601): Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat, tidak ada tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan, dan hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
3. Perfusi jaringan (0400): Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien menunjukkan sirkulasi yang adekuat pada ekstremitas, tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi, dan tidak ada keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen edema (4120):
- Identifikasi penyebab edema, seperti kondisi kardiovaskular, ginjal, atau faktor lainnya.
- Monitor tanda-tanda vital, intake-output cairan, dan berat badan harian.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan pengobatan yang tepat, seperti diuretik atau terapi kompresi.
- Edukasi pasien tentang manajemen edema, seperti posisi elevasi ekstremitas, aktivitas fisik, dan diet rendah garam.
2. Peningkatan mobilitas (0200):
- Evaluasi kemampuan mobilitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang membatasi.
- Berikan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan pasien.
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan fisik yang sesuai, seperti berjalan atau senam, secara bertahap.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun rencana latihan yang tepat.
3. Manajemen cairan (4120):
- Monitor intake-output cairan, berat badan harian, dan hasil pemeriksaan laboratorium.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan yang adekuat.
- Edukasi pasien tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan, seperti membatasi asupan garam dan cairan yang berlebihan.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada manajemen edema, peningkatan mobilitas, dan manajemen cairan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu mobilitas fisik yang meningkat, keseimbangan cairan yang terjaga, dan perfusi jaringan yang adekuat. Hal ini akan membantu pasien mencapai kondisi kesehatan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 20180 | 29 Jul 2025
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi anemia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Anemia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Kekurangan Volume Cairan" (Deficient Fluid Volume). Anemia merupakan kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah berkurang, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Pasien dengan anemia berisiko mengalami penurunan volume cairan akibat gangguan dalam proses transportasi oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Hidrasi Adekuat: Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang baik, seperti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan produksi urin yang cukup.
2. Perfusi Jaringan Perifer Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan pada sirkulasi darah ke jaringan perifer, seperti ekstremitas terasa hangat, kapiler refill kurang dari 2 detik, dan tidak ada tanda-tanda hipoperfusi.
3. Kadar Hemoglobin Meningkat: Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin ke dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Pemantauan Cairan:
- Lakukan pengkajian status cairan secara komprehensif, termasuk tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta pemeriksaan laboratorium.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan, serta lakukan intervensi yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan kebutuhan cairan yang adekuat.
2. Manajemen Anemia:
- Berikan suplemen zat besi sesuai dengan resep dokter untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya kepatuhan minum obat, serta gejala anemia dan komplikasinya.
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk merencanakan diet yang kaya akan nutrisi, seperti protein, vitamin, dan mineral yang dapat membantu meningkatkan produksi sel darah merah.
3. Peningkatan Perfusi Jaringan:
- Pantau tanda-tanda hipoperfusi, seperti ekstremitas dingin, nadi perifer lemah, dan perubahan warna kulit.
- Berikan posisi yang meningkatkan aliran darah, seperti mengangkat ekstremitas atau menggunakan bantuan alat kesehatan yang dapat meningkatkan sirkulasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan intervensi yang tepat, seperti pemberian oksigen atau terapi lainnya.
Melalui diagnosa keperawatan yang tepat, luaran yang jelas, dan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dengan kondisi anemia dapat mencapai pemulihan yang optimal dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 20181 | 29 Jul 2025
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait kondisi **anemia** berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** dengan format akademis dan persona pakar keperawatan.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode SDKI:** **A.0016**
**Judul:** **Intoleransi Aktivitas**
**Definisi:** **Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari yang adekuat karena ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.**
**Penjelasan:**
Anemia menyebabkan penurunan kadar hemoglobin, sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah berkurang. Hal ini mengakibatkan tubuh tidak mampu memenuhi kebutuhan energi selama aktivitas fisik, sehingga pasien mudah lelah, sesak napas, atau pusing saat beraktivitas.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI:** **L.04001**
**Judul:** **Toleransi Aktivitas**
**Indikator:**
- **L.04001.1**: Pasien mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa kelelahan berlebihan.
- **L.04001.2**: Denyut nadi dan pernapasan dalam batas normal saat aktivitas.
- **L.04001.3**: Tidak mengalami pusing atau sesak napas saat beraktivitas.
**Penjelasan:**
Tujuan intervensi keperawatan adalah meningkatkan toleransi aktivitas pasien anemia dengan memastikan keseimbangan antara istirahat dan aktivitas, serta memantau tanda vital untuk mencegah kelelahan berlebihan.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI:** **I.09001**
**Judul:** **Manajemen Energi**
**Aktivitas:**
- **I.09001.1**: Anjurkan istirahat yang cukup sebelum dan setelah aktivitas.
- **I.09001.2**: Bantu pasien dalam mengatur jadwal aktivitas harian sesuai kemampuan.
- **I.09001.3**: Pantau tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, saturasi oksigen) sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
- **I.09001.4**: Edukasi pasien tentang teknik penghematan energi (contoh: duduk saat mandi, menghindari gerakan tiba-tiba).
**Penjelasan:**
Intervensi ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan energi pasien anemia dengan meminimalkan beban kerja fisik dan memastikan adaptasi tubuh terhadap aktivitas sehari-hari.
---
### **Kesimpulan**
Dalam penatalaksanaan anemia, perawat menggunakan **SDKI A.0016 (Intoleransi Aktivitas)** sebagai dasar diagnosa, dengan luaran yang diharapkan **SLKI L.04001 (Toleransi Aktivitas)**, dan intervensi utama **SIKI I.09001 (Manajemen Energi)**. Pendekatan ini bersifat holistik, mencakup aspek fisiologis dan edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
---
Format ini memenuhi kaidah akademis dan dapat digunakan dalam dokumentasi asuhan keperawatan maupun bahan ajar. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan beri masukan. -
Article No. 20182 | 29 Jul 2025
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi nyeri akut, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat yang ahli di bidangnya.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri akut:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut memiliki karakteristik klinis, antara lain: onset tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, berlangsung kurang dari 3 bulan, dan disebabkan oleh stimulasi nosiseptif, cedera, atau penyakit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut adalah:
a. Tingkat Nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri dari sedang/berat menjadi ringan atau tidak ada nyeri.
b. Kontrol Nyeri: Pasien akan mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
c. Toleransi Aktivitas: Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa peningkatan nyeri.
d. Kenyamanan: Pasien akan melaporkan peningkatan rasa nyaman setelah intervensi keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan nyeri akut adalah:
a. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan pantau efektivitasnya.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dan terapi musik.
b. Manajemen Aktivitas:
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat nyeri yang dialami.
- Ajarkan teknik pengaturan aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan fungsi dan mobilitas pasien.
c. Peningkatan Kenyamanan:
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi stimulus yang dapat memperburuk nyeri.
- Berikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan, seperti pijatan, terapi music, dan aromaterapi.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan nyeri akut dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kontrol nyeri, toleransi aktivitas, dan kenyamanan secara keseluruhan.