Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1713 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat mengidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Diare
- SDKI: Perubahan pola defekasi yang ditandai dengan frekuensi buang air besar yang meningkat, konsistensi cair, dan volume yang berlebihan.
- SLKI: Intervensi untuk memulihkan pola eliminasi usus yang efektif.
- SIKI: Tindakan untuk mengembalikan pola eliminasi usus yang efektif.
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi untuk memulihkan status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Tindakan untuk memulihkan status nutrisi yang adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan perfusi jaringan perifer
- SDKI: Pengurangan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer.
- SIKI: Tindakan untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer.
4. Diagnosa Keperawatan: Nyeri kronis
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung terus-menerus.
- SLKI: Intervensi untuk mengelola nyeri kronis.
- SIKI: Tindakan untuk mengelola nyeri kronis.
5. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
- SDKI: Sensasi terus-menerus dan menetap akan kurangnya energi fisik dan mental untuk melakukan aktivitas.
- SLKI: Intervensi untuk memulihkan energi fisik dan mental.
- SIKI: Tindakan untuk memulihkan energi fisik dan mental.
Demikian beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi pasien tersebut. Diagnosa lainnya mungkin juga dapat ditambahkan sesuai dengan analisis yang lebih mendalam terhadap kondisi pasien. -
Article No. 1714 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan pada pasien, beserta penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Manajemen aktivitas, Manajemen energi, Manajemen disfungsi neurologis.
2. Diagnosa Keperawatan: Mual
- SDKI: Perasaan tidak nyaman dan keinginan untuk muntah.
- SLKI: Pasien bebas dari mual.
- SIKI: Manajemen mual, Manajemen nutrisi.
3. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Intake Nutrisi
- SDKI: Asupan makanan dan cairan yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang diinginkan.
- SIKI: Manajemen nutrisi, Manajemen obesitas.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Eliminasi Gastrointestinal
- SDKI: Penyimpangan pada pengeluaran feses dan/atau gas yang menimbulkan ketidaknyamanan.
- SLKI: Pola eliminasi feses kembali normal.
- SIKI: Manajemen eliminasi, Manajemen diare.
5. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari tiga bulan.
- SLKI: Pasien bebas dari nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri, Manajemen gejala.
6. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Ketidakseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan.
- SLKI: Keseimbangan cairan terpelihara.
- SIKI: Manajemen cairan, Terapi cairan.
Penjelasan singkat untuk setiap diagnosa keperawatan di atas dapat disesuaikan dengan kondisi pasien dan rencana asuhan keperawatan yang diperlukan. -
Article No. 1715 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan edema, perubahan warna kuning, dan kekeringan kulit.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan intake makanan yang tidak adekuat.
3. Penurunan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare berdarah.
4. Nyeri Kronis berhubungan dengan pembesaran hepar, ascites, dan edema.
5. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan sesak napas dan penurunan ekspansi dada.
6. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Integritas Kulit: Kerusakan pada kulit dan lapisan di bawahnya.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan zat gizi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Penurunan Volume Cairan: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
4. Nyeri Kronis: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
5. Gangguan Pola Napas: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan nyaman.
6. Risiko Infeksi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas Kulit: Pemulihan dan pemeliharaan struktur dan fungsi kulit.
2. Status Gizi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
3. Keseimbangan Cairan: Keseimbangan antara intake dan output cairan.
4. Manajemen Nyeri: Pengendalian rasa nyeri yang dialami.
5. Pola Napas: Kemampuan untuk bernapas dengan efektif.
6. Pencegahan Infeksi: Upaya untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Luka: Tindakan untuk memulihkan integritas kulit.
2. Manajemen Nutrisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Manajemen Cairan: Tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
4. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengendalikan rasa nyeri.
5. Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk mempertahankan jalan napas.
6. Pencegahan Infeksi: Tindakan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi. -
Article No. 1716 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme absorbsi dan peningkatan kehilangan cairan melalui feses (diare/malabsorpsi).
2. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (hepatomegali, asites, peritonitis).
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (asites, edema, ikterus).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan sesak napas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme absorbsi dan peningkatan kehilangan cairan melalui feses (diare/malabsorpsi):
- SDKI: Kekurangan volume cairan
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Terapi Cairan
2. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (hepatomegali, asites, peritonitis):
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Terapi Nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (asites, edema, ikterus):
- SDKI: Gangguan Citra Tubuh
- SLKI: Peningkatan Citra Tubuh
- SIKI: Konseling Citra Tubuh
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan sesak napas:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Pelatihan Aktivitas
Dalam hal ini, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menyusun Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) sebagai acuan dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 1717 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: K92.1
- Deskripsi: Melena (berak darah kehitaman)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.0
- Deskripsi: Parasentesis abdominal, untuk diagnosa dan pengobatan ascites.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini merupakan seorang laki-laki berusia 40 tahun yang dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan utama berak darah. Pasien juga mengeluh mual, tidak nafsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak, sesak napas, sakit kepala, dan batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, penurunan berat badan, dan ascites. Hasil laboratorium menunjukkan adanya anemia, peningkatan parameter inflamasi, dan gangguan fungsi hati.
Riwayat penyakit pasien menunjukkan bahwa ia pernah dirawat dengan kasus yang sama sebanyak 4 kali sebelumnya, serta memiliki kebiasaan mengonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan pasien sebagai sopir juga dapat menjadi faktor risiko.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan riwayat penyakit, diagnosis yang dapat ditegakkan adalah melena (K92.1) sebagai manifestasi perdarahan gastrointestinal. Pemeriksaan lebih lanjut, seperti pungsi ascites, dilakukan untuk mengetahui penyebab perdarahan dan ascites.
Tindakan medis yang dapat dilakukan adalah parasentesis abdominal (49.0) untuk diagnosa dan pengobatan ascites. -
Article No. 1718 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (SDKI)
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI)
3. Penurunan curah jantung (SDKI)
4. Resiko infeksi (SDKI)
5. Resiko intoleransi aktivitas (SDKI)
6. Nyeri kronis (SDKI)
7. Perubahan eliminasi: diare (SDKI)
8. Perubahan sensori persepsi: nyeri (SDKI)
9. Perubahan perfusi jaringan (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. Mual (SDKI): Ketidaknyamanan yang dirasakan pasien akibat rangsangan refleks untuk muntah.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI): Asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh pasien.
3. Penurunan curah jantung (SDKI): Ketidakmampuan jantung memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
4. Resiko infeksi (SDKI): Kerentanan pasien terhadap infeksi yang disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh.
5. Resiko intoleransi aktivitas (SDKI): Ketidakmampuan pasien untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
6. Nyeri kronis (SDKI): Rasa tidak nyaman yang terus-menerus dan berlangsung lama.
7. Perubahan eliminasi: diare (SDKI): Pengeluaran tinja dalam jumlah berlebihan dan konsistensi cair.
8. Perubahan sensori persepsi: nyeri (SDKI): Perubahan kemampuan pasien dalam merasakan dan menginterpretasikan sensasi nyeri.
9. Perubahan perfusi jaringan (SDKI): Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat digunakan untuk menentukan luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan tersebut. -
Article No. 1719 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Jaringan (SDKI) berhubungan dengan kegagalan proses penyembuhan luka, yang ditandai dengan adanya perdarahan gastrointestinal, perut kembung, dan oedema.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI) berhubungan dengan penurunan asupan nutrisi, yang ditandai dengan penurunan berat badan, anoreksia, dan edema.
3. Penurunan Curah Jantung (SDKI) berhubungan dengan gangguan fungsi hati, yang ditandai dengan sesak napas, penurunan tekanan darah, dan edema.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer (SDKI) berhubungan dengan penurunan fungsi hati, yang ditandai dengan edema, gangguan integritas kulit, dan perdarahan.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Integritas Jaringan: Perdarahan gastrointestinal, perut kembung, dan edema mengindikasikan adanya gangguan pada integritas jaringan yang dapat disebabkan oleh penyakit hati atau komplikasi lainnya.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Penurunan berat badan, anoreksia, dan edema menunjukkan bahwa asupan nutrisi pasien tidak mencukupi kebutuhan tubuhnya, kemungkinan akibat mual, anoreksia, dan gangguan fungsi hati.
3. Penurunan Curah Jantung: Sesak napas, penurunan tekanan darah, dan edema mengindikasikan adanya penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah secara efektif, yang dapat disebabkan oleh gangguan fungsi hati.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer: Edema, gangguan integritas kulit, dan perdarahan menandakan adanya perubahan perfusi jaringan perifer, yang dapat dikaitkan dengan penurunan fungsi hati.
Standar SLKI dan SIKI dapat digunakan untuk menentukan intervensi dan hasil yang diharapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan. -
Article No. 1720 | 09 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan permeabilitas saluran napas yang optimal untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- SLKI: Meningkatkan kemampuan pasien untuk mempertahankan permeabilitas saluran napas yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan antara lain suction, pemberian oksigen, latihan batuk efektif, dan pengaturan posisi.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan fisik yang dirasakan untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Meningkatkan tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan antara lain evaluasi tingkat aktivitas, manajemen aktivitas, dan peningkatan energi.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Berisiko mengalami pengurangan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Mempertahankan perfusi jaringan perifer yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan antara lain observasi tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, dan manajemen nutrisi.
Penjelasan Singkat:
Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
Berdasarkan kondisi pasien tersebut, tiga diagnosa keperawatan yang muncul adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer. Masing-masing diagnosa memiliki SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. -
Article No. 1721 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari. Klien pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) dengan kasus yang sama 4 kali (2001, 2004, 2007 dan 2009). Klien memiliki kebiasaan sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan kraktingdeng. Pekerjaan sopir. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 24x/menit; cepat dangkal, Rh +/+, pleural friction rub -/+, batuk produktif, sputum putih cair, sesak, jalan nafas ada sumbatan, O2 3 lpm. TD=90/70 mmHg, N=80 x/mnt, S=37.5C, conjungtiva anemis, nyeri dada saat aktivitas seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 4-6, oedema dorsal pedis. Sakit kepala (kepala pusing). Perut buncit, kembung, tegang, lingkar perut 106 cm, hepar tidak teraba, ada spider nevy, shiftness dulness positif, bising usus lemah, hepar teraba 3 jari di kuadran kanan atas, mual, makan ¼ porsi, 2 hari yang lalu BAB cair hitam, lidah kotor, mukosa bibir kering, caries, stomatitis. Urine kuning pekat, 470 cc/hari. Edema kedua tungkai bawah. Kulit kering, kulit perut tegang dan mengkilap, spider nevi positif, kulit warna kuning Hasil laboratorium: Haemoglobin 9 gr%, haematocrit 26%, albumin 1.5 gr%, leukosit Peningkatan: leukosit, trombosit, SGOT, ureum, kreatinin, kalium, protein total, globulin, bilirubin total dan direct Pungsi ascites: hipokondria kanan 6000 cc, mengandung sedikit sel leukosit PMN, sel limfosit dan sel mesotel tampak tanda keganasan. Analisa cairan ascites: jumlah sel limfosit 420 U/L, PMN 30%, MN 70, protein 1100 mg%, chloride 103 mg%, glukosa 173 mg%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan (SDKI):
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Mual, anoreksia, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan.
- Gejala/tanda: Penurunan berat badan, asupan makanan menurun, fatigue, perubahan turgor kulit.
2. Perubahan perfusi jaringan
- Definisi: Perubahan aliran darah ke jaringan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
- Penyebab: Kerusakan fungsi organ, penyakit kardiovaskular, perdarahan.
- Gejala/tanda: Edema, penurunan tekanan darah, takikardia, dan perubahan warna kulit.
3. Nyeri kronis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab: Penyakit kronis, proses penyakit, gangguan muskuloskeletal.
- Gejala/tanda: Ekspresi wajah, perubahan tanda vital, perubahan pola aktivitas, keluhan sakit.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen nutrisi
- Tujuan: Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- Intervensi: Mengevaluasi asupan nutrisi, memantau berat badan, mengatur pola makan, memberikan makanan/suplemen sesuai kebutuhan.
2. Manajemen perfusi jaringan
- Tujuan: Klien dapat mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
- Intervensi: Memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi tubuh, memberikan oksigenasi, menangani edema.
3. Manajemen nyeri
- Tujuan: Klien dapat mengendalikan nyeri kronis.
- Intervensi: Mengkaji karakteristik nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis, memberikan analgesik sesuai indikasi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan nutrisi
2. Terapi nutrisi enteral
3. Terapi nutrisi parenteral
4. Perawatan luka
5. Manajemen cairan
6. Pemberian oksigen
7. Terapi analgesik
8. Manajemen nyeri
Penjelasan singkat:
Pasien ini mengalami masalah gastrointestinal dengan gejala berak darah, mual, anoreksia, penurunan berat badan, serta adanya edema dan perubahan perfusi jaringan yang ditandai dengan sesak napas, nyeri dada, dan hipotensi. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan laboratorium, kemungkinan besar pasien mengalami penyakit hati kronis dengan komplikasi asites dan perdarahan saluran cerna. Diagnosa keperawatan yang muncul terkait dengan masalah nutrisi, perfusi jaringan, dan nyeri kronis. Intervensi keperawatan diarahkan pada manajemen nutrisi, perfusi jaringan, dan manajemen nyeri untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. -
Article No. 1722 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan berak darah. Hasil wawancara didapatkan pasien mengeluh mual, tidak napsu makan, badan lemas, perut kembung dan membengkak sejak pertama dirawat, napas sesak sehingga tidak bisa makan dan minum dalam jumlah yang banyak, sakit kepala, batuk. BAB berdarah kehitaman, berbau khas, konsistensi cair, mata kuning, nyeri perut kanan atas, lingkar perut 106 cm, BB menurun dari 60 kg ke 55 kg dalam 3 hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Mukosa Saluran Pencernaan berhubungan dengan proses penyakit.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan edema.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Integritas Mukosa Saluran Pencernaan berhubungan dengan proses penyakit.
- SDKI: Definisi - Kerusakan pada permukaan mukosa saluran pencernaan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan - Mukosa saluran pencernaan kembali utuh.
- SIKI: Intervensi - Manajemen perdarahan, pemberian nutrisi enteral/parenteral, monitoring status gastrointestinal.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi.
- SDKI: Definisi - Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Hasil yang diharapkan - Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa kelelahan.
- SIKI: Intervensi - Manajemen energi, latihan aktivitas bertahap, kolaborasi dengan ahli gizi.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan edema.
- SDKI: Definisi - Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Hasil yang diharapkan - Perfusi jaringan perifer efektif.
- SIKI: Intervensi - Manajemen cairan, terapi farmakologis, elevasi ekstremitas, pemantauan tanda-tanda vital.
Dalam konteks ini, diagnosa keperawatan dan intervensi yang perlu dilakukan adalah untuk mengatasi perdarahan gastrointestinal, meningkatkan nutrisi dan energi pasien, serta mengatasi edema dan perfusi jaringan yang terganggu. Pemantauan dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya juga diperlukan untuk memberikan perawatan komprehensif.