Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1696 | 09 Oct 2024
Klinis : sindrome nifrotik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan membantu Anda mencarikan kode ICD-10 untuk diagnosis sindrome nefrotik, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait.
1. Kode ICD-10:
- Kode: N04
- Deskripsi: Sindrome nefrotik
Sindrome nefrotik adalah kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria masif (lebih dari 3,5 gram per hari), hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Hal ini umumnya disebabkan oleh berbagai kondisi yang menyebabkan kerusakan pada glomerulus ginjal, mengakibatkan kebocoran protein melalui sawar glomerulus.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Dialisis ginjal, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Dalam penatalaksanaan sindrome nefrotik, prosedur dialisis ginjal mungkin diperlukan jika terjadi gagal ginjal akut atau kronis. Dialisis dapat dilakukan melalui hemodialisis atau peritoneal dialisis, tergantung pada kondisi pasien dan ketersediaan fasilitas.
Selain itu, berbagai prosedur diagnostik dan terapi lain mungkin juga dilakukan, seperti biopsi ginjal, pemberian terapi imunosupresan, atau transplantasi ginjal, namun kode-kode tersebut harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien. -
Article No. 1697 | 09 Oct 2024
Klinis : sindrome nifrotik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sindrom nefrotik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan melalui urin pada sindrom nefrotik.
2. Kelemahan berhubungan dengan hipoalbuminemia dan edema pada sindrom nefrotik.
3. Gangguan fungsi ginjal berhubungan dengan kerusakan glomerulus pada sindrom nefrotik.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan hipoalbuminemia dan edema pada sindrom nefrotik.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan yang diidentifikasi berdasarkan respons tubuh pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
- Diagnosa keperawatan pada sindrom nefrotik mencakup ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, kelemahan, gangguan fungsi ginjal, dan risiko infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran keperawatan yang diharapkan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi.
- Pada sindrom nefrotik, luaran yang diharapkan antara lain keseimbangan cairan dan elektrolit, peningkatan kekuatan, perbaikan fungsi ginjal, dan pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan pada sindrom nefrotik dapat mencakup monitoring cairan dan elektrolit, manajemen edema, terapi latihan, perawatan ginjal, dan tindakan pencegahan infeksi.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk pasien dengan sindrom nefrotik. -
Article No. 1698 | 09 Oct 2024
Klinis : sindrome nifrotik PADA ANAK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk sindrom nefrotik pada anak, diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N04
- Deskripsi: Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik pada anak adalah kondisi di mana terjadi kebocoran protein signifikan melalui ginjal, menyebabkan kadar protein dalam darah menjadi rendah. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan, terutama pada wajah, kaki, dan perut. Sindrom nefrotik pada anak umumnya disebabkan oleh glomerulonefritis dan dapat terjadi pada berbagai usia anak.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Jika kondisi sindrom nefrotik pada anak tidak dapat diatasi dengan terapi farmakologis, tindakan medis yang mungkin diperlukan adalah hemodialisis, yang merupakan proses untuk membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme dan kelebihan cairan. Kode ICD-9-CM 39.95 digunakan untuk prosedur hemodialisis. -
Article No. 1699 | 09 Oct 2024
Klinis : sindrome nifrotik PADA ANAK
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sindrom nefrotik pada anak, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein melalui urin pada sindrom nefrotik.
2. Integritas kulit terganggu berhubungan dengan edema.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas akibat sindrom nefrotik.
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan malnutrisi pada sindrom nefrotik.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah kesehatan yang menjadi fokus intervensi keperawatan. Dalam kasus sindrom nefrotik pada anak, diagnosa keperawatan yang sesuai termasuk dalam SDKI seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mendefinisikan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk sindrom nefrotik, luaran yang diharapkan antara lain pemulihan volume cairan, integritas kulit yang membaik, tidak terjadi infeksi, serta pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mendefinisikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk sindrom nefrotik pada anak meliputi pemantauan cairan, perawatan kulit, pemberian terapi anti-infeksi, serta edukasi gizi dan stimulasi perkembangan.
Secara keseluruhan, SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja yang komprehensif bagi perawat untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien dengan sindrom nefrotik pada anak. -
Article No. 1700 | 09 Oct 2024
Klinis : ketidakseimbangan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Cairan
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Ketidakseimbangan Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi penurunan atau peningkatan cairan intraseluler, ekstraseluler, atau keduanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asupan cairan yang tidak mencukupi, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan dalam mekanisme homeostasis cairan dalam tubuh.
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan dari penanganan Ketidakseimbangan Cairan antara lain:
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara: Pasien menunjukkan status cairan yang seimbang, termasuk volume, elektrolit, dan asam-basa yang adekuat.
2. Hidrasi Kulit Membaik: Pasien menunjukkan peningkatan turgor kulit, mukosa lembab, dan tanda-tanda hidrasi yang membaik.
3. Pengendalian Gejala Terpelihara: Pasien menunjukkan penurunan atau tidak ada gejala tanda-tanda ketidakseimbangan cairan.
Dalam melakukan intervensi keperawatan, perawat dapat mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), yang mencakup tindakan-tindakan seperti:
1. Pemantauan status cairan dan elektrolit
2. Pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
3. Pengaturan asupan dan pengeluaran cairan
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan cairan
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab ketidakseimbangan cairan.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas dalam menangani kondisi Ketidakseimbangan Cairan pada pasien. -
Article No. 1701 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi Berat
Penjelasan:
Pasien mengalami muntah dan diare yang berlebihan, sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan. Hal ini ditandai dengan gejala seperti kulit kering, mata cekung, turgor kulit jelek, dan pasien belum buang air kecil sejak pagi.
2. Nyeri Akut
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri dan keram pada perut, yang merupakan gejala umum dari diare dan muntah yang dialami.
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Pasien tampak lemah dan kelelahan akibat kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga mempengaruhi toleransi aktivitas pasien.
Standar Dokumentasi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa Keperawatan: Risiko Dehidrasi Berat, Nyeri Akut, Intoleransi Aktivitas.
- Definisi, Faktor Risiko, Karakteristik Definisi, dan Klasifikasi Diagnosis Keperawatan sesuai dengan SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan untuk masing-masing diagnosis, seperti:
- Risiko Dehidrasi Berat: Hidrasi Adekuat, Keseimbangan Cairan Terpelihara, Tekanan Darah Stabil.
- Nyeri Akut: Nyeri Terkontrol, Sensasi Nyeri Berkurang.
- Intoleransi Aktivitas: Toleransi Aktivitas Meningkat, Kelelahan Menurun.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang sesuai untuk masing-masing diagnosis, seperti:
- Risiko Dehidrasi Berat: Manajemen Cairan, Terapi Infus, Pemantauan Intake-Output.
- Nyeri Akut: Manajemen Nyeri, Terapi Analgetik, Distraksi.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen Aktivitas, Peningkatan Energi, Pembatasan Aktivitas.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang menetapkan standar-standar dokumentasi keperawatan di Indonesia, yaitu SDKI, SLKI, dan SIKI, yang digunakan sebagai acuan dalam praktik keperawatan. -
Article No. 1702 | 09 Oct 2024
Klinis : Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 12 13 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa I mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. K yang dideskripsikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas yang ditunjukkan dengan gejala batuk tidak produktif, suara nafas tambahan, dan perubahan pola napas yang dirasakan lebih sering pada malam hari.
Penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk memelihara dan memperbaiki aliran udara melalui saluran napas.
2. Manajemen Batuk: Tindakan untuk membantu pasien dalam mengeluarkan sekret dari saluran napas.
3. Pemberian Obat: Pemberian obat-obatan yang dapat membantu mengatasi masalah pernapasan pasien.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen penyakit, gaya hidup sehat, dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
Dengan adanya diagnosis keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas, perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mempertahankan jalan napas yang bebas dari obstruksi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 1703 | 09 Oct 2024
Klinis : Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0°C. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru, inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra. Ekstremitas superior dan inferior dalam batasnormal, tidak sianosis, tidak ada oedem, dan akral hangat. Hasil pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan BTA. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil BTA +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 12 13 Modul Pembelajaran Kep. Dewasa I mg. Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan dan pada saat BAK berwarna merah. Note: Anda boleh menambahkan data-data yang relevan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh Tn. K, seorang pekerja petani karet berusia 50 tahun, diperoleh diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Karakteristik: Batuk tidak efektif, sputum berlebihan, perubahan bunyi napas (ronkhi), dispnea.
b. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau persepsi.
- Karakteristik: Kelelahan, kelemahan, perubahan tanda-tanda vital, kurang motivasi.
c. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terpapar organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit.
- Faktor risiko: Riwayat kontak dengan penderita TB, pengetahuan yang kurang tentang penyakit, kebersihan lingkungan yang buruk.
2. Penjelasan Singkat Berdasarkan SLKI dan SIKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- SLKI: Tujuan - Pasien menunjukkan jalan napas yang bersih dan bebas dari sputum.
- SIKI: Intervensi - Auskultasi suara napas, observasi pola napas, lakukan suction jika perlu, atur posisi yang nyaman, berikan edukasi tentang teknik batuk efektif.
b. Intoleransi Aktivitas:
- SLKI: Tujuan - Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi - Identifikasi kemampuan dan keterbatasan pasien, monitor tanda-tanda vital, berikan latihan fisik dengan intensitas rendah, edukasi manajemen energi.
c. Risiko Infeksi:
- SLKI: Tujuan - Pasien tidak mengalami infeksi.
- SIKI: Intervensi - Kaji faktor risiko infeksi, berikan edukasi tentang pencegahan penularan TB, pantau tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi antibiotik.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai, diharapkan Tn. K dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan dapat mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 1704 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “saya muntah dan mencret sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare dan muntah, ditandai dengan ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, output urine menurun.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang berlebihan atau tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Diare, muntah, asupan cairan tidak adekuat.
- Karakteristik Mayor: Turgor kulit buruk, mukosa kering, ekstremitas dingin, output urine menurun.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang adekuat.
- Hasil yang Diharapkan: Pasien menunjukkan turgor kulit baik, mukosa lembab, ekstremitas hangat, output urine adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengatur asupan dan output cairan dalam upaya mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, input dan output cairan, berikan cairan intravena sesuai kebutuhan, pantau elektrolit, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kehilangan cairan.
Dalam kondisi ini, pasien membutuhkan intervensi segera untuk mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah yang dialaminya. Pemberian cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab utama merupakan tindakan yang perlu dilakukan. -
Article No. 1705 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare dan muntah, ditandai dengan ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, dan kelompak mata tampak cekung.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler.
Faktor yang berhubungan: Kehilangan cairan melalui diare, muntah, perdarahan, dan luka.
Karakteristik Mayor: Ekstremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompok mata cekung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan hidrasi yang adekuat, ditandai dengan ekstremitas hangat, turgor kulit baik, dan kelompok mata tidak cekung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan:
1. Hitung intake dan output cairan
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Lakukan rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan dan elektrolit
2. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi gastrointestinal, ditandai dengan pasien memegang perut dan mengeluh sakit perut.
SDKI:
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor yang berhubungan: Iritasi gastrointestinal.
Karakteristik Mayor: Pasien memegang perut dan mengeluh sakit perut.
SLKI:
Luaran yang diharapkan: Pasien akan mencapai kontrol nyeri yang optimal, ditandai dengan pasien dapat beristirahat dengan nyaman dan melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI:
Intervensi keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Berikan analgesik sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan nyeri
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi hipovolemia dan nyeri akut pada pasien.