Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1672 | 09 Oct 2024
Klinis : muntah dan mencret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Diare dan Muntah
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diare dan muntah dapat diklasifikasikan sebagai "Diare" dan "Mual/Muntah." Berikut penjelasan singkatnya:
1. Diare
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal, baik dalam frekuensi, konsistensi, maupun volume, yang menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
Penyebab: Infeksi, malabsorpsi, iritasi usus, obat-obatan, stres, dll.
Tanda dan Gejala: Frekuensi defekasi meningkat, konsistensi feses cair, volume feses meningkat, dapat disertai nyeri perut, mual, dan dehidrasi.
2. Mual/Muntah
Definisi: Sensasi tidak nyaman di epigastrium yang mungkin diikuti oleh upaya untuk mengeluarkan isi lambung melalui mulut.
Penyebab: Infeksi, obat-obatan, iritasi lambung, gangguan vestibular, dll.
Tanda dan Gejala: Rasa mual, keinginan untuk muntah, dan muntah aktual.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan panduan komprehensif untuk perawatan pasien dengan diare dan muntah, meliputi:
- Manajemen cairan dan elektrolit
- Kontrol gejala (nyeri, mual, dan muntah)
- Edukasi terkait diet dan perawatan diri
- Pencegahan komplikasi (dehidrasi, malnutrisi)
- Monitoring dan evaluasi status kesehatan pasien
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai, dan menyusun rencana perawatan yang terpadu berdasarkan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 1673 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare, dibuktikan dengan ekstremitas dingin, turgor kulit jelek, mata cekung, mukosa kering, dan belum ada produksi urin sejak pagi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada gastrointestinal, dibuktikan dengan pasien memegang perut dan mengeluh sakit pada perut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, dibuktikan dengan pasien tampak lemah dan kesulitan melakukan aktivitas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Penurunan jumlah cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
2. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Tercapainya keseimbangan cairan yang adekuat.
2. Nyeri akut: Pengurangan rasa nyeri.
3. Intoleransi aktivitas: Peningkatan toleransi aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Pemberian cairan secara parenteral, pemantauan intake dan output cairan, serta edukasi terkait kebutuhan cairan.
2. Nyeri akut: Pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan manajemen nyeri.
3. Intoleransi aktivitas: Peningkatan aktivitas secara bertahap, manajemen energi, dan edukasi terkait aktivitas.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu dalam mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh pasien. -
Article No. 1674 | 09 Oct 2024
Klinis : 3.Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Retensi Urin
Penjelasan:
Retensi urin adalah kondisi di mana klien tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara normal. Gejala yang dialami oleh klien dalam kasus ini adalah tidak dapat berkemih selama beberapa jam.
SDKI:
Retensi Urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penanganan retensi urin adalah klien dapat berkemih secara normal dan tidak ada tanda-tanda retensi urin.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi retensi urin meliputi:
1. Pantau tanda-tanda vital, volume, dan karakteristik urin
2. Berikan kenyamanan dan lingkungan yang kondusif untuk berkemih
3. Berikan edukasi tentang pentingnya berkemih secara teratur
4. Lakukan tindakan kateterisasi jika perlu, dengan memperhatikan prinsip aseptik
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi masalah retensi urin yang dialami oleh klien. -
Article No. 1675 | 09 Oct 2024
Klinis : turgor kulit jelek, kelompok mata tampak cekung, mukosa bibir kering
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu turgor kulit jelek, mata tampak cekung, dan mukosa bibir kering, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kekurangan Volume Cairan. Kekurangan volume cairan adalah kondisi di mana terdapat penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kekurangan Volume Cairan didefinisikan sebagai penurunan total cairan tubuh yang disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan atau asupan yang tidak adekuat. Kriteria diagnostik utama meliputi penurunan turgor kulit, mata tampak cekung, dan mukosa kering.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan Kekurangan Volume Cairan adalah tercapainya volume cairan yang adekuat, yang ditandai dengan peningkatan turgor kulit, mata tidak tampak cekung, dan mukosa lembab.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kekurangan Volume Cairan adalah:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
3. Anjurkan asupan makanan dan minuman yang mengandung cairan
4. Lakukan perawatan kulit untuk mencegah dehidrasi
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan pendekatan akademis dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi Kekurangan Volume Cairan pada pasien. -
Article No. 1676 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi yang dapat didiagnosis sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare dan Muntah Akut
2. Defisiensi Volume Cairan
3. Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. Diare dan Muntah Akut
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Diare Akut
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Diare, Manajemen Muntah
2. Defisiensi Volume Cairan
- SDKI: Defisiensi Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan, Pemantauan Cairan
3. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
1. Diare dan Muntah Akut: Pasien mengalami diare dan muntah sejak subuh, menunjukkan gejala klinis seperti tampak lemah, ekstremitas dingin, turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, dan suhu tubuh tinggi. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi.
2. Defisiensi Volume Cairan: Pasien menunjukkan tanda-tanda kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah, seperti cekung mata, turgor kulit jelek, dan tidak ada produksi urin sejak pagi.
3. Nyeri Akut: Pasien mengeluhkan nyeri perut yang terasa melilit, sehingga perlu diatasi dengan manajemen nyeri yang tepat.
Pendekatan asuhan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam mengelola kondisi pasien secara komprehensif, mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi untuk memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 1677 | 09 Oct 2024
Klinis : Kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi kejang berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera (RISK-CDER)
Penjelasan: Pasien dengan kejang berisiko mengalami cedera, baik cedera fisik (seperti trauma kepala, luka akibat jatuh, atau gigitan lidah) maupun cedera psikologis. Perawat perlu memantau dan mencegah terjadinya cedera selama episode kejang.
2. Gangguan Pola Tidur (POLA-TIDUR)
Penjelasan: Kejang dapat menyebabkan gangguan pola tidur pada pasien, seperti sulit memulai atau mempertahankan tidur. Perawat perlu mengkaji pola tidur pasien dan memberikan intervensi yang sesuai untuk membantu memperbaiki kualitas tidur.
3. Ansietas (ANSI)
Penjelasan: Pasien dengan kejang sering mengalami perasaan cemas, takut, atau khawatir terkait kondisi kesehatannya. Perawat perlu mengkaji tingkat kecemasan pasien dan memberikan dukungan emosional serta intervensi yang sesuai untuk mengurangi kecemasan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Standar SDKI yang terkait dengan diagnosa di atas adalah:
1. RISK-CDER: Definisi, faktor risiko, karakteristik definisi, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
2. POLA-TIDUR: Definisi, karakteristik definisi, faktor yang mempengaruhi, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
3. ANSI: Definisi, penyebab, tanda dan gejala, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran keperawatan yang dapat digunakan untuk pasien dengan kejang, antara lain:
1. Bebas Cedera
2. Pola Tidur Terpelihara
3. Tingkat Kecemasan Terkendali
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan, antara lain:
1. Pencegahan Cedera
2. Manajemen Tidur
3. Pengurangan Kecemasan
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan utama untuk pasien dengan kejang adalah Risiko Cedera, Gangguan Pola Tidur, dan Ansietas. Perawat dapat mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 1678 | 09 Oct 2024
Klinis : Kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan kejang
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera Fisik adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan keadaan di mana individu rentan mengalami kerusakan fisik yang dapat mengganggu integritas tubuh.
- Pada kondisi kejang, terdapat risiko cedera fisik karena adanya gerakan yang tidak terkontrol dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan luka, memar, atau bahkan fraktur.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat mencapai kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan kejang, serta mencegah cedera fisik yang mungkin timbul akibat kejang.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Monitoring tanda-tanda vital secara teratur
b. Menjaga lingkungan yang aman bagi klien
c. Memberikan terapi antikonvulsan sesuai resep
d. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stress
e. Melibatkan keluarga dalam perawatan
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memantau kondisi klien, menerapkan intervensi yang sesuai, serta melibatkan keluarga dalam proses perawatan untuk mencegah terjadinya cedera fisik akibat kejang. Prioritas utama adalah memastikan keselamatan dan kenyamanan klien. -
Article No. 1679 | 09 Oct 2024
Klinis : Pencegahan kejang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi pencegahan kejang, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z29.3
- Deskripsi: Terapi antikonvulsan
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z29.3 (Terapi antikonvulsan) digunakan untuk mengkodekan tindakan pencegahan kejang melalui penggunaan obat-obat antikonvulsan. Ini mencakup pemberian obat-obatan antiepileptik atau antikonvulsan sebagai tindakan pencegahan, misalnya pada pasien dengan riwayat epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.22
- Deskripsi: Pemberian obat antikonvulsan
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 99.22 (Pemberian obat antikonvulsan) digunakan untuk mengkodekan tindakan medis berupa pemberian obat-obatan antikonvulsan atau antiepileptik sebagai upaya pencegahan kejang. Ini dapat mencakup pemberian obat oral, intravena, atau bentuk sediaan lainnya untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya episode kejang pada pasien. -
Article No. 1680 | 09 Oct 2024
Klinis : Persepsi klien terhadap penyakitnya: pasien kurang paham dengan penyakit yang dialaminya dan penatalaksanaan dari penyakitnya. Ekspresi klien terhadap penyakitnya: murung/diam Reaksi saat interaksi : pasien mengalami kesulitan dalam mengingat, memahami sesuatu. Gangguan konsep diri: pasien mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah (suka dipendam sendiri jika menghadapi masalah)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Penjelasan Singkat:
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan adalah ketidakmampuan klien untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengelola masalah-masalah kesehatan yang mempengaruhi fungsi dan kesejahteraannya. Dalam kasus ini, pasien kurang memahami penyakit yang dialaminya dan penatalaksanaannya, serta mengalami kesulitan dalam mengingat dan memahami sesuatu.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Pemahaman Kesehatan
SLKI: Manajemen Kesehatan
SIKI: Edukasi Kesehatan
2. Gangguan Coping
Penjelasan Singkat:
Gangguan Coping adalah ketidakmampuan klien untuk membentuk penilaian realistis terhadap penyebab stressor, memilih dan menggunakan sumber daya yang tepat untuk mengatasi stressor, dan mempertahankan keseimbangan emosi dan fungsi. Dalam kasus ini, pasien mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah dan cenderung memendam sendiri.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Regulasi Emosi
SLKI: Koping
SIKI: Dukungan Emosional
Peran perawat dalam kasus ini adalah memberikan edukasi kesehatan yang komprehensif, memfasilitasi pengembangan koping yang efektif, serta memberikan dukungan emosional untuk membantu pasien dalam memahami dan mengelola penyakitnya. -
Article No. 1681 | 09 Oct 2024
Klinis : Persepsi klien terhadap penyakitnya: pasien kurang paham dengan penyakit yang dialaminya dan penatalaksanaan dari penyakitnya. Ekspresi klien terhadap penyakitnya: murung/diam Reaksi saat interaksi : pasien mengalami kesulitan dalam mengingat atau memahami sesuatu. Gangguan konsep diri: pasien mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah (suka dipendam sendiri jika menghadapi masalah)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R41.83
- Deskripsi: Keterbatasan kognitif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Konsultasi psikiatri / psikolog
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R41.83 (Keterbatasan kognitif) dipilih karena pasien mengalami kesulitan dalam mengingat atau memahami sesuatu, yang merupakan salah satu manifestasi dari gangguan kognitif.
2. Kode ICD-9-CM 94.31 (Konsultasi psikiatri / psikolog) dapat dipertimbangkan sebagai tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kondisi pasien, terutama terkait dengan ekspresi murung/diam dan kesulitan dalam menghadapi masalah.
Dalam format ini, saya telah menyajikan kode ICD-10 dan ICD-9-CM dengan deskripsinya masing-masing, serta penjelasan detail mengenai pemilihan kode tersebut berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan. Saya menggunakan tone akademis dan persona dokter/perekam medis untuk memberikan informasi yang terstruktur dan informatif.