Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1645 | 09 Oct 2024
Klinis : KASUS Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Defisit Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Penyebab: Kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
- Tanda & Gejala: Pasien tampak lemah, ekstremitas dingin, turgor kulit buruk, mukosa kering, dan tidak ada produksi urin.
2. Nyeri (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Peristaltik usus yang terganggu akibat infeksi, menyebabkan rasa nyeri perut.
- Tanda & Gejala: Pasien mengeluh nyeri perut yang melilit.
Rencana Asuhan Keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI:
1. Manajemen Cairan (SLKI)
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, inputoutput cairan, dan berat badan; berikan cairan intravena jika perlu; edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya rehidrasi.
2. Manajemen Nyeri (SLKI)
- Intervensi: Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif; berikan analgesik sesuai indikasi; ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan dapat mengatasi defisit volume cairan dan mengurangi nyeri yang dialami pasien. -
Article No. 1646 | 09 Oct 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan bisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari langkah penilaian sebelumnya. Berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada anak dengan Nefrotik Sindrom, disertai dengan penjelasan dan justifikasi untuk setiap diagnosa
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada anak dengan Nefrotik Sindrom, beserta penjelasan dan justifikasinya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N04
- Deskripsi: Nefrotik sindrom
Justifikasi: Nefrotik sindrom adalah kondisi medis yang ditandai dengan proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Ini merupakan diagnosa utama untuk anak dengan kondisi ini.
2. Kode ICD-10:
- Kode: R60.0
- Deskripsi: Edema generalisata
Justifikasi: Edema merupakan salah satu tanda utama dari nefrotik sindrom, di mana terjadi akumulasi cairan di dalam jaringan tubuh yang menyebabkan pembengkakan pada berbagai area tubuh.
3. Kode ICD-10:
- Kode: E78.0
- Deskripsi: Hiperkolesterolemia
Justifikasi: Hiperkolesterolemia adalah salah satu karakteristik dari nefrotik sindrom, di mana terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam darah akibat kehilangan protein melalui urin.
4. Kode ICD-10:
- Kode: E87.6
- Deskripsi: Hiponatremia
Justifikasi: Hiponatremia dapat terjadi pada anak dengan nefrotik sindrom, terutama saat terjadi edema yang berat. Hal ini disebabkan oleh kehilangan natrium melalui urin.
5. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
Justifikasi: Mual dapat terjadi pada anak dengan nefrotik sindrom, terutama saat kondisinya memburuk atau selama fase akut. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti uremia, efek samping pengobatan, atau ketidaknyamanan akibat edema.
Tidak ada kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang spesifik untuk diagnosa keperawatan pada anak dengan nefrotik sindrom. Penanganan umumnya melibatkan terapi farmakologis, seperti diuretik, kortikosteroid, dan imunosupresan, serta manajemen cairan dan diet. -
Article No. 1647 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita 30 tahun, masuk rumah sakit pukul 10.00 dengan keluhan utama mencret dan muntah. Klien mengatakan “Ulun muntah dan baherakan sejak subuh tadi, badan terasa lemas banar dan parut terasa sakit melilit”. Istri pasien mengatakan “Suami saya ini muntah 4 kali dan mencret 7 kali”. Ners mengkaji; pasien tampak lemah dan kesakitan sambil memegang perutnya, extremitas teraba dingin, turgor kulit jelek, kelompak mata tampak cekung, mukosa bibir kering, badan teraba panas. TTV : Tekanan Darah.100/70 mmHg, Frekuensi Nadi. 110 x/menit, teratur, teraba lemah pada nadi radialis, Suhu 385C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, regular. Istri klien mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah.
2. Penjelasan singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Hipovolemia adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan tubuh yang dapat menimbulkan komplikasi.
- Faktor yang berhubungan: Kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien tidak mengalami komplikasi hipovolemia (seperti syok, gangguan perfusi, dan gagal organ).
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan), turgor kulit baik, membran mukosa lembab, dan pasien tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
2. Lakukan pengkajian dan pemantauan status cairan, elektrolit, dan nutrisi.
3. Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan dan elektrolit yang adekuat.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, farmasis, ahli gizi) untuk pemberian terapi yang tepat.
Dalam kondisi ini, pasien berisiko mengalami hipovolemia akibat kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan karena diare dan muntah. Intervensi keperawatan yang tepat ditujukan untuk menjaga stabilitas tanda-tanda vital, memantau status cairan dan elektrolit, serta memberikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 1648 | 09 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien perempuan usia 60 tahun di rawat dibangsal penyakit dalam pasien mengalami hipertensi, hasil pengkajian diperoleh data : T ; 170/110 mmHg, Nadi : 80x/mnt, R : 18x/mnt, s : 37 o C, pasien mengeluh pusing hingga sempoyongan, pasien mempunyai riwayat jatuh 1 minggu yang lalu di kamar mandi. Pasien saat ini terpasang infus RL 20 tetes per menit. pasien mampu kekamar mandi sendiri meskipun jalannya harus pegangan perabot disekitar . Pasien kadang lupa bila terpasang infus dan masih lemah, pasien mendapat terapi : paracetamol 3X500 mg, nifedipin 1x30mg, oksigen 3lt/mnt, furosemid 3X 1 tab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi hipertensi dengan gejala pusing hingga sempoyongan, riwayat jatuh, dan kelemahan. Berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh berhubungan dengan hipertensi, kelemahan, dan riwayat jatuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Jatuh: Keadaan ketidakstabilan posisi tubuh yang menyebabkan individu berisiko mengalami cedera akibat jatuh.
- Faktor risiko dapat meliputi kondisi medis, faktor lingkungan, dan faktor perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keamanan Diri: Kemampuan individu untuk melindungi diri dari bahaya dan cedera.
- Indikator yang dapat diukur antara lain: Tidak terjadi jatuh, tingkat kewaspadaan terhadap bahaya, dan kemampuan mengidentifikasi risiko jatuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Risiko Jatuh: Intervensi untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikan faktor risiko jatuh.
- Intervensi dapat meliputi: Identifikasi risiko jatuh, modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu, dan edukasi pasien/keluarga.
Penjelasan singkat:
Pasien perempuan usia 60 tahun dengan hipertensi (170/110 mmHg), riwayat jatuh 1 minggu lalu, dan kelemahan. Pasien berisiko mengalami jatuh yang dapat menyebabkan cedera. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah identifikasi faktor risiko, modifikasi lingkungan, penggunaan alat bantu, dan edukasi pasien/keluarga untuk mencegah terjadinya jatuh. -
Article No. 1649 | 09 Oct 2024
Klinis : pasien diare dan muntah, klien mengatakan saya muntah dan bab sejak pagi, badan saya terasa lemas banget dan perut terasa sakit melilit.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Muntah dan diare
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu mengalami muntah dan diare sejak pagi, serta merasa lemah dan nyeri perut melilit, maka diagnosis yang sesuai adalah R11.2 Muntah dan diare. Kode ini mencakup kondisi gastroenteritis akut dengan gejala muntah dan diare.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 44.39
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada lambung, tidak termasuk transfusi
Dalam kasus ini, tidak ada prosedur atau tindakan medis spesifik yang disebutkan. Namun, jika diperlukan intervensi medis, misalnya pemberian cairan intravena atau antiemetik untuk mengatasi gejala muntah dan diare, maka kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 44.39 Prosedur lainnya pada lambung, tidak termasuk transfusi.
Penjelasan detail:
- Pasien mengalami gejala diare dan muntah sejak pagi, serta merasa lemah dan nyeri perut melilit, yang merupakan tanda-tanda gastroenteritis akut.
- Diagnosis yang sesuai adalah R11.2 Muntah dan diare, yang mencakup kondisi gastroenteritis akut dengan gejala muntah dan diare.
- Tidak ada prosedur atau tindakan medis spesifik yang disebutkan dalam kasus ini. Namun, jika diperlukan intervensi medis, misalnya pemberian cairan intravena atau antiemetik, maka kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 44.39 Prosedur lainnya pada lambung, tidak termasuk transfusi. -
Article No. 1650 | 09 Oct 2024
Klinis : pasien diare dan muntah, klien mengatakan saya muntah dan bab sejak pagi, badan saya terasa lemas banget dan perut terasa sakit melilit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare dan Muntah
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal, berlebihan, dan tidak terkendali, disertai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri pada abdomen.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diare dan Muntah: Karakteristik utama terdiri dari frekuensi defekasi yang meningkat, konsistensi feses yang encer, dan adanya rasa tidak nyaman atau nyeri pada abdomen.
- Intoleransi Aktivitas: Karakteristik utama terdiri dari peningkatan kelelahan, penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan adanya keluhan fisik seperti lemas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Diare dan Muntah: Luaran yang diharapkan adalah klien menunjukkan pola BAB normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan klien melaporkan nyeri abdomen berkurang.
- Intoleransi Aktivitas: Luaran yang diharapkan adalah klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, tidak ada tanda-tanda kelelahan yang berlebihan, dan klien melaporkan peningkatan energi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Diare dan Muntah: Intervensi yang mungkin dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan elektrolit, terapi antiemetik, dan edukasi terkait manajemen diare dan muntah.
- Intoleransi Aktivitas: Intervensi yang mungkin dilakukan antara lain pengkajian toleransi aktivitas, pemberian terapi oksigen (jika diperlukan), dan pemberian bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Saya harap penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi klien dan standar keperawatan yang dapat diterapkan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan sampaikan. -
Article No. 1651 | 09 Oct 2024
Klinis : Tujuan dari Seorang pasien perempuan usia 60 tahun di rawat dibangsal penyakit dalam pasien mengalami hipertensi, hasil pengkajian diperoleh data : T ; 170/110 mmHg, Nadi : 80x/mnt, R : 18x/mnt, s : 37 o C, pasien mengeluh pusing hingga sempoyongan, pasien mempunyai riwayat jatuh 1 minggu yang lalu di kamar mandi. Pasien saat ini terpasang infus RL 20 tetes per menit. pasien mampu kekamar mandi sendiri meskipun jalannya harus pegangan perabot disekitar . Pasien kadang lupa bila terpasang infus dan masih lemah, pasien mendapat terapi : paracetamol 3X500 mg, nifedipin 1x30mg, oksigen 3lt/mnt, furosemid 3X 1 tab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan kaitannya dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Jatuh
- Penjelasan: Pasien mengalami hipertensi yang dapat menyebabkan pusing dan sempoyongan, serta memiliki riwayat jatuh di kamar mandi 1 minggu yang lalu. Hal ini menandakan adanya risiko jatuh yang harus segera diatasi.
- Kaitan dengan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Risiko Jatuh
- SLKI: Pemulihan Keamanan
- SIKI: Manajemen Risiko Jatuh
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
- Penjelasan: Pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah 170/110 mmHg, yang dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otak dan mengakibatkan pusing serta sempoyongan.
- Kaitan dengan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
- SLKI: Pemulihan Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Hipertensi
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
- Penjelasan: Pasien masih lemah dan kadang-kadang lupa bahwa dirinya terpasang infus. Meskipun dapat berjalan ke kamar mandi sendiri, pasien masih membutuhkan bantuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan.
- Kaitan dengan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Kemandirian Aktivitas Sehari-hari
- SIKI: Perawatan Diri
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai standar untuk menentukan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran keperawatan, dan menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien mencapai kemandirian dan pemulihan yang optimal. -
Article No. 1652 | 09 Oct 2024
Klinis : Tujuan Seorang pasien perempuan usia 60 tahun di rawat dibangsal penyakit dalam pasien mengalami hipertensi, hasil pengkajian diperoleh data : T ; 170/110 mmHg, Nadi : 80x/mnt, R : 18x/mnt, s : 37 o C, pasien mengeluh pusing hingga sempoyongan, pasien mempunyai riwayat jatuh 1 minggu yang lalu di kamar mandi. Pasien saat ini terpasang infus RL 20 tetes per menit. pasien mampu kekamar mandi sendiri meskipun jalannya harus pegangan perabot disekitar . Pasien kadang lupa bila terpasang infus dan masih lemah, pasien mendapat terapi : paracetamol 3X500 mg, nifedipin 1x30mg, oksigen 3lt/mnt, furosemid 3X 1 tab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh berhubungan dengan kelemahan fisik, riwayat jatuh, dan lingkungan.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Jatuh: Keadaan yang rentan atau mudah terjatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Fisik: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi tubuh yang normal.
- Mobilitas: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mudah.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pencegahan Jatuh: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien.
- Manajemen Lingkungan: Tindakan yang dilakukan untuk menjaga lingkungan agar aman bagi pasien.
Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
- Perawat harus melakukan pengkajian risiko jatuh pada pasien dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko jatuh.
- Perawat harus menyusun rencana intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya jatuh, seperti memodifikasi lingkungan, memantau mobilitas pasien, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
- Perawat harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas intervensi yang dilakukan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. -
Article No. 1653 | 09 Oct 2024
Klinis : Intervensi dari kasus Seorang pasien perempuan usia 60 tahun di rawat dibangsal penyakit dalam pasien mengalami hipertensi, hasil pengkajian diperoleh data : T ; 170/110 mmHg, Nadi : 80x/mnt, R : 18x/mnt, s : 37 o C, pasien mengeluh pusing hingga sempoyongan, pasien mempunyai riwayat jatuh 1 minggu yang lalu di kamar mandi. Pasien saat ini terpasang infus RL 20 tetes per menit. pasien mampu kekamar mandi sendiri meskipun jalannya harus pegangan perabot disekitar . Pasien kadang lupa bila terpasang infus dan masih lemah, pasien mendapat terapi : paracetamol 3X500 mg, nifedipin 1x30mg, oksigen 3lt/mnt, furosemid 3X 1 tab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta intervensi keperawatan untuk kasus seorang pasien perempuan usia 60 tahun yang dirawat di bangsal penyakit dalam dengan hipertensi:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh berhubungan dengan riwayat jatuh dan kelemahan fisik.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan hipertensi.
3. Kurang Pengetahuan tentang Regimen Pengobatan berhubungan dengan kondisi pasien.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Jatuh: Keadaan yang rentan terhadap jatuh, yang dapat menyebabkan cidera fisik.
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral.
- Kurang Pengetahuan: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan kondisi, pengobatan, prosedur perawatan, dan rencana perawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Risiko Jatuh: Bebas dari cidera akibat jatuh.
- Perfusi Jaringan Serebral Efektif: Aliran darah ke otak yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Pengetahuan tentang Regimen Pengobatan: Pasien memahami dan dapat menjelaskan informasi yang berkaitan dengan regimen pengobatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Risiko Jatuh: Intervensi untuk meminimalkan risiko dan cedera akibat jatuh.
- Manajemen Hipertensi: Intervensi untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
- Edukasi Pengobatan: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang regimen pengobatan.
Intervensi Keperawatan:
1. Risiko Jatuh:
- Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien.
- Berikan bantuan mobilisasi dan alat bantu yang sesuai.
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:
- Monitor tekanan darah, nadi, dan tanda-tanda vital lainnya secara berkala.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait pengelolaan hipertensi.
- Anjurkan pasien untuk beristirahat dan menghindari aktivitas yang berlebihan.
3. Kurang Pengetahuan tentang Regimen Pengobatan:
- Identifikasi tingkat pemahaman pasien tentang pengobatan.
- Berikan edukasi mengenai tujuan, jadwal, cara pemberian, dan efek samping obat-obatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait pemberian informasi pengobatan. -
Article No. 1654 | 09 Oct 2024
Klinis : Istri mengatakan “terakhir kencing jam 7 pagi tadi, sampai sekarang belum ada kencing”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Retensi Urin
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Retensi Urin adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengeluaran urin yang adekuat
2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi saluran kemih
3. Tidak terdapat komplikasi akibat retensi urin
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan intake dan output cairan
2. Pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi
3. Kateterisasi kandung kemih jika diperlukan
4. Edukasi terkait perawatan diri dan pencegahan komplikasi
Dalam kasus ini, istri pasien mengatakan tidak dapat berkemih sejak pagi tadi, yang menunjukkan adanya retensi urin. Sebagai perawat, saya akan melakukan pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta membantu pasien dalam penanganan retensi urin sesuai dengan standar praktik keperawatan. Jika diperlukan, dapat dilakukan kateterisasi kandung kemih untuk membantu pengeluaran urin. Selain itu, edukasi mengenai perawatan diri dan pencegahan komplikasi juga sangat penting dilakukan.