Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1852 | 10 Oct 2024
Klinis : Konjungtiva anemis, sesak napas frekuensi pernapasan 40x/menit, suhu 37,7 tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 111, penilaian resiko jatuh 2, Berat badan post hemodialisa 47.5, hemoglobin 8,9 trombosit 145.900 dan hematokrit 27 diagnosa medis chronic kidney disease disebabkan oleh lupus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui ginjal (chronic kidney disease) yang ditandai dengan konjungtiva anemis, sesak napas dengan frekuensi 40x/menit, dan berat badan post hemodialisis 47.5 kg.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kekurangan volume cairan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah 150/70 mmHg dan nadi 111x/menit.
3. Risiko jatuh berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan penilaian risiko jatuh 2.
4. Anemia berhubungan dengan penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease) yang ditandai dengan hemoglobin 8,9 g/dL dan hematokrit 27%.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan volume cairan: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
2. Penurunan curah jantung: Penurunan volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh per menit.
3. Risiko jatuh: Peningkatan risiko mengalami cedera akibat jatuh.
4. Anemia: Penurunan kadar hemoglobin dalam darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan cairan: Keadaan di mana cairan tubuh terdistribusi secara adekuat.
2. Perfusi jaringan: Keadaan di mana jaringan menerima pasokan darah yang adekuat.
3. Keamanan lingkungan: Keadaan di mana lingkungan bebas dari bahaya potensial.
4. Status hematologi: Keadaan di mana komponen darah dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen cairan: Intervensi untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh.
2. Manajemen kardiovaskular: Intervensi untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular.
3. Pencegahan jatuh: Intervensi untuk mencegah terjadinya jatuh.
4. Manajemen nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 1853 | 10 Oct 2024
Klinis : Tindakan keperawatan utama pada pasien Pre Eklamsia Berat pada manajemen hipervolemia adalah a. Monitor efek samping deuretik b. Pertahankan posisi yang nyaman pada pasien c. Observasi tanda tanda terjadinya eklamsia d. Monitor status hemodinamik e. Perhatikan peningkatan berat badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kondisi yang diberikan, tindakan keperawatan utama pada pasien Pre Eklamsia Berat dalam manajemen hipervolemia adalah:
d. Monitor status hemodinamik
Penjelasan:
Dalam kasus pre-eklampsia berat, manajemen hipervolemia merupakan salah satu strategi penting untuk mencegah terjadinya komplikasi eklampsia. Pemantauan status hemodinamik, seperti pengukuran tekanan darah, denyut nadi, dan output urin, sangat krusial untuk mendeteksi dan mengendalikan kondisi hipervolemia.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
Sementara itu, berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang sesuai adalah:
1. Pemantauan hemodinamik
2. Manajemen cairan
3. Pencegahan komplikasi
Jadi, tindakan keperawatan utama pada pasien pre-eklampsia berat dalam manajemen hipervolemia adalah monitor status hemodinamik untuk mendeteksi dan mengelola komplikasi yang dapat timbul. -
Article No. 1854 | 10 Oct 2024
Klinis : Masalah keperawatan utama pada pasien dengan abortus adalah ; a. Ansietas b. Gangguan rasa nyaman c. Resiko syok d. Hipovolemia e. Resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan abortus.
Diagnosa Keperawatan yang paling sesuai adalah:
a. Ansietas
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
Penjelasan singkat:
Pada pasien dengan abortus, ansietas dapat muncul sebagai reaksi terhadap kondisi medis yang tidak diharapkan dan ancaman terhadap kesehatan atau kehidupan. Pasien dapat merasa takut, khawatir, dan tidak tenang.
b. Resiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan abortus berisiko tinggi mengalami infeksi akibat jaringan yang rusak, perdarahan, atau manipulasi medis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan dan monitoring tanda-tanda infeksi secara ketat.
c. Hipovolemia
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskuler.
Penjelasan singkat:
Pada kasus abortus, pasien dapat mengalami perdarahan yang menyebabkan penurunan volume cairan intravaskuler atau hipovolemia. Hal ini memerlukan intervensi cepat untuk menggantikan volume cairan yang hilang.
Saya sebagai seorang perawat yang berpengalaman berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait kondisi pasien dengan abortus berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 1855 | 10 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 36 tahun G5P3A1 hamil 16 minggu datang ke poli kandungan dengan keluhan pusing, mual-mual, lemas dan tidak nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis, BB : 60 Kg, sebelum hamil 63 kg, tanda-tanda vital : suhu 36,7oC, frekuensi nadi 70x/menit, frekuensi nafas 23 x/menit, TD : 100/70 mmHg. Masalah utama pada kasus tersebut ? a. Mual dan muntah b. Nyeri akut c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah utama yang teridentifikasi pada kasus tersebut adalah:
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
Sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), masalah utama pada kasus ini adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Kondisi pasien, yaitu perempuan hamil 16 minggu dengan keluhan pusing, mual-mual, lemas, dan tidak nafsu makan, serta hasil pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis dan penurunan berat badan, mengindikasikan bahwa pasien mengalami gangguan nutrisi. Hal ini dapat berdampak pada kebutuhan nutrisi ibu dan janin selama kehamilan.
Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh", dengan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini, antara lain:
- Mengkaji asupan nutrisi ibu
- Memberikan edukasi mengenai nutrisi yang sesuai untuk ibu hamil
- Memantau berat badan dan status gizi ibu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
Penanganan yang tepat dan segera diperlukan untuk memastikan nutrisi ibu dan janin terpenuhi selama kehamilan. -
Article No. 1856 | 10 Oct 2024
Klinis : Pathway diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Pathway diare.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi Berhubungan Dengan Kehilangan Cairan Akibat Diare
Penjelasan:
Risiko Dehidrasi Berhubungan Dengan Kehilangan Cairan Akibat Diare adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi pasien dengan risiko mengalami kekurangan cairan dan elektrolit akibat diare yang berlebihan. Pasien dapat mengalami gejala seperti mulut kering, kulit kering, turgor kulit menurun, dan tanda-tanda lain yang mengindikasikan kehilangan cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan yang berisiko mengalami kekurangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan yang berlebihan.
- Faktor Risiko: Diare, muntah, demam, aktivitas fisik berlebih, penurunan asupan cairan.
- Gejala dan Tanda: Mulut kering, turgor kulit menurun, diksi terganggu, nadi cepat, tekanan darah menurun.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Cairan dan elektrolit seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi dehidrasi.
- Intervensi: Pantau asupan dan output cairan, berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, anjurkan konsumsi makanan dan minuman kaya elektrolit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Cairan, Manajemen Diare, Pengaturan Diet.
- Kegiatan: Monitor tanda-tanda vital, nilai status cairan, berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, anjurkan konsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak.
Dengan penanganan yang tepat sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mengatasi risiko dehidrasi akibat diare sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. -
Article No. 1857 | 10 Oct 2024
Klinis : Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin ditandai dengan pusing, mudah lelah, dan Konjungtiva pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah kondisi di mana terjadi penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Faktor Terkait:
Penurunan konsentrasi hemoglobin
Karakteristik Definisi:
1. Pusing
2. Mudah lelah
3. Konjungtiva pucat
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Perfusi Jaringan Perifer
- Keseimbangan Cairan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Perfusi Perifer
- Manajemen Hipovolemia
Penjelasan Singkat:
Perfusi Perifer Tidak Efektif merupakan kondisi di mana terjadi penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi hemoglobin. Gejala yang muncul antara lain pusing, mudah lelah, dan konjungtiva pucat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen perfusi perifer dan manajemen hipovolemia untuk memperbaiki perfusi jaringan perifer dan menjaga keseimbangan cairan. -
Article No. 1858 | 10 Oct 2024
Klinis : Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin ditandai dengan pusing, mudah lelah, dan Konjungtiva pucat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R58
- Deskripsi: Pendarahan, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kondisi "Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin" dapat diklasifikasikan sebagai pendarahan (R58) dalam ICD-10, karena penurunan konsentrasi hemoglobin menunjukkan adanya kehilangan darah atau komplikasi terkait pendarahan. Gejala-gejala yang disebutkan, seperti pusing, mudah lelah, dan konjungtiva pucat, juga sesuai dengan kondisi pendarahan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak tersedia
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang spesifik tercatat dalam kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis yang disebutkan. Diagnosis dan penanganan lebih lanjut akan sangat bergantung pada penyebab dan kondisi klinis pasien. Jika diperlukan, tindakan seperti transfusi darah atau intervensi untuk mengatasi penyebab pendarahan mungkin akan dilakukan, namun kode ICD-9-CM untuk prosedur tersebut tidak dapat ditentukan secara spesifik dari informasi yang diberikan. -
Article No. 1859 | 10 Oct 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen nyeri, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan: Manajemen Nyeri
Definisi:
Manajemen nyeri adalah kemampuan individu untuk mengontrol atau mengurangi rasa nyeri yang dialami.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri didefinisikan sebagai "Respon individu terhadap pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Hasil yang diharapkan dari Manajemen Nyeri adalah individu dapat mengenali, mengelola, dan mengontrol nyeri yang dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk Manajemen Nyeri antara lain:
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Pemberian analgesik sesuai indikasi
3. Terapi non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi, terapi musik)
4. Edukasi tentang manajemen nyeri
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana perawatan
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pendekatan yang holistik dalam mengelola nyeri pasien, dengan mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, dan sosial. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mencapai kontrol optimal atas nyeri yang dialami, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 1860 | 10 Oct 2024
Klinis : analgesik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi analgesik.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (NANDA-I, 2018). Nyeri akut dapat disebabkan oleh penggunaan analgesik, yang merupakan obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab: Faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan.
Gejala dan Tanda: Verbal, Nonverbal, Fisiologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Klien melaporkan nyeri terkendali, Klien dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, Klien menunjukkan penurunan tanda-tanda nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri, Terapi Analgesik, Distraksi, Terapi Relaksasi.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat membantu Anda dalam mengelola nyeri akut yang disebabkan oleh penggunaan analgesik dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif berdasarkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 1861 | 10 Oct 2024
Klinis : analgesik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "analgesik".
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan jaringan semacam itu. Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba-tiba, dengan intensitas yang bervariasi, dan memiliki durasi yang terbatas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kriteria hasil yang diharapkan dari penanganan nyeri akut antara lain:
a. Klien melaporkan nyeri terkontrol
b. Klien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik mengurangi nyeri
c. Klien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil
d. Klien melaporkan dapat tidur tanpa terganggu nyeri
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri akut antara lain:
a. Manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik sesuai dengan resep dokter
b. Terapi nonfarmakologis, seperti kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi, dan massage
c. Monitoring tanda-tanda vital dan respon klien terhadap intervensi
d. Edukasi kepada klien dan keluarga terkait penanganan nyeri
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap kondisi klien, mengidentifikasi sumber dan karakteristik nyeri, serta menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi nyeri akut yang dialami klien.