Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18292 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan dengan kondisi pasien, sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: 00030**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit** *(Fluid and Electrolyte Imbalance)*
**Penjelasan:**
Pasien mengalami **BAB hitam (melena)** yang mengindikasikan perdarahan saluran cerna bagian atas, berisiko menyebabkan **hipovolemia** dan **anemia**. Riwayat konsumsi jamu dan suplemen (Enervon C) dalam jangka panjang dapat memicu iritasi lambung (gastritis/ulkus peptikum), memperburuk kehilangan cairan dan elektrolit.
**Faktor yang Mendukung:**
- **Melena** (perdarahan GI atas) ? kehilangan darah kronis.
- **Lemas** ? tanda anemia/hipovolemia.
- **Nyeri ulu hati** ? indikasi dispepsia/ulkus lambung.
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI: 0301**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjaga** *(Fluid and Electrolyte Balance Maintained)*
**Kriteria Evaluasi:**
- Tanda vital stabil (TD ? 90/60 mmHg, nadi 60-100x/menit).
- Mukosa bibir lembap, turgor kulit normal.
- Tidak ada keluhan lemas berlebihan.
- Frekuensi BAB normal, konsistensi feses membaik.
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: 2008**
**Manajemen Keseimbangan Cairan** *(Fluid Management)*
**Intervensi Utama:**
- **Pantau tanda vital** (TD, nadi, pernapasan, suhu) tiap 4-6 jam.
- **Observasi karakteristik feses** (warna, frekuensi, volume).
- **Kolaborasi pemberian terapi cairan IV** (jika diperlukan).
- **Edukasi pasien** untuk menghindari konsumsi jamu/suplemen tanpa pengawasan.
**Kode SIKI: 1403**
**Manajemen Nyeri** *(Pain Management)*
**Intervensi Tambahan:**
- **Kaji skala nyeri** (0-10) dan lokasi nyeri ulu hati.
- **Anjurkan diet lunak/non-iritan** (hindari pedas, asam, kopi).
- **Kolaborasi pemberian antasida/PPI** sesuai resep dokter.
---
### **4. Diagnosa Tambahan (Jika Diperlukan)**
**Kode SDKI: 00026**
**Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif** *(Ineffective Tissue Perfusion)*
**Kode SDKI: 00018**
**Intoleransi Aktivitas** *(Activity Intolerance)*
*(Kedua diagnosa ini dapat dipertimbangkan jika pasien menunjukkan tanda anemia berat atau hipotensi.)*
---
### **Catatan Akademis/Penjelasan Pakar:**
- **Melena** adalah tanda **perdarahan GI atas** (esofagus, lambung, duodenum) akibat erosi mukosa. Konsumsi jamu jangka panjang dapat mengandung bahan korosif (misal: fenilbutazon) yang merusak mukosa lambung.
- **Enervon C (vitamin C dosis tinggi)** bersifat asam dan dapat memperburuk iritasi lambung jika dikonsumsi berlebihan.
- **Pemeriksaan penunjang** seperti **Hb, Ht, endoskopi (OGD)** diperlukan untuk konfirmasi diagnosa medis (misal: gastritis erosif/ulkus peptikum).
Semoga penjelasan ini membantu. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan.
**Referensi:**
- Buku *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), SLKI, SIKI Edisi Terkini* oleh PPNI.
- *NANDA-I Taxonomy* (untuk korelasi internasional). -
Article No. 18293 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual . -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Akut
Definisi: Risiko mengalami perdarahan yang berasal dari saluran cerna.
Faktor Risiko: Konsumsi jamu dan enervon C dalam jangka waktu yang lama (5 tahun), nyeri perut ulu hati.
2. Kelelahan
Definisi: Pengalaman subjektif akan kurangnya energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
Faktor Terkait: Perdarahan gastrointestinal akut, penurunan kadar hemoglobin (anemia).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Akut
- Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Keluhan nyeri perut ulu hati menurun
- Konsumsi jamu dan enervon C dihentikan
2. Kelelahan
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
- Pasien menunjukkan tanda-tanda peningkatan energi
- Pasien melaporkan peningkatan kebugaran fisik dan mental
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Akut
- Identifikasi faktor risiko perdarahan gastrointestinal (konsumsi jamu, enervon C, nyeri perut ulu hati)
- Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan (frekuensi BAB hitam, konsistensi, darah segar)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk menghentikan konsumsi jamu dan enervon C
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menghentikan konsumsi jamu dan enervon C
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat memperbaiki kondisi saluran cerna
2. Kelelahan
- Identifikasi penyebab kelelahan (perdarahan gastrointestinal, anemia)
- Pantau tanda-tanda vital, kadar hemoglobin, dan tingkat kelelahan pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengatasi kelelahan
- Berikan intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan energi, seperti istirahat yang cukup, nutrisi yang adekuat, dan aktivitas fisik yang teratur
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya manajemen kelelahan
Penjelasan rinci:
Pasien dengan keluhan BAB hitam, konsistensi lunak, tanpa adanya darah segar, serta nyeri perut ulu hati dan lemas, menunjukkan adanya risiko perdarahan gastrointestinal akut. Riwayat konsumsi jamu dan enervon C dalam jangka waktu yang lama (5 tahun) dapat menjadi faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan. Selain itu, keluhan lemas juga mengindikasikan adanya kelelahan yang dapat disebabkan oleh perdarahan dan penurunan kadar hemoglobin (anemia).
Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang utama adalah mengelola risiko perdarahan gastrointestinal akut dan mengatasi kelelahan. Hal ini dapat dilakukan melalui identifikasi faktor risiko, pemantauan tanda-tanda vital dan perdarahan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menghentikan konsumsi jamu dan enervon C, serta intervensi yang dapat meningkatkan energi dan kebugaran pasien.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu tidak terjadi perdarahan lebih lanjut, perbaikan tanda-tanda vital, penurunan keluhan nyeri perut ulu hati, serta peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan kebugaran fisik serta mental. -
Article No. 18294 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual . -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Kondisi Pasien:**
Pasien mengeluh buang air besar (BAB) hitam sejak 4 hari dengan frekuensi 1×/hari, konsistensi lunak, tanpa lendir atau darah segar. Keluhan disertai lemas dan nyeri ulu hati. Riwayat konsumsi jamu dan Enervon-C selama 5 tahun. Tidak ada mual atau muntah.
**Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI.1.3.1.1)**
*Penjelasan:* BAB hitam (melena) mengindikasikan perdarahan saluran cerna bagian atas, berisiko menyebabkan hipovolemia dan ketidakseimbangan elektrolit. Riwayat konsumsi jamu (potensi iritasi lambung) memperberat kondisi.
**Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjaga (SLKI.1.3.1)**
*Indikator:*
- Tanda vital stabil (nadi, tekanan darah).
- Turgor kulit normal.
- Produksi urine adekuat (?30 mL/jam).
- Elektrolit serum dalam batas normal.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Manajemen Keseimbangan Cairan (SIKI.1.3.1.1)**
*Tindakan:*
1. **Pemantauan Hidrasi:**
- Observasi tanda vital tiap 2–4 jam.
- Catat intake-output cairan.
- Nilai turgor kulit dan mukosa mulut.
2. **Kolaborasi Pemberian Cairan Intravena:**
- Sesuai resep dokter (misal: NaCl 0,9%).
3. **Edukasi Pembatasan Konsumsi Zat Iritan:**
- Hindari jamu/obat tanpa resep.
- Anjurkan diet lunak rendah asam.
**Kode Diagnosa Tambahan (Jika Diperlukan):**
- **Nyeri Akut (SDKI.2.1.1.1)** terkait iritasi mukosa lambung.
- **Risiko Syok Hipovolemik (SDKI.1.3.1.2)** jika perdarahan berlanjut.
**Catatan Akademik:**
- **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)** mengacu pada masalah klinis yang teridentifikasi.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)** menetapkan kriteria hasil yang diharapkan.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** memberikan panduan tindakan berbasis evidence.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).* Edisi I.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 18295 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual . -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu BAB hitam, konsistensi lunak, lemas, nyeri perut, dan riwayat konsumsi jamu serta suplemen, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Perubahan Eliminasi Gastrointestinal (00011)
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, konsistensi, jumlah, atau penampilan eliminasi usus yang tidak sesuai dengan pola normal individu.
Faktor yang berhubungan: Perubahan pada struktur atau fungsi saluran gastrointestinal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi Gastrointestinal (0501)
- Keteraturan Defekasi (050101)
- Konsistensi Feses (050102)
- Warna Feses (050103)
- Jumlah Feses (050104)
2. Manajemen Nyeri (1605)
- Kontrol Nyeri (160501)
- Tingkat Nyeri (160502)
3. Status Nutrisi (1004)
- Intake Nutrisi (100401)
- Berat Badan (100402)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi Gastrointestinal (3820)
- Monitor pola defekasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, warna, dan volume.
- Identifikasi faktor-faktor yang mungkin menyebabkan perubahan eliminasi, seperti perubahan diet, penggunaan obat-obatan, dan gangguan pada saluran pencernaan.
- Berikan informasi kepada pasien tentang pentingnya menjaga pola eliminasi yang normal.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan pengobatan yang sesuai, jika diperlukan.
2. Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
- Berikan intervensi farmakologis sesuai dengan resep dokter untuk mengelola nyeri.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat/dingin.
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Peningkatan Nutrisi (1120)
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk riwayat berat badan, pola makan, dan masukan nutrisi saat ini.
- Berikan edukasi tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk pemulihan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Monitor perubahan berat badan dan status nutrisi pasien secara berkala.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Perubahan Eliminasi Gastrointestinal" dipilih karena gejala utama pasien adalah BAB hitam, yang menunjukkan adanya perubahan pada sistem gastrointestinal. Luaran yang diharapkan adalah untuk mengembalikan pola eliminasi yang normal, mengelola nyeri, dan mempertahankan status nutrisi yang adekuat. Intervensi keperawatan berfokus pada pemantauan eliminasi, pengelolaan nyeri, dan peningkatan asupan nutrisi untuk mendukung pemulihan pasien. -
Article No. 18296 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual . -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Kebutuhan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(SDKI Code: B.1.1)*
**Penjelasan:**
Pasien mengalami lemas dan nyeri ulu hati yang dapat mengganggu asupan nutrisi. Riwayat konsumsi jamu dan suplemen (Enervon C) dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan iritasi lambung atau gangguan absorpsi nutrisi. Perdarahan saluran cerna (melena/BAB hitam) juga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, memperburuk status nutrisi.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
- **Status Nutrisi Memadai** *(SLKI Code: L.1.1.1)*:
- Kriteria: Asupan nutrisi oral adekuat, tidak ada penurunan berat badan signifikan, kadar hemoglobin stabil.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **Manajemen Nutrisi** *(SIKI Code: I.1.1.1)*:
- Monitor asupan makanan dan cairan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet tinggi kalori-protein dan rendah iritan lambung.
- Edukasi pasien untuk menghindari konsumsi jamu/suplemen tanpa pengawasan.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Nyeri Akut** *(SDKI Code: A.1.1)*
**Penjelasan:**
Nyeri ulu hati terkait iritasi mukosa lambung (kemungkinan gastritis atau ulkus peptikum) akibat konsumsi jamu/suplemen jangka panjang. BAB hitam (melena) menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
- **Kontrol Nyeri** *(SLKI Code: L.1.3.1)*:
- Kriteria: Skala nyeri ?3 (skala 0-10), pasien melaporkan penurunan nyeri.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **Manajemen Nyeri** *(SIKI Code: I.1.3.1)*:
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol (hindari NSAID).
- Anjurkan posisi semi-Fowler untuk mengurangi nyeri.
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif** *(SDKI Code: G.1.2)*
**Penjelasan:**
Melena menunjukkan perdarahan saluran cerna yang berpotensi menyebabkan hipovolemia atau anemia, mengganggu perfusi jaringan.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
- **Perfusi Jaringan Adekuat** *(SLKI Code: L.2.1.1)*:
- Kriteria: Tanda vital stabil (TD ?90/60 mmHg, nadi 60-100x/menit), tidak ada pusing/sinkop.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **Pemantauan Perfusi Jaringan** *(SIKI Code: I.2.1.1)*:
- Monitor tanda vital tiap 4 jam.
- Kolaborasi pemeriksaan Hb dan hematokrit.
- Berikan oksigen jika diperlukan.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada buku *Standar Diagnosis, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI)* edisi terbaru PPNI.
- **Prioritas Intervensi:** Fokus pada stabilisasi perdarahan (kolaborasi endoskopi/obat PPIs) dan koreksi anemia.
Semoga penjelasan ini membantu. Jika memerlukan rujukan lebih detail, disarankan untuk meninjau dokumen resmi PPNI atau konsultasi dengan tim medis terkait.
---
*Salam profesional,*
*[Nama Perawat/Penulis]*
*Asisten Klinis* -
Article No. 18297 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu BAB hitam, lemas, nyeri perut ulu hati, dan riwayat konsumsi jamu serta enervon C secara rutin, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Perubahan Eliminasi Gastrointestinal
Pasien mengalami perubahan pola eliminasi gastrointestinal yang ditandai dengan BAB hitam, konsistensi lunak, dan frekuensi 1 hari sekali. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konsumsi obat-obatan herbal atau suplemen yang dapat memengaruhi fungsi saluran cerna.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengembalian Pola Eliminasi Gastrointestinal
- Pasien dapat kembali memiliki pola BAB yang normal, yaitu konsistensi sedang, warna coklat, dan frekuensi 1-2 kali sehari.
- Pasien tidak lagi mengalami keluhan perubahan warna dan konsistensi BAB.
2. Peningkatan Kenyamanan
- Pasien tidak lagi merasakan nyeri perut ulu hati.
- Pasien tidak lagi merasa lemas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Eliminasi Gastrointestinal
- Mengkaji frekuensi, konsistensi, dan warna BAB pasien secara rutin.
- Memantau tanda-tanda perdarahan gastrointestinal, seperti darah segar, darah hitam, atau perubahan warna feses.
2. Manajemen Obat
- Mengkaji riwayat konsumsi obat-obatan herbal, suplemen, atau obat-obatan lain yang dapat memengaruhi saluran cerna.
- Berkolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan menyesuaikan pengobatan pasien.
3. Manajemen Nyeri
- Mengkaji intensitas, lokasi, dan karakteristik nyeri perut ulu hati yang dialami pasien.
- Memberikan terapi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
4. Manajemen Kelelahan
- Mengkaji tingkat kelelahan yang dialami pasien.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kelelahan dan mengembangkan strategi untuk mengatasi kelelahan.
- Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Perubahan Eliminasi Gastrointestinal merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai karena pasien mengalami perubahan pola eliminasi gastrointestinal, yaitu BAB hitam, konsistensi lunak, dan frekuensi 1 hari sekali. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konsumsi obat-obatan herbal atau suplemen yang dapat memengaruhi fungsi saluran cerna.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pengembalian Pola Eliminasi Gastrointestinal: Tujuan utama adalah memulihkan pola BAB yang normal, dengan konsistensi sedang, warna coklat, dan frekuensi 1-2 kali sehari. Hal ini akan menunjukkan bahwa fungsi saluran cerna pasien telah kembali normal.
b. Peningkatan Kenyamanan: Pasien tidak lagi merasakan nyeri perut ulu hati dan tidak lagi merasa lemas. Hal ini akan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Eliminasi Gastrointestinal: Sangat penting untuk mengkaji secara rutin frekuensi, konsistensi, dan warna BAB pasien, serta memantau tanda-tanda perdarahan gastrointestinal. Hal ini akan membantu dalam mengevaluasi efektivitas intervensi dan memantau perkembangan kondisi pasien.
b. Manajemen Obat: Mengkaji riwayat konsumsi obat-obatan herbal, suplemen, atau obat-obatan lain yang dapat memengaruhi saluran cerna, serta berkolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan menyesuaikan pengobatan pasien. Hal ini penting untuk mengatasi faktor penyebab perubahan eliminasi gastrointestinal.
c. Manajemen Nyeri: Mengkaji intensitas, lokasi, dan karakteristik nyeri perut ulu hati yang dialami pasien, serta memberikan terapi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri. Hal ini akan meningkatkan kenyamanan pasien dan membantu dalam proses pemulihan.
d. Manajemen Kelelahan: Mengkaji tingkat kelelahan yang dialami pasien, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya, dan mengembangkan strategi untuk mengatasi kelelahan. Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien.
Saya harap penjelasan yang saya berikan cukup rinci dan terperinci. Jika Anda memiliki pertanyaan atau membutuhkan informasi tambahan, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18298 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** (SDKI Code: **B.1.1**)
**berhubungan dengan perdarahan saluran cerna atas**
**ditandai dengan lemas, nyeri ulu hati, dan melena (BAB hitam).**
### **Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **Kode B.1.1**: Gangguan Keseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
- **Definisi**: Kondisi di mana asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh, yang dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna, gangguan absorbsi, atau asupan yang tidak adekuat.
- **Faktor yang Mempengaruhi**:
- Perdarahan saluran cerna (melena) menyebabkan kehilangan zat besi dan protein.
- Konsumsi jamu dan suplemen jangka panjang berpotensi mengiritasi mukosa lambung.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode L.1.1.1**: Status Nutrisi membaik.
- **Indikator yang Diukur**:
- Peningkatan kadar hemoglobin.
- Penurunan gejala lemas.
- Konsistensi feses normal (tidak hitam).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode I.1.1.1**: Manajemen Nutrisi.
- **Intervensi Utama**:
- Pemantauan tanda-tanda perdarahan (melena, hematemesis).
- Kolaborasi pemberian terapi nutrisi (diet tinggi protein dan zat besi).
- Edukasi pasien untuk menghindari konsumsi jamu/suplemen yang mengiritasi lambung.
### **Rekomendasi Tambahan:**
- **Kolaborasi dengan dokter** untuk evaluasi **endoskopi (OGD)** guna menilai adanya lesi erosif/luka di lambung.
- **Pemeriksaan laboratorium** (Hb, Ht, feritin) untuk menilai tingkat anemia.
**Catatan:**
Diagnosa ini didasarkan pada temuan klinis **melena (BAB hitam)**, riwayat konsumsi zat iritatif (jamu/enervon C), dan gejala anemia (lemas). Perlu pemantauan ketat terhadap tanda syok hipovolemik jika perdarahan berlanjut.
*(Ditulis dalam format akademis dengan pendekatan berbasis bukti dan mengacu pada standar PPNI).*
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
- Doenges, M. E., et al. (2019). *Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client Care.* -
Article No. 18299 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan BAB hitam sejak 4 hari, konsistensi lunak, tanpa lendir dan darah segar, serta disertai dengan gejala lemas dan nyeri perut ulu hati, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual
Definisi: Rentan mengalami perdarahan dari saluran gastrointestinal yang dapat mengancam jiwa.
Faktor Risiko: Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran cerna.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tidak terjadi perdarahan gastrointestinal lebih lanjut.
2. Tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik.
4. Tingkat kecemasan pasien menurun.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
2. Lakukan observasi dan penilaian terhadap karakteristik feses (warna, konsistensi, ada tidaknya darah/lendir).
3. Kaji riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran cerna.
4. Berikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi saat ini, pentingnya melakukan pemeriksaan lanjutan, dan pencegahan terjadinya perdarahan gastrointestinal.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk melakukan penatalaksanaan yang sesuai.
6. Berikan dukungan psikologis dan emosional kepada pasien untuk mengurangi kecemasan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Risiko Perdarahan Gastrointestinal Aktual" dipilih karena pasien memiliki gejala BAB hitam yang merupakan indikasi adanya perdarahan gastrointestinal. Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran cerna juga menjadi faktor risiko. Luaran/output yang diharapkan adalah mencegah terjadinya perdarahan gastrointestinal lebih lanjut, menjaga stabilitas tanda-tanda vital, mencegah terjadinya syok hipovolemik, dan menurunkan tingkat kecemasan pasien. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, observasi karakteristik feses, pengkajian riwayat pengobatan, edukasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan dukungan psikologis. -
Article No. 18300 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
### **Diagnosis Keperawatan Utama:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI Code: D.0016)**
**Penjelasan:**
Pasien menunjukkan tanda-tanda perdarahan saluran cerna bagian atas (melena: BAB hitam) yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Riwayat konsumsi jamu dan suplemen dalam jangka panjang juga berpotensi menyebabkan iritasi lambung, memperburuk kondisi.
### **Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjaga (SLKI Code: L.14015)**
**Kriteria Evaluasi:**
- Tanda vital stabil (TD, nadi, pernapasan dalam batas normal).
- Turgor kulit baik, mukosa lembab.
- Tidak ada keluhan lemas berlebihan.
- Produksi urine adekuat (>30 mL/jam).
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**1. Manajemen Keseimbangan Cairan (SIKI Code: I.11041)**
- Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu).
- Observasi tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut, produksi urine).
- Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan.
- Anjurkan asupan oral bertahap jika kondisi memungkinkan.
**2. Manajemen Nyeri (SIKI Code: I.09041)**
- Kaji karakteristik nyeri (skala, lokasi, durasi).
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
**3. Edukasi Kesehatan (SIKI Code: I.15001)**
- Berikan penjelasan tentang bahaya konsumsi jamu dan suplemen berlebihan.
- Anjurkan diet seimbang dan hindari makanan/minuman yang mengiritasi lambung.
- Ajarkan tanda-tanda perdarahan saluran cerna yang perlu diwaspadai.
### **Diagnosis Keperawatan Tambahan:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: D.0029)** terkait iritasi mukosa lambung.
**Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: D.0008)** terkait kelemahan dan anemia sekunder.
### **Catatan Penting:**
- Perlu pemeriksaan laboratorium (Hb, hematokrit, elektrolit) dan endoskopi untuk konfirmasi perdarahan saluran cerna.
- Kolaborasi dengan dokter untuk tatalaksana farmakologis (PPI, antasida, atau transfusi jika diperlukan).
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Jika ada kondisi klinis tambahan, diagnosa dapat disesuaikan lebih lanjut.
*(Ditulis dalam format akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan klinis.)* -
Article No. 18301 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang disampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal Akut
Pasien datang dengan keluhan BAB hitam sejak 4 hari, yang mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat konsumsi jamu dan enervon C dalam jangka waktu yang lama, yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran cerna dan meningkatkan risiko perdarahan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi perdarahan gastrointestinal selama masa perawatan.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Pasien menunjukkan peningkatan energi dan tidak lemas.
4. Pasien melaporkan nyeri perut berkurang.
5. Pasien tidak mengalami mual dan muntah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor tanda-tanda vital secara rutin, termasuk nadi, tekanan darah, suhu, dan frekuensi pernapasan.
2. Kaji karakteristik dan warna feses, serta catat adanya darah segar atau lender.
3. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan gastrointestinal, seperti nyeri perut, mual, muntah, dan kelelahan.
4. Pertahankan intake cairan dan elektrolit yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
5. Berikan obat-obatan sesuai resep, seperti antasida, H2-blocker, atau proton pump inhibitor, untuk mengurangi sekresi asam lambung dan mempercepat penyembuhan.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, jika diperlukan, untuk mengidentifikasi penyebab perdarahan.
7. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menghindari konsumsi jamu dan obat-obatan tanpa resep yang dapat memicu perdarahan.
8. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien selama masa perawatan.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Perdarahan Gastrointestinal Akut" dipilih karena pasien memiliki gejala-gejala yang mengarah pada adanya perdarahan saluran cerna, seperti BAB hitam, nyeri perut, dan riwayat konsumsi jamu serta enervon C dalam jangka waktu yang lama. Perdarahan gastrointestinal dapat menyebabkan komplikasi yang serius, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan meliputi tidak terjadinya perdarahan lebih lanjut, stabilnya tanda-tanda vital, peningkatan energi, penurunan nyeri perut, serta tidak adanya mual dan muntah. Tujuan ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, seperti pemantauan keadaan pasien, pemberian obat-obatan, serta edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga.
Intervensi keperawatan yang direkomendasikan bertujuan untuk memantau kondisi pasien, mengurangi risiko perdarahan, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memberikan edukasi dan dukungan psikologis. Kolaborasi dengan dokter juga diperlukan untuk melakukan pemeriksaan diagnostik dan pemberian terapi yang sesuai.
Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat memulih dari kondisi perdarahan gastrointestinal dan mencapai luaran yang diharapkan.