Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 1977 | 11 Oct 2024
Klinis : px tampak kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien tampak kejang, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Fisik berhubungan dengan aktivitas kejang
Penjelasan Singkat:
Pasien tampak mengalami kejang, yang merupakan suatu kondisi di mana terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi. Kejang dapat menyebabkan cedera fisik pada pasien, seperti benturan kepala, trauma otot, atau jatuh, sehingga dibutuhkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya cedera.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosa: 00035
- Judul Diagnosa: Risiko Cedera Fisik
- Definisi: Rentan mengalami cidera fisik yang dapat menimbulkan kerusakan struktur atau fungsi tubuh
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 00007
- Judul Luaran: Tidak Terjadi Cedera
- Definisi: Integritas struktur tubuh dan fungsi tubuh tetap terjaga
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 00035
- Judul Intervensi: Pencegahan Cedera
- Definisi: Tindakan untuk mencegah atau meminimalkan cedera fisik yang dapat terjadi -
Article No. 1978 | 11 Oct 2024
Klinis : kejang-kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang-kejang.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera berhubungan dengan aktivitas kejang-kejang
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera: Keadaan rentan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- Faktor yang berhubungan: Aktivitas kejang-kejang.
- Karakteristik Definisi: Adanya riwayat atau potensi terjadinya kejang-kejang yang dapat menyebabkan cedera fisik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien bebas dari cedera selama dan setelah episode kejang-kejang.
- Indikator Luaran:
- Tidak terjadi cedera selama dan setelah episode kejang-kejang.
- Klien dan keluarga mampu mengenali tanda-tanda awal kejang-kejang.
- Klien dan keluarga mampu melakukan tindakan yang sesuai saat terjadi kejang-kejang.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Pencegahan Cedera: Tindakan untuk mencegah terjadinya cedera akibat kejang-kejang.
- Manajemen Kejang: Tindakan untuk mengelola episode kejang-kejang.
- Edukasi Kesehatan: Tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan klien dan keluarga dalam mengelola kejang-kejang.
Dalam praktik keperawatan, perawat akan melakukan assessment, perencanaan, implementasi, dan evaluasi berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan klien dengan kondisi kejang-kejang. -
Article No. 1979 | 11 Oct 2024
Klinis : pasien mengalami kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang mengalami kejang, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera berhubungan dengan kejang.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko cedera adalah kerentanan terhadap luka fisik atau kerusakan yang dapat terjadi akibat interaksi antara individu dan lingkungannya. Dalam kasus ini, pasien yang mengalami kejang memiliki risiko cedera yang tinggi, seperti terjatuh, terbentur, atau terluka saat kejang berlangsung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien tidak mengalami cedera selama atau setelah kejang terjadi. Pasien dapat mempertahankan integritas fisik dan mengurangi risiko komplikasi akibat kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Menjaga keamanan lingkungan pasien
- Mengamankan area di sekitar pasien saat kejang terjadi
- Memberikan tindakan pertolongan pertama saat kejang berlangsung
- Memantau tanda-tanda vital dan gejala selama dan setelah kejang
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penanganan kejang
Dengan pendekatan akademis dan persona pakar dalam keperawatan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengelola risiko cedera pada pasien yang mengalami kejang. -
Article No. 1980 | 11 Oct 2024
Klinis : px tampak kejang dan henti nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi px yang tampak kejang dan henti nafas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Gangguan neuromuskuler, obstruksi jalan napas, atau kelelahan otot pernapasan.
Gejala: Henti napas, napas lambat atau cepat, irama tidak teratur.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (00046)
Definisi: Berisiko mengalami kerusakan pada kulit dan/atau jaringan yang mendasarinya.
Faktor Risiko: Keterbatasan mobilitas, penurunan sensasi, dan kekurangan nutrisi.
Gejala: Kulit tampak kering, pucat, atau kemerahan.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dialami oleh pasien. Diagnosa keperawatan tersebut memberikan panduan bagi perawat dalam merencanakan intervensi yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengevaluasi hasil dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan. SLKI menetapkan kriteria yang harus dicapai dalam proses pemulihan pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dialami oleh pasien. SIKI memberikan panduan bagi perawat dalam memilih intervensi yang tepat dan efektif.
Sebagai perawat, kami menggunakan standar-standar ini untuk memastikan bahwa pasien menerima asuhan keperawatan yang berkualitas, sesuai dengan praktik keperawatan yang berlandaskan bukti ilmiah terkini. -
Article No. 1981 | 11 Oct 2024
Klinis : px tampak kejang tidak ada nafas dan henti jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Berhenti Napas (00403)
Definisi:
Berhenti napas secara tiba-tiba yang mengancam kehidupan.
Faktor Terkait:
- Henti jantung
- Obstruksi jalan napas
Karakteristik Mayor:
- Tidak ada gerakan napas
- Sianosis
- Tidak ada denyut nadi
Penjelasan Singkat Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berhenti Napas (00403) adalah diagnosa keperawatan dengan definisi "Berhenti napas secara tiba-tiba yang mengancam kehidupan". Faktor terkait meliputi henti jantung dan obstruksi jalan napas, sedangkan karakteristik mayor meliputi tidak ada gerakan napas, sianosis, dan tidak ada denyut nadi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk diagnosa ini adalah Pemulihan Pernapasan (0401) dengan kriteria hasil seperti frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, dan tidak ada sianosis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Jalan Napas (3100), Ventilasi Mekanik: Intubasi dan Ventilasi Mekanik (3390), dan Resusitasi Kardiopulmoner (3200) untuk mempertahankan jalan napas, ventilasi, dan perfusi.
Penjelasan Persona: Sebagai perawat profesional, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang tampak kejang, tidak ada napas, dan henti jantung. Tindakan segera diperlukan untuk memulihkan pernapasan dan sirkulasi darah guna menyelamatkan nyawa pasien. -
Article No. 1982 | 11 Oct 2024
Klinis : henti jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi henti jantung, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak Berhubungan dengan Henti Jantung
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak adalah ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan jantung. Kondisi henti jantung merupakan salah satu penyebab utama dari gangguan perfusi jaringan kardiak.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan perfusi jaringan kardiak akibat henti jantung adalah pasien dapat mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal, mencegah komplikasi, serta mempertahankan status hemodinamik yang stabil.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Resusitasi jantung paru (RJP) untuk mengembalikan fungsi jantung.
2. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat.
3. Pemberian oksigen sesuai indikasi.
4. Pemberian obat-obatan dan cairan intravena sesuai protokol.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan lebih lanjut.
Penanganan henti jantung membutuhkan kecepatan dan ketepatan tindakan, serta kolaborasi yang erat antara tim medis. Perawat memiliki peran kunci dalam memberikan penanganan yang efektif dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 1983 | 11 Oct 2024
Klinis : pasien laki-laki usia 48 tahun, Acral hangat, nadi ireguler dan sulit devaluasi,T 114/49 mhg N 48x/m RR 32x/m Spo2 sulit dievaluasi. Tiba- tiba pasien kejang. GCS 111
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kardiovaskular
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kardiovaskular
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Kejang
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kardiovaskular:
SDKI: Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
SLKI: Perfusi Jaringan
SIKI: Manajemen Perfusi Jaringan
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kardiovaskular:
SDKI: Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
SLKI: Stabilitas Hemodinamik
SIKI: Peningkatan Stabilitas Hemodinamik
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Kejang:
SDKI: Risiko Cedera
SLKI: Keselamatan Pasien
SIKI: Manajemen Risiko Cedera
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kardiovaskular:
Kondisi ini ditandai dengan adanya ekstremitas yang hangat, nadi yang ireguler dan sulit dievaluasi, serta tekanan darah yang tidak stabil. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada fungsi kardiovaskular yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan perifer.
2. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Kardiovaskular:
Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti tekanan darah yang tinggi, nadi yang cepat, dan laju pernapasan yang cepat. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakstabilan tanda-tanda vital yang berkaitan dengan gangguan fungsi kardiovaskular.
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Kejang:
Pasien mengalami kejang, yang dapat menyebabkan risiko cedera pada pasien. Perawatan yang tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi akibat kejang. -
Article No. 1984 | 11 Oct 2024
Klinis : Hasil pengkajian perawat disebuah sekolah dasar didapatkan data siswa biasa membawa bekal makan siang berupa jajanan warung seperti chiki, permen, dan coklat. Namun ada beberapa juga yang membawa bekal nasi dan lauk saja. Apakah pengkajian lebih lanjut yang harus dilakukan oleh perawat a. Status gizi siswa b. Fasilitas kantin sekolah c. Tingkat atau kelas sasaran yang mempunyai masalah d. Menanyakan alokasi dana yang ada jika dilakukan pendidikan kesehatan e. Aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, terdapat beberapa hal yang dapat diidentifikasi dan menjadi fokus pengkajian lebih lanjut oleh perawat:
1. Status Gizi Siswa (a)
- Pengkajian lebih lanjut mengenai status gizi siswa, seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, dan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) untuk mengetahui apakah ada masalah gizi (kelebihan atau kekurangan gizi).
2. Fasilitas Kantin Sekolah (b)
- Pengkajian mengenai fasilitas dan menu yang tersedia di kantin sekolah. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai ketersediaan makanan sehat di sekolah.
3. Tingkat atau Kelas Sasaran yang Mempunyai Masalah (c)
- Pengkajian yang lebih fokus pada tingkat atau kelas tertentu yang memiliki masalah terkait pola makan atau pemilihan jajanan. Ini dapat memberikan informasi yang lebih spesifik untuk intervensi yang tepat.
4. Alokasi Dana Pendidikan Kesehatan (d)
- Pengkajian mengenai ketersediaan dana atau sumber daya yang dapat digunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan bagi siswa. Hal ini akan membantu perencanaan dan implementasi program yang efektif.
5. Aspek yang Ingin Dicapai dalam Pendidikan Kesehatan (e)
- Perawat dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan kesehatan, seperti meningkatkan pengetahuan siswa tentang gizi seimbang, mengubah perilaku pemilihan makanan yang sehat, atau mendorong keterlibatan orang tua dalam mendukung pemilihan makanan yang sehat bagi anak-anak.
Dalam melakukan pengkajian lebih lanjut, perawat dapat menggunakan pendekatan akademis dan berperan sebagai pakar kesehatan untuk menyampaikan informasi yang akurat dan komprehensif kepada siswa, guru, dan pihak terkait di sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan edukasi yang tepat dan mendorong perilaku makan yang sehat di lingkungan sekolah. -
Article No. 1985 | 11 Oct 2024
Klinis : asien laki-laki, 48 tahun. kesadaran menurun, sesak nafas dan grok-grok .acral hangat, nadi ireguler dan sulit dievaluasi. T 114/49 mhg N 48x/m RR 32x/m Spo2 sulit dievaluasi. Tiba- tiba pasien kejang. GCS 111
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 48 tahun dengan kondisi sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Penurunan Kesadaran
b. Gangguan Pola Napas
c. Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
d. Resiko Kejang
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Penurunan Kesadaran
- SDKI: Penurunan kemampuan individu untuk merespons stimulasi eksternal atau internal secara tepat.
- SLKI: Peningkatan Kesadaran
- SIKI: Manajemen Penurunan Kesadaran
b. Gangguan Pola Napas
- SDKI: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau usaha pernapasan yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Peningkatan Pola Napas
- SIKI: Manajemen Ventilasi
c. Resiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Ancaman gangguan sirkulasi darah ke jaringan yang dapat menyebabkan kerusakan sel.
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Sirkulasi
d. Resiko Kejang
- SDKI: Ancaman terjadinya kontraksi otot yang tidak terkendali dan tidak terkoordinasi yang dapat mengancam keselamatan.
- SLKI: Peningkatan Pengendalian Kejang
- SIKI: Manajemen Kejang
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, mulai dari pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, hingga evaluasi. -
Article No. 1986 | 11 Oct 2024
Klinis : Hasil pengkajian yang dilakukan perawat disebuah sekolah dasar didapatkan data bahwa mayoritas siswa tidak mencuci tangan sebelum makan; tampak siswa yang jajan sembarangan; dan tidak terdapat sarana cuci tangan disekolah. Guru UKS mengatakan bahwa masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh siswanya adalah diare. Hasil pengkajian lebih lanjut didapatkan data: 30% anak menderita diare, angka berkunjung ke klinik sekolah dengan keluhan sakit perut, fasilitas klinik sekolah sangat terbatas. Dari hasil observasi dikantin didapatkan data tidak ada fasilitas cuci tangan, anak tidak melakukan cuci tangan saat akan makan. Apakah masalah kesehatan utama pada kelompok tersebut? a. Minimnya fasilitas cuci tangan b. Masalah tingginya prevalensi diare c. Rendahnya fasilitas kesehatan d. Rendahnya perilaku sehat e. Tingginya keluhan sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan hasil pengkajian yang diberikan, masalah kesehatan utama pada kelompok tersebut adalah:
b. Masalah tingginya prevalensi diare
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Diare Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Yang Kurang
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko diare adalah kondisi di mana individu atau kelompok berisiko atau berpotensi mengalami masalah diare.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk meningkatkan perilaku higienis dan sanitasi lingkungan yang baik, sehingga dapat mencegah terjadinya diare.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Edukasi tentang pentingnya mencuci tangan sebelum makan.
2. Fasilitasi penyediaan sarana cuci tangan di sekolah.
3. Promosi perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah.
Dengan tingginya prevalensi diare (30%) serta minimnya fasilitas dan perilaku sehat terkait kebersihan, maka masalah utama kelompok tersebut adalah risiko tinggi terjadinya diare.