Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3945 | 29 Oct 2024
Klinis : pasang implan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: Z96.6
- Deskripsi: Keberadaan implan ortopedik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 84.57
- Deskripsi: Pemasangan atau penggantian perangkat lain pada tulang atau sendi, tidak termasuk kategori lain.
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z96.6 digunakan untuk menandakan keberadaan implan ortopedik pada pasien. Ini mencakup berbagai jenis implan ortopedik, seperti implan sendi, implan tulang, dan alat bantu ortopedik lainnya. Kode ini digunakan untuk mengindikasikan kondisi medis pasien yang memiliki implan tersebut.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 84.57 digunakan untuk prosedur pemasangan atau penggantian perangkat lain pada tulang atau sendi, yang tidak termasuk dalam kategori lain. Ini dapat mencakup berbagai jenis tindakan pemasangan atau penggantian implan ortopedik, seperti implan sendi, implan tulang, dan alat bantu ortopedik lainnya. -
Article No. 3946 | 29 Oct 2024
Klinis : pasang kb implan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan pemasangan KB implan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z30.014
- Deskripsi: Pemasangan alat kontrasepsi subdermal (implan kontrasepsi)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.95
- Deskripsi: Pemasangan alat kontrasepsi subdermal, termasuk implan.
Penjelasan:
Untuk diagnosis pemasangan KB implan, kode ICD-10 yang sesuai adalah Z30.014, yang merujuk pada "Pemasangan alat kontrasepsi subdermal (implan kontrasepsi)". Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi tindakan pemasangan alat kontrasepsi yang diinsersikan di bawah kulit, seperti implan kontrasepsi.
Sementara itu, kode ICD-9-CM Procedure 86.95 menggambarkan "Pemasangan alat kontrasepsi subdermal, termasuk implan". Kode ini digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk memasang alat kontrasepsi yang ditempatkan di bawah kulit, seperti implan kontrasepsi. -
Article No. 3947 | 29 Oct 2024
Klinis : pasang kb implan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Pemasangan Kontrasepsi Implan
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengancam kesehatan. Dalam kasus pemasangan kontrasepsi implan, prosedur pembedahan yang dilakukan dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi pada area insersi implan, seperti tidak ada kemerahan, bengkak, nyeri, atau peningkatan suhu lokal. Pasien juga dapat mempertahankan integritas kulit di area insersi implan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Memantau tanda-tanda vital dan gejala infeksi secara berkala.
2. Melakukan perawatan luka insersi implan dengan teknik aseptik.
3. Memberikan edukasi kepada pasien tentang perawatan luka dan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan.
4. Memastikan pasien mengikuti instruksi pemberi layanan kesehatan terkait pemasangan implan dan perawatannya.
5. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan infeksi, jika diperlukan.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah dan mengelola risiko infeksi pada pasien yang menjalani pemasangan kontrasepsi implan. -
Article No. 3948 | 29 Oct 2024
Klinis : pasang kb implan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko kegagalan kontrasepsi hormonal
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko kegagalan kontrasepsi hormonal adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kegagalan dalam menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti implan, yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah individu dapat mencegah kegagalan kontrasepsi hormonal, ditandai dengan:
1. Memahami cara penggunaan kontrasepsi hormonal yang benar
2. Menunjukkan kepatuhan dalam menggunakan kontrasepsi hormonal
3. Tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini antara lain:
1. Edukasi tentang penggunaan kontrasepsi hormonal yang benar
2. Monitoring penggunaan kontrasepsi hormonal secara berkala
3. Konseling mengenai efek samping dan penanganannya
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan efektivitas kontrasepsi hormonal
Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan edukasi yang komprehensif kepada pasien mengenai penggunaan kontrasepsi implan, memantau kepatuhan penggunaannya, serta berkolaborasi dengan dokter terkait efektivitas dan efek samping yang mungkin terjadi. Tujuannya adalah untuk mencegah kegagalan kontrasepsi dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 3949 | 29 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit ulu hati, mual, sakit kepala tiba-tiba beberapa menit yang lalu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit ulu hati, mual, sakit kepala tiba-tiba beberapa menit yang lalu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis gastrointestinal.
Penjelasan SDKI:
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Faktor yang berhubungan dengan nyeri akut ini adalah proses patologis gastrointestinal, seperti gastritis, ulkus peptikum, atau masalah pencernaan lainnya.
Penjelasan SLKI:
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda nyeri seperti ekspresi wajah yang meringis, postur tubuh yang kaku, dan perubahan tanda-tanda vital.
- Pasien dapat melaporkan tingkat nyeri yang dirasakan menggunakan skala nyeri.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian analgesik, relaksasi, dan manajemen gejala lainnya.
Penjelasan SIKI:
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji skala nyeri, mengidentifikasi faktor penyebab nyeri, memberikan analgesik, melakukan relaksasi, dan memantau respon pasien terhadap intervensi.
- Evaluasi yang dapat dilakukan adalah penurunan tingkat nyeri yang dilaporkan pasien, peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan perbaikan tanda-tanda vital.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Pendekatan yang berpusat pada pasien (patient-centered care) sangat penting untuk memastikan bahwa intervensi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pasien. -
Article No. 3950 | 29 Oct 2024
Klinis : Tn B 20 tahun dirawat di rumah sakit karena mengalami sesak nafas setelah melakukan olahraga berat. Klien tampak pucat, lemas, bibir kering dan terdapat pertumbuhan yang tak seimbang pada jari tangan. Klien sering mengeluh haus dan nyeri (skala 6). Saat dilakukan pemeriksaan, terdapat penurunan nilai Hb dan jumlah sel darah merah serta terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Saat dilakukan tes diagnostik, bentuk sel darah merah berubah bentuk menjadi tidak normal ketika diberikan tekanan oksigen rendah. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 37.8°C, nadi 87 x/menit dan frekuensi nafas 32x/menit tidak teratur.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, pasien Tn. B kemungkinan mengalami kondisi anemia. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI terkait kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional akibat anemia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan/dibutuhkan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa menimbulkan gejala kelelahan berlebih.
2. Manajemen Energi: Kemampuan individu untuk mengatur penggunaan energi dan mencegah kelelahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas: Membantu individu untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas harian secara efektif.
2. Manajemen Energi: Membantu individu untuk mengidentifikasi dan menggunakan strategi untuk mempertahankan atau meningkatkan energi.
3. Terapi Oksigen: Memberikan oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Penjelasan singkat:
Pasien Tn. B mengalami sesak nafas setelah olahraga berat, tampak pucat, lemas, dan terdapat perubahan bentuk sel darah merah. Hal ini menunjukkan adanya anemia yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan pemberian terapi oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. -
Article No. 3951 | 29 Oct 2024
Klinis : sesak + kejang +
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sesak + kejang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan: Kondisi di mana terdapat hambatan dalam masuknya udara ke dalam paru-paru, sehingga menyebabkan sesak napas.
2. Risiko Cedera
Penjelasan: Kondisi di mana terdapat potensi untuk terjadi cedera fisik akibat aktivitas kejang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria luaran: Pasien dapat bernapas dengan lancar, tidak ada suara napas tambahan, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Tidak Terjadi Cedera
Kriteria luaran: Pasien tidak mengalami cedera selama episode kejang, dan vital sign stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
Intervensi: Mempertahankan jalan napas terbuka, memberikan oksigen tambahan, suction sekret jika perlu.
2. Manajemen Kejang
Intervensi: Memposisikan pasien dengan aman, mencegah trauma, dan pemberian obat antikonvulsan jika diperlukan.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan pentingnya penilaian komprehensif dan penanganan segera untuk mengatasi kondisi sesak napas dan kejang pada pasien. Diperlukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk memberikan perawatan yang optimal. -
Article No. 3952 | 29 Oct 2024
Klinis : sesak + kejang + Kesadaran :Waspada Kepala: a/i/c/d -/-/-/+ terpasang O2 Nasal 0,1 lpm, Caput/chepal pada sebelah kiri Leher : Pemb KGB (-), JVP flat Thorax : Simetris, Rh/Wh -/-, S1S2 tunggal, retraksi (+) minimal Abdomen : Soefl, BU (+), umbilical segar terpasang cateter umbilical Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 3 detik, iritable + TTV Suhu : 37.1 C HR : 148x/mnt RR : 50x/mnt SpO2: 94%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Risiko Kejang
3. Gangguan Perfusi Serebral
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigen tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan pola napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2. Risiko Kejang
- SDKI: Kerentanan terhadap aktivitas abnormal dan sinkron dari neuron-neuron otak, yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran, pergerakan, perilaku, sensasi, atau fungsi lainnya.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengelola kejang.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mencegah dan mengatasi kejang.
3. Gangguan Perfusi Serebral
- SDKI: Penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan aliran darah ke otak.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi perfusi serebral yang adekuat.
Penjelasan ini didasarkan pada informasi klinis yang diberikan, yaitu sesak, kejang, kesadaran waspada, serta adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral seperti gangguan saraf kranial, reraksi minimal, dan perubahan tanda-tanda vital. Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI ini dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi tersebut. -
Article No. 3953 | 29 Oct 2024
Klinis : Diagnosa dari kasus di bawah ini Tn T, usia 78 tahun dirawat di ruang ICU hari kedua dengan gagal nafas. Pasien mempunyai riwayat kemoterapi 3 kali et causa Limfoma Malignant Non Hodgkin. Pasien masuk rumah sakit dengan demam disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran sejak dua hari sebelumnya. Hasil pengkajian menunjukkan frekuensi nadi 121 x/menit, lemah, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, suhu 38,1oC, SpO2 90%, GCS E1M1V1, sopor, pitting oedema ekstremitas bawah +3/+2, GDS 92 mg/dL. Pasien terpasang HFNC T 34 Flow 60 FiO2 90%, NGT hari kedua dengan residu kehitaman 150 cc, dan folley catheter hari kedua urine pekat produksi urine/ 24 jam 100 cc, balans cairan +980 cc. Keluarga menyatakan pasien DNR. Hasil lab menunjukkan leukosit 1,2 x 103 nL, Hb 8,6 g/dL, procalsitonin 14 ng/L, CRP 4 mg/L, laktat 10 mmol/L, pH: 7,2, pCO2 28 mmHG, pO2 88, HCO3 15 U/L BE -6, SO2 90%, FiO2 100%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Gangguan Pertukaran Gas
- SLKI: Peningkatan Oksigenasi
- SIKI: Manajemen Oksigen
Penjelasan:
Pasien mengalami gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (SpO2 90%) dan peningkatan frekuensi pernapasan (32 x/menit). Hal ini disebabkan oleh adanya gagal napas akibat kondisi klinis pasien, seperti demam, penurunan kesadaran, dan riwayat kemoterapi.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Sirkulasi
Penjelasan:
Pasien mengalami perfusi jaringan yang tidak efektif, ditandai dengan nadi lemah, akral dingin, tekanan darah rendah (92/54 mmHg), dan laktat tinggi (10 mmol/L). Hal ini menunjukkan adanya penurunan perfusi dan oksigenasi jaringan akibat kondisi hipovolemia dan sepsis.
3. Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
Pasien mengalami kelebihan volume cairan, ditandai dengan adanya pitting edema ekstremitas bawah (+3/+2) dan produksi urin yang rendah (100 cc/24 jam). Hal ini dapat disebabkan oleh pemberian cairan yang berlebihan atau gangguan fungsi ginjal akibat kondisi klinis pasien.
4. Risiko Infeksi
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien berisiko mengalami infeksi, ditandai dengan adanya demam, peningkatan procalcitonin (14 ng/L), dan penurunan jumlah leukosit (1,2 x 10^3 nL). Kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan sistem imun akibat kemoterapi atau infeksi sekunder yang terjadi.
5. Risiko Hipotermi
- SDKI: Risiko Hipotermi
- SLKI: Peningkatan Suhu Tubuh
- SIKI: Manajemen Suhu Tubuh
Penjelasan:
Pasien berisiko mengalami hipotermi, ditandai dengan suhu tubuh 38,1°C. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi klinis pasien, seperti sepsis atau gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Catatan:
Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat di atas menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Standar ini merupakan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 3954 | 29 Oct 2024
Klinis : Tn T, usia 78 tahun dirawat di ruang ICU hari kedua dengan gagal nafas. Pasien mempunyai riwayat kemoterapi 3 kali et causa Limfoma Malignant Non Hodgkin. Pasien masuk rumah sakit dengan demam disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran sejak dua hari sebelumnya. Hasil pengkajian menunjukkan frekuensi nadi 121 x/menit, lemah, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, suhu 38,1oC, SpO2 90%, GCS E1M1V1, sopor, pitting oedema ekstremitas bawah +3/+2, GDS 92 mg/dL. Pasien terpasang HFNC T 34 Flow 60 FiO2 90%, NGT hari kedua dengan residu kehitaman 150 cc, dan folley catheter hari kedua urine pekat produksi urine/ 24 jam 100 cc, balans cairan +980 cc. Keluarga menyatakan pasien DNR. Hasil lab menunjukkan leukosit 1,2 x 103 nL, Hb 8,6 g/dL, procalsitonin 14 ng/L, CRP 4 mg/L, laktat 10 mmol/L, pH: 7,2, pCO2 28 mmHG, pO2 88, HCO3 15 U/L BE -6, SO2 90%, FiO2 100%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat serta standar dari SDKI, SLKI, dan SIKI untuk pasien Tn. T:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
3. Intoleransi Aktivitas
4. Risiko Infeksi
5. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau pembuangan karbon dioksida yang adekuat.
- Penyebab: Penyakit paru (seperti limfoma), gangguan ventilasi/perfusi, penurunan surfaktan.
- Tanda dan Gejala: Dispnea, takipnea, sianosis, hipoksemia, hiperkapnia.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Penyebab: Sekret berlebihan, kelemahan otot pernapasan, keletihan.
- Tanda dan Gejala: Bunyi napas tambahan, kesulitan batuk, akumulasi sekret.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Penyebab: Kelemahan fisik, penurunan masa otot, gangguan pertukaran gas.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, sesak napas, denyut jantung meningkat.
4. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Penurunan sistem imun, prosedur invasif.
- Tanda dan Gejala: Demam, takikardia, leukopeni.
5. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Kelebihan cairan yang ditandai dengan akumulasi cairan di dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
- Penyebab: Asupan cairan yang melebihi kebutuhan, gangguan fungsi ginjal.
- Tanda dan Gejala: Edema, berat badan meningkat, bunyi napas tambahan.
Standar SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Standar-standar ini disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin konsistensi dan kualitas asuhan keperawatan di Indonesia.