Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2046 | 12 Oct 2024
Klinis : Lansia perempuan 60 tahun menderita kanker payudara dan sedang menjalani pengobatan kemoterapi, mengeluh lemas, mual, dan tidak mau makan. klien terlihat lemas, BB saat ini : 64 kg, TB : 170 cm. Tanda-tanda vital : TD:160/100 mmHg, N: 84x/mnt, RR: 20x/mnt, S:36 ºC. Setelah diperiksa Hasil labolatorium menunjukkan leukosit : 5,3 rb/uL, eritrosit: 2,7 jt/ul, Hb: 9,2 g/dL, Ht:26%, GDS : 143 mg/dL. Apakah diagnose keperawatan utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Malnutrisi berhubungan dengan penurunan intake nutrisi karena mual dan anoreksia akibat efek samping kemoterapi.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Malnutrisi: Keadaan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang dapat menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan, dan komplikasi lain.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan intake nutrisi, efek samping pengobatan, mual, anoreksia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat mempertahankan status gizi yang adekuat, tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan, dan tidak mengalami komplikasi terkait malnutrisi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Pemantauan status nutrisi, pengelolaan mual dan anoreksia, pemberian edukasi dan konseling terkait nutrisi, kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian suplemen nutrisi yang sesuai.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang komprehensif, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk mengatasi risiko malnutrisi pada lansia perempuan yang menderita kanker payudara dan menjalani kemoterapi. -
Article No. 2047 | 12 Oct 2024
Klinis : Lansia laki-laki 70 tahun mengalami penurunan fungsi penglihatan, saat berjalan mengunakan tongkat. Penerangan didalam kamar remang-remang dan terlihat licin. Apakah diagnose yang kemungkinan ada pada kasus diatas? a. Hambatan mobilitas fisik b. Gangguan rasa aman dan nyaman c. Resiko jatuh d. Intoleran aktifitas e. Gangguan peresepsi sensori penglihatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kasus yang Anda berikan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang paling mungkin adalah:
c. Risiko jatuh
Penjelasan:
Risiko jatuh adalah kerentanan individu untuk terjatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik dan psikologis. Pada kasus ini, lansia laki-laki 70 tahun mengalami penurunan fungsi penglihatan, menggunakan tongkat saat berjalan, dan lingkungan kamar yang remang-remang serta terlihat licin, meningkatkan risiko jatuh pada pasien.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko jatuh: Rentan mengalami jatuh yang dapat menyebabkan cidera fisik.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Risiko jatuh: Tingkat kerentanan individu untuk terjatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik dan psikologis.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Identifikasi faktor risiko jatuh
2. Manajemen lingkungan untuk mencegah jatuh
3. Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko jatuh dan pencegahannya
Dengan diagnosa keperawatan "Risiko jatuh", perawat dapat melakukan intervensi yang tepat untuk mencegah dan meminimalkan risiko jatuh pada pasien, sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pasien. -
Article No. 1889 | 11 Oct 2024
Klinis : Riwayat Kesehatan Saat Ini: • Keluhan Utama: o Batuk berdahak yang berlangsung selama lebih dari 3 minggu, kadang-kadang berdarah (hemoptisis). • Gejala Tambahan: o Demam ringan, terutama di sore dan malam hari. o Keringat malam. o Penurunan berat badan sekitar 6 kg dalam 2 bulan terakhir. o Nafsu makan menurun. o Sesak nafas ringan hingga sedang, terutama setelah aktivitas fisik. Riwayat Kesehatan Masa Lalu: • Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat penyakit kronis sebelumnya. • Kebiasaan: Merokok sejak usia 20 tahun, sekitar 1 bungkus sehari. Tidak ada riwayat konsumsi alkohol. • Kontak dengan Penderita TB: Pernah kontak dengan rekan kerja yang didiagnosis TB sekitar 6 bulan yang lalu. Pemeriksaan Fisik: • Keadaan Umum: Tampak kurus, dengan kulit kering dan pucat. • Suhu tubuh: 37,8°C • Tekanan darah: 110/70 mmHg • Nadi: 88 kali/menit • Pernafasan: 22 kali/menit • Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk dada, namun pergerakan dada tampak berkurang di sisi kanan. • Palpasi: Fremitus taktil meningkat di bagian apeks paru kanan. • Perkusi: Dullness (suara perkusi redup) pada area paru kanan atas. • Auskultasi: Terdengar ronki kasar pada area paru kanan atas, serta bunyi nafas bronkial. Pemeriksaan Laboratorium: • Sputum BTA (Basil Tahan Asam): o Pemeriksaan Mikroskopis (Ziehl-Neelsen Stain): Positif 3+ (banyak BTA terlihat di bawah mikroskop). o Tes Cepat Molekuler (TCM): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis, tanpa deteksi resistensi terhadap rifampisin. • Tes Darah: o Hb: 12,0 g/dL (sedikit rendah, mungkin karena anemia ringan). o Leukosit: 10.200/mm³ (normal, meskipun bisa sedikit meningkat pada infeksi kronis). o Trombosit: 220.000/mm³ (normal). o ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate): 45 mm/jam (meningkat, menandakan adanya proses inflamasi kronis). o CRP (C-Reactive Protein): 20 mg/L (meningkat, menunjukkan peradangan aktif). • Tes Fungsi Hati dan Ginjal: o ALT: 35 IU/L (normal). o AST: 30 IU/L (normal). o Creatinine: 0,9 mg/dL (normal). o Urea: 20 mg/dL (normal). Pemeriksaan Penunjang: • Rontgen Dada: o Temuan: Infiltrat paru kanan di area lobus atas, terlihat kavitas (lubang) berdiameter sekitar 2 cm. Ada bayangan konsolidasi yang menandakan area infeksi aktif. • Mantoux Test (Tes Tuberkulin): o Hasil: Diameter indurasi 18 mm, menunjukkan reaksi positif terhadap infeksi TB. • CT Scan Dada (jika diperlukan): o Temuan: Mengonfirmasi adanya kavitas di lobus atas paru kanan dengan tanda-tanda bronkiektasis sekitarnya dan infiltrat yang tersebar.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini memiliki diagnosis keperawatan Tuberculosis Paru. Berikut penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
3. Kelelahan
4. Gangguan Citra Tubuh
5. Intoleransi Aktivitas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Bersihan Jalan Napas Efektif
3. Pemulihan Energi
4. Penerimaan Citra Tubuh
5. Toleransi Aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Batuk
3. Manajemen Kelelahan
4. Terapi Aktivitas
5. Konseling Kesehatan
Penjelasan singkat:
- Pola Napas Tidak Efektif dan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif terkait dengan gejala sesak napas dan batuk berdahak yang dialami pasien.
- Kelelahan terkait dengan penurunan berat badan dan nafsu makan yang menurun.
- Gangguan Citra Tubuh terkait dengan tampilan kurus dan pucat pada pasien.
- Intoleransi Aktivitas terkait dengan sesak napas setelah aktivitas fisik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, manajemen batuk, manajemen kelelahan, terapi aktivitas, dan konseling kesehatan untuk mendukung pemulihan pasien. -
Article No. 1890 | 11 Oct 2024
Klinis : Riwayat Kesehatan Saat Ini: • Keluhan Utama: o Batuk berdahak yang berlangsung selama lebih dari 3 minggu, kadang-kadang berdarah (hemoptisis). • Gejala Tambahan: o Demam ringan, terutama di sore dan malam hari. o Keringat malam. o Penurunan berat badan sekitar 6 kg dalam 2 bulan terakhir. o Nafsu makan menurun. o Sesak nafas ringan hingga sedang, terutama setelah aktivitas fisik. Riwayat Kesehatan Masa Lalu: • Riwayat Penyakit: Tidak ada riwayat penyakit kronis sebelumnya. • Kebiasaan: Merokok sejak usia 20 tahun, sekitar 1 bungkus sehari. Tidak ada riwayat konsumsi alkohol. • Kontak dengan Penderita TB: Pernah kontak dengan rekan kerja yang didiagnosis TB sekitar 6 bulan yang lalu. Pemeriksaan Fisik: • Keadaan Umum: Tampak kurus, dengan kulit kering dan pucat. • Suhu tubuh: 37,8°C • Tekanan darah: 110/70 mmHg • Nadi: 88 kali/menit • Pernafasan: 22 kali/menit • Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk dada, namun pergerakan dada tampak berkurang di sisi kanan. • Palpasi: Fremitus taktil meningkat di bagian apeks paru kanan. • Perkusi: Dullness (suara perkusi redup) pada area paru kanan atas. • Auskultasi: Terdengar ronki kasar pada area paru kanan atas, serta bunyi nafas bronkial. Pemeriksaan Laboratorium: • Sputum BTA (Basil Tahan Asam): o Pemeriksaan Mikroskopis (Ziehl-Neelsen Stain): Positif 3+ (banyak BTA terlihat di bawah mikroskop). o Tes Cepat Molekuler (TCM): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis, tanpa deteksi resistensi terhadap rifampisin. • Tes Darah: o Hb: 12,0 g/dL (sedikit rendah, mungkin karena anemia ringan). o Leukosit: 10.200/mm³ (normal, meskipun bisa sedikit meningkat pada infeksi kronis). o Trombosit: 220.000/mm³ (normal). o ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate): 45 mm/jam (meningkat, menandakan adanya proses inflamasi kronis). o CRP (C-Reactive Protein): 20 mg/L (meningkat, menunjukkan peradangan aktif). • Tes Fungsi Hati dan Ginjal: o ALT: 35 IU/L (normal). o AST: 30 IU/L (normal). o Creatinine: 0,9 mg/dL (normal). o Urea: 20 mg/dL (normal). Pemeriksaan Penunjang: • Rontgen Dada: o Temuan: Infiltrat paru kanan di area lobus atas, terlihat kavitas (lubang) berdiameter sekitar 2 cm. Ada bayangan konsolidasi yang menandakan area infeksi aktif. • Mantoux Test (Tes Tuberkulin): o Hasil: Diameter indurasi 18 mm, menunjukkan reaksi positif terhadap infeksi TB. • CT Scan Dada (jika diperlukan): o Temuan: Mengonfirmasi adanya kavitas di lobus atas paru kanan dengan tanda-tanda bronkiektasis sekitarnya dan infiltrat yang tersebar.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis Tuberkulosis paru. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (SDKI: kode 00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi aktivitas (SDKI: kode 00092)
Definisi: Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik.
3. Risiko malnutrisi (SDKI: kode 00039)
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Disebabkan oleh adanya sekret berlebih di saluran napas akibat proses inflamasi dan infeksi pada paru.
- Dapat menyebabkan gangguan pergerakan udara, sesak napas, dan risiko infeksi sekunder.
- Intervensi keperawatan yang sesuai antara lain: suction, fisioterapi dada, inhalasi, dan edukasi.
2. Intoleransi aktivitas
- Disebabkan oleh penurunan fungsi paru, malnutrisi, dan kelelahan akibat proses penyakit.
- Dapat menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Intervensi keperawatan yang sesuai antara lain: manajemen energi, latihan fisik, dan edukasi.
3. Risiko malnutrisi
- Disebabkan oleh penurunan nafsu makan, demam, dan peningkatan kebutuhan metabolik akibat proses infeksi.
- Dapat menyebabkan penurunan berat badan, anemia, dan kelemahan.
- Intervensi keperawatan yang sesuai antara lain: pemantauan nutrisi, pemberian suplemen, dan konseling diet.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang digunakan di atas merupakan acuan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk mendokumentasikan praktik keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 1891 | 11 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan batuk, flu, pusing, dan badan terasa lemas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang disampaikan pasien, yaitu batuk, flu, pusing, dan badan terasa lemas, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J11.1
- Deskripsi: Influensa dengan gejala pernapasan lain
Penjelasan:
- Kode J11.1 dalam ICD-10 menggambarkan diagnosis "Influensa dengan gejala pernapasan lain", yang sesuai dengan gejala batuk dan flu yang dialami oleh pasien.
- Gejala pusing dan badan terasa lemas juga dapat menjadi manifestasi dari infeksi influensa.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang spesifik untuk kondisi ini, karena tidak ada tindakan medis yang dilakukan.
Dalam penanganan kasus ini, pemeriksaan fisik, pengumpulan riwayat medis, dan pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis dan menentukan tatalaksana yang sesuai. Namun, tidak ada kode prosedur ICD-9-CM yang perlu dicantumkan, karena tidak ada tindakan medis yang dilakukan pada pasien ini. -
Article No. 1892 | 11 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan batuk, flu, pusing, dan badan terasa lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu batuk, flu, pusing, dan badan terasa lemas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pembersihan sekresi atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan produksi sekret, peningkatan respons inflamasi.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau melakukan aktivitas fisik yang diinginkan.
- Faktor yang berhubungan: Kelemahan, kelelahan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia. Dalam kasus ini, SDKI yang sesuai adalah:
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Intoleransi Aktivitas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang digunakan di Indonesia. Luaran keperawatan yang diharapkan untuk kasus ini adalah:
- Bersihan Jalan Napas Efektif
- Toleransi Aktivitas Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk kasus ini adalah:
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Aktivitas
Secara singkat, pasien dengan gejala batuk, flu, pusing, dan badan terasa lemas dapat didiagnosis dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas dan Intoleransi Aktivitas. Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif dan Toleransi Aktivitas Meningkat, yang dapat dicapai melalui intervensi Manajemen Jalan Napas dan Manajemen Aktivitas. -
Article No. 1893 | 11 Oct 2024
Klinis : Pasien mengalami sakit hernia dan menjalani operasi 2x
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi pasien yang mengalami sakit hernia dan menjalani operasi 2x, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K40
- Deskripsi: Hernia inguinal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 53.4x
- Deskripsi: Reparasi hernia inguinal, pendekatan terbuka
Penjelasan:
Kode ICD-10 K40 merujuk pada diagnosis hernia inguinal, yang merupakan kondisi di mana jaringan atau organ dari rongga perut menonjol melalui kelemahan atau robekan pada dinding abdominal, biasanya di area inguinal (selangkangan).
Untuk penanganan pasien, dilakukan tindakan operasi reparasi hernia inguinal dengan pendekatan terbuka. Kode ICD-9-CM 53.4x mencakup berbagai prosedur reparasi hernia inguinal, seperti herniorafi, herniorafia, dan herniopeksi melalui pembedahan terbuka.
Dalam kasus ini, pasien telah menjalani dua kali operasi reparasi hernia inguinal, yang mengindikasikan bahwa prosedur tersebut dilakukan lebih dari satu kali untuk mengatasi kondisi hernia yang dialami. -
Article No. 1894 | 11 Oct 2024
Klinis : Batuk berdahak yang berlangsung selama lebih dari 3 minggu, kadang-kadang berdarah (hemoptisis), Demam ringan, terutama di sore dan malam hari, Keringat malam, Penurunan berat badan sekitar 6 kg dalam 2 bulan terakhir, Nafsu makan menurun, Sesak nafas ringan hingga sedang, terutama setelah aktivitas fisik. Pemeriksaan Fisik: Keadaan Umum: Tampak kurus, dengan kulit kering dan pucat, Suhu tubuh: 37,8°C 3, Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 88 kali/menit, Pernafasan: 22 kali/menit Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk dada, namun pergerakan dada tampak berkurang di sisi kanan, Palpasi: Fremitus taktil meningkat di bagian apeks paru kanan, Perkusi: Dullness (suara perkusi redup) pada area paru kanan atas, Auskultasi: Terdengar ronki kasar pada area paru kanan atas, serta bunyi nafas bronkial. Pemeriksaan Laboratorium: Sputum BTA (Basil Tahan Asam) Pemeriksaan Mikroskopis (ZiehlNeelsen Stain): Positif 3+ (banyak BTA terlihat di bawah mikroskop), Tes Cepat Molekuler (TCM): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis, tanpa deteksi resistensi terhadap rifampisin. Tes Darah: Hb: 12,0 g/dL (sedikit rendah, mungkin karena anemia ringan), Leukosit: 10.200/mm3 (normal, meskipun bisa sedikit meningkat pada infeksi kronis), Trombosit: 220.000/mm3 (normal), ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate): 45 mm/jam (meningkat, menandakan adanya proses inflamasi kronis), CRP (C-Reactive Protein): 20 mg/L (meningkat, menunjukkan peradangan aktif). Tes Fungsi Hati dan Ginjal 1. ALT: 35 IU/L (normal). 2. AST: 30 IU/L (normal). 3. Creatinine: 0,9 mg/dL (normal). 4. Urea: 20 mg/dL (normal). Pemeriksaan Penunjang: Rontgen Dada: Infiltrat paru kanan di area lobus atas, terlihat kavitas (lubang) berdiameter sekitar 2 cm Ada bayangan konsolidasi yang menandakan area infeksi aktif, Mantoux Test (Tes Tuberkulin): Diameter indurasi 18 mm, menunjukkan reaksi positif terhadap infeksi TB, CT Scan Dada: Mengonfirmasi adanya kavitas di lobus atas paru kanan dengan tanda-tanda bronkiektasis sekitarnya dan infiltrat yang tersebar.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan yang Anda berikan, saya dapat menyimpulkan bahwa pasien ini memiliki kemungkinan besar menderita Tuberkulosis Paru. Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Pemulihan pola napas yang efektif.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi mekanis, Terapi oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas.
- SIKI: Manajemen energi, Perawatan diri, Terapi aktivitas.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- SLKI: Pemulihan bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi mekanis, Terapi oksigen.
4. Risiko Infeksi
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Tidak terjadi infeksi.
- SIKI: Manajemen infeksi, Pengawasan infeksi.
5. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan pola tidur yang adekuat.
- SIKI: Manajemen nyeri, Manajemen insomnia, Terapi relaksasi.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan gejala batuk berdahak lebih dari 3 minggu, kadang-kadang berdarah, demam, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan sesak napas memiliki kecurigaan kuat menderita Tuberkulosis Paru. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi mendukung diagnosis ini. Diagnosa keperawatan yang muncul terkait dengan masalah pernapasan, aktivitas, bersihan jalan napas, risiko infeksi, dan gangguan pola tidur. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan mencakup manajemen jalan napas, ventilasi, oksigenasi, aktivitas, nutrisi, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi. -
Article No. 1895 | 11 Oct 2024
Klinis : Pasien mengalami sakit hernia dan menjalani operasi 2x
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri akut terkait dengan proses penyakit hernia dan prosedur operasi yang telah dilakukan sebanyak dua kali. Nyeri dapat disebabkan oleh trauma jaringan, spasme otot, atau adhesi pada area yang terkait.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang nyata atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Karakteristik Utama: Ekspresi verbal atau nonverbal nyeri, perubahan tanda-tanda vital, perubahan ekspresi wajah, perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan nyeri terkendali, pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pengalaman nyeri, pasien menunjukkan kemampuan menggunakan teknik pengendalian nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi.
2. Risiko Infeksi
Penjelasan: Pasien berisiko mengalami infeksi terkait dengan prosedur operasi hernia yang telah dilakukan sebanyak dua kali. Proses penyembuhan luka yang tidak adekuat dapat meningkatkan risiko infeksi.
SDKI:
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
- Karakteristik Utama: Prosedur invasif, lingkungan yang tidak steril, penurunan sistem kekebalan tubuh.
SLKI:
- Kriteria Hasil: Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi, pasien menunjukkan kemampuan perawatan luka yang adekuat.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, pemberian antibiotik, monitor tanda-tanda infeksi, edukasi terkait perawatan luka.
Tone: Akademis
Persona: Pakar Keperawatan -
Article No. 1896 | 11 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan nyeri di bagian dada kiri, tidak dapat melakukan aktivitas normal, terdapat kardiomegali, post pingsan, badan lemas, riwayat penyakit HT & diabetes, dengan skala nyeri 5, tekanan darah 161/82, nadi 62, RR 17, penggunaan oksigen nasal 3 LPM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah demikian.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pasien mengeluh nyeri di bagian dada kiri dengan skala nyeri 5, menunjukkan tanda-tanda vital yang tidak normal seperti tekanan darah tinggi, nadi rendah, dan penggunaan oksigen.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri, menunjukkan tanda-tanda vital yang membaik, dan dapat kembali beraktivitas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian oksigen, pemantauan tanda-tanda vital, dan konseling untuk mengatasi nyeri.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Keterbatasan pada kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan di tempat kerja, komunitas, dan/atau lingkungan sosial.
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas normal, mengalami rasa lemas, dan adanya riwayat penyakit kardiovaskular (HT dan diabetes).
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas, dan tidak mengalami kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengaturan aktivitas, pemberian oksigen, latihan fisik yang terencana, dan pendidikan kesehatan untuk mengelola penyakit kronis.
3. Risiko Perfusi Jantung Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jantung yang dapat mengancam kesehatan.
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskular (HT dan diabetes), adanya kardiomegali, dan riwayat pingsan yang menunjukkan adanya gangguan pada fungsi jantung.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan fungsi jantung yang optimal, tidak mengalami komplikasi kardiovaskular, dan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, pemberian oksigen, edukasi terkait penyakit jantung, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.