Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4029 | 30 Oct 2024
Klinis : Nama pasien : Ny.X Usia : 59 tahun Pndidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : ..... Riwayat Penyakit Alasan Kunjungan Ke Rumah Sakit : Ny. X mengatakan berkunjung ke RS karena mengalami perdarahan pervagina hebat. Keluhan Utama : Saat Ini Pasien mengatakan nyeri saat cairan pervagina keluar, seperti ditusuk-tusuk, di perut bagian pelvis dengan skala 3 (0-10), hilang timbul dengan durasi 1-2 menit. Riwayat Penyakit Sekarang Pada tanggal 29 Mei 2024 Ny.X mengeluh mengalami perdarahan pervagina hebat disertai nyeri perut yang tidak kunjung sembuh. Pada tanggal 30 Mei 2024 jam 05.00 WIB pasien datang ke IGD RS diantar oleh keluarganya dengan keluhan perdarahan pervagina tak kunjung berhenti, selama di IGD dilakukan observasi dan didapatkan data sbb: Kesadaran : Composmentis TD = 120/70 mmHg, N = 84x/menit, S=36,2°C, SpO2=99%, BB= 37kg, TB=150cm Hasil pemeriksaan darah lengkap : Leukosit=14,13 ribu/uL Hemoglobin = 6,4 g/dL Hematokrit=19.6% Eritrosit=2,74 juta/uL Trombosit= 434 ribu/uL Terapi: injeksi transamin 500mg, cairan infus Ns 0,9% 14tpm. Riwayat Penyakit Dahulu Ny. X mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Daerah untuk memeriksakan keputihan berbau disertai perdarahan pervagina yang tak kunjung berhenti dan di diagnosa Kanker Serviks. Riwayat Obsterti Riwayat Menstruasi Pasien menarche pada usia 15 tahun, saat ini pasien sudah tidak mengalami menstruasi. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu Ny. X menikah dengan Tn.G dan memiliki 2 orang anak. Anak yang pertama berusia 35 tahun dilahirkan normal di bidan dengan usia kehamilan 9 bulan, dan yang kedua berusia 30 tahun dilahirkan normal dibidan dengan usia kehamilan 9 bulan. Riwayat keluarga Ny.X tidak ada anggota keluarga yang mempunyai Ca Serviks atau Ca lainnya. Riwayat Keluarga Pasien mengatakan menggunakan KB steril sejak tahun 1995 Riwayat Kesehatan Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit sebelumnya. Aspek Lingkungan Pasien mengatakan kebersihan lingkungan rumah bersih dan lingkungan pasien tidak membahayakan untuk kondisi pasien. Aspek Psikososial Pasien mengatakan semua yang dialaminya merupakan jalan hidup yang telah ditentukan Allah untuk dirinya, harapan yang pasien inginkan agar segera sembuh dari sakitnya, saat ini pasien tinggal dengan anak-anaknya. Sikap anggota keluarga terhadap pasien sangat khawatir dan perhatian. Kebutuhan Dasar Khusus (Di Rumah dan Di RS) Pola Nutrisi : Pasien mengatakan sehari makan 3 kali dan habis 1 porsi. Saat dirumah pasien suka dengan sayuran, lauk-pauk, nasi dan buah-buahan. Ketika di rumah sakit pasien makan 3 kali sehari dan habis ½ porsi. Pola Eliminasi : BAK (Buang Air Kecil) Pasien mengatakan buang air kecil 3-4 kali sehari selama dirumah berwarna kuning dan tidak ada keluhan saat buang air kecil. Saat dirumah sakit pasien buang air kecil ± 600cc/24jam warna kuning, tidak ada endapan, tidak ada keluhan terhadap urinari. BAB (Buang Air Besar) Pasien mengatakan pada saat dirumah buang air besar selama dua hari sekali berwarna kuning kecoklatan dan bau khas dengan konsistensi tidak lembek dan tidak kasar. Pada saat dirumah sakit buang air besar tiga hari sekali berwarna coklat tua dan bau khas dengan konsistensi keras. Pola Personal Hygiene Pasien mengatakan saat dirumah pasien mandi dua kali sehari menggunakan sabun, saat di rumah sakit pasien hanya mandi satu kali sehari. Pasien menggosok gigi dua kali sehari saat dirumah begitupun saat di rumah sakit. Saat dirumah pasien mencuci rambut dua kali seminggu, saat di rumah sakit pasien tidak melakukan cuci rambut. Pola Istirahat dan Tidur : Pasien mengatakan saat dirumah tidur ± 7 jam. Pada saat di rumah sakit pasien mengatakan sering terbangun karena kondisinya. Pola Aktivitas dan Latihan : Pasien sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai penjual jamu keliling. Pasien setiap minggu berolahraga dengan keluarga di taman dekat rumah. Pasien mengatakan saat beraktifitas merasa kurang nyaman akibat keputihan berbau yang dialaminya. Pada saat di rumah sakit pasien hanya berpindah dari kasur ke kursi saja, tidak berolahraga, dan tidak ada aktifitas lainnya. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien mengatakan tidak merokok, tidak meminum-minuman keras dan tidak juga ketergantungan obat. Dari keluarga pasien suami tidak merokok dan tidak pernah meminum-minuman keras. Pemeriksaan Fisik : Kepala Bentuk: kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan yang abnormal, warna rambut hitam dan beruban, tidak rontok, tidak ada masalah. Mata : Kelopak mata normal, gerakan mata simetris, konjungtiva anemis, sklera pucat, pupil isokor, akomodasi kesegala arah, kontak mata ada. Hidung : Simetris, Tidak ada reaksi alergi, tidak ada sinus, penciuman baik. Mulut dan Tenggorokan Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, gigi tidak ada karies, tidak ada gigi palsu dan tidak menggunakan kawat gigi, membran mukosa pucat. Dada dan Axilla Payudara simetris, aerolla mammae berwarna coklat, papilla mammae menonjol, colostrums tidak keluar, tidak ada retraksi dinding dada. Pernafasan : Jalan nafas paten, tidak ada sumbatan, suara nafas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, pasien nafas spontan. Sirkulasi : Jantung Kecepatan denyut apical 18x/menit, irama jantung regular, kelainan bunyi jantung tidak ada, pasien tidak mengeluh nyeri dada, CRT >2 detik, tidak ada keluhan. Abdomen : Terdapat nyeri pada perut bagian bawah dengan P : Ca Kanker Serviks, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : pelvis, S : 3 (0-10), T : hilang timbul (1-2 menit). Genitourinari : Vagina bersih, ada perdarahan, ada nyeri tekan pada daerah vesika urinaria, tidak ada hemoroid, tidak terpasang kateter dengan urin berwarna kuning, ul 600cc/24jam. Ekstermitas (Integumen dan Muskuloskeletal) : Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang, tidak ada lesi di ekstermitas. Pasien dapat melakukan aktifitas secara mandiri saat dirumah, namun ketika dirumah sakit aktifitas pasien dibantu oleh anaknya seperti mandi dan eliminasi/toileting
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan yang berhubungan dengan kanker serviks
SDKI:
Perdarahan adalah keluarnya cairan merah atau darah dari pembuluh darah dalam jumlah lebih dari normal.
SLKI:
1. Kontrol Perdarahan: Kemampuan untuk mengendalikan perdarahan hingga berhenti atau terkendali.
2. Perfusi Jaringan: Kondisi yang menggambarkan aliran darah ke jaringan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
SIKI:
1. Manajemen Perdarahan: Intervensi untuk menghentikan atau mengendalikan perdarahan.
2. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Intervensi untuk memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala.
3. Terapi Cairan: Intervensi untuk memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan pasien.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit (kanker serviks)
SDKI:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI:
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan untuk mengontrol rasa sakit yang dirasakan.
2. Kenyamanan: Kondisi perasaan sejahtera dan bebas dari rasa sakit.
SIKI:
1. Manajemen Nyeri: Intervensi untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien.
2. Terapi Analgesik: Intervensi untuk memberikan obat-obatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri.
3. Distraksi: Intervensi untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa sakit yang dirasakan.
Penjelasan singkat:
Perdarahan dan nyeri akut merupakan masalah utama yang dialami oleh Ny. X. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, pasien mengalami perdarahan pervagina hebat dan nyeri pada perut bagian pelvis akibat kanker serviks. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen perdarahan, pemantauan tanda-tanda vital, terapi cairan, manajemen nyeri, terapi analgesik, dan distraksi untuk memberikan rasa nyaman bagi pasien. -
Article No. 4030 | 30 Oct 2024
Klinis : cedera kepala sedang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera otak sekunder
Penjelasan:
- Cedera kepala sedang meningkatkan risiko komplikasi seperti peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan intrakranial, dan edema otak.
- Diperlukan pemantauan ketat dan intervensi yang tepat untuk mencegah komplikasi.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral
Penjelasan:
- Cedera kepala sedang dapat menyebabkan gangguan aliran darah ke otak, yang dapat memicu iskemia dan hipoksia jaringan otak.
- Intervensi keperawatan diperlukan untuk menjaga oksigenasi dan perfusi otak yang adekuat.
3. Gangguan fungsi kognitif
Penjelasan:
- Cedera kepala sedang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif, seperti penurunan kesadaran, gangguan memori, dan gangguan orientasi.
- Intervensi keperawatan diperlukan untuk memantau dan mempromosikan pemulihan fungsi kognitif.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- SDKI mencakup deskripsi, definisi, etiologi, gejala, dan kriteria diagnostik untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan SDKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI menyediakan standar luaran keperawatan yang diharapkan untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Luaran keperawatan yang diharapkan untuk diagnosa di atas meliputi pemulihan fungsi kognitif, stabilitas tanda-tanda vital, dan pencegahan komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI menyediakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk kondisi ini meliputi pemantauan neurologi, manajemen tekanan intrakranial, terapi aktivitas, dan edukasi pasien dan keluarga. -
Article No. 4031 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit ulu hati dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit ulu hati dan demam, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Gangguan gastrointestinal, seperti gastritis, ulkus peptikum, atau infeksi.
- Tanda dan Gejala: Pasien mengeluhkan rasa sakit atau tidak nyaman di ulu hati, dapat menyebar ke dada, nyeri bertambah saat makan, mual, muntah, demam.
2. Risiko infeksi
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Penyebab: Sistem kekebalan tubuh yang dapat menurun akibat kondisi demam.
- Tanda dan Gejala: Pasien mengalami demam, kemungkinan adanya tanda-tanda infeksi lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri terkontrol
- Kriteria hasil: Pasien melaporkan nyeri berkurang, kemampuan menggunakan teknik manajemen nyeri, dan kepuasan terhadap penanganan nyeri.
2. Tidak ada tanda infeksi
- Kriteria hasil: Suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, pembengkakan, atau drainase.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri
- Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, kolaborasi pemberian analgesik, ajarkan teknik non-farmakologis, monitor respons nyeri.
2. Pencegahan infeksi
- Intervensi: Monitor tanda-tanda infeksi, kolaborasi pemberian antibiotik jika indikasi, anjurkan istirahat yang cukup, dorong nutrisi yang adekuat.
Kesimpulannya, pasien dengan keluhan sakit ulu hati dan demam memerlukan penanganan keperawatan yang komprehensif, meliputi manajemen nyeri, pencegahan infeksi, serta pemantauan tanda-tanda vital dan respons pengobatan. Pendekatan yang holistik dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sangat diperlukan untuk memastikan pemulihan pasien yang optimal. -
Article No. 4032 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka lecet ditangan dan kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Luka Terbuka
Penjelasan:
Pasien datang dengan keluhan luka lecet di tangan dan kaki, yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi luka. Risiko infeksi luka terbuka adalah kemungkinan terjadinya peradangan, pembengkakan, atau komplikasi lainnya pada luka terbuka akibat masuknya mikroorganisme patogen.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kemungkinan terjadinya peradangan, pembengkakan, atau komplikasi lainnya pada luka terbuka akibat masuknya mikroorganisme patogen.
Penyebab: Integritas kulit yang terganggu, sanitasi yang buruk, dan/atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Gejala dan Tanda: Kemerahan, pembengkakan, nyeri, dan panas pada area luka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Luka terbuka tidak mengalami infeksi
2. Tanda-tanda infeksi pada luka terbuka tidak muncul
3. Pasien menunjukkan perawatan luka yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Perawatan luka: pembersihan luka, aplikasi antiseptik, dan balutan luka yang tepat
2. Edukasi pasien tentang perawatan luka yang benar
3. Monitoring tanda-tanda infeksi luka
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) jika diperlukan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai pedoman untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan bagi pasien. -
Article No. 4033 | 30 Oct 2024
Klinis : sdki klien dengan hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi klien dengan hipovolemia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipovolemia
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipovolemia adalah keadaan kekurangan volume cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh perdarahan, dehidrasi, atau kehilangan cairan melalui saluran cerna. Kondisi ini ditandai dengan penurunan volume darah dan dapat mengakibatkan gangguan pada perfusi jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan hipovolemia adalah tercapainya volume cairan yang adekuat, perfusi jaringan yang membaik, dan tidak terjadi komplikasi. Indikator keberhasilannya antara lain stabilnya tanda-tanda vital, peningkatan output urin, dan tidak ada tanda-tanda syok.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani hipovolemia meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian cairan intravena untuk mengganti volume cairan yang hilang
3. Pemberian obat-obatan vasoaktif jika diperlukan
4. Pengkajian status cairan dan elektrolit
5. Edukasi kepada klien dan keluarga mengenai manajemen hipovolemia
Dalam penanganan hipovolemia, perawat berperan penting dalam memantau kondisi klien, memberikan intervensi yang tepat, serta mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan untuk memastikan pemulihan klien. -
Article No. 4034 | 30 Oct 2024
Klinis : klien dengan diare karea gastroenteritis akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare berhubungan dengan gastroenteritis akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare berhubungan dengan gastroenteritis akut ditandai dengan peningkatan frekuensi, konsistensi cair, dan volume pengeluaran tinja. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit pada saluran pencernaan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat mengenali tanda dan gejala diare, dapat mengelola diare dengan baik, dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat, dan dapat mencegah komplikasi akibat diare.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Kaji tanda dan gejala diare, status hidrasi, dan komplikasi potensial.
2. Berikan edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan pengelolaan diare.
3. Pantau asupan dan output cairan serta elektrolit.
4. Berikan terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan sesuai kebutuhan.
6. Berikan kenyamanan dan dukung aktivitas perawatan diri klien.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi diare akibat gastroenteritis pada klien. -
Article No. 4035 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien dengan acute respiratory distress syndrom
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) pada pasien.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J80
- Deskripsi: Sindrom gangguan pernapasan akut
ARDS, juga dikenal sebagai acute lung injury (ALI), merupakan kondisi medis yang ditandai dengan peradangan paru-paru dan akumulasi cairan di dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan kemampuan paru-paru untuk bertukar gas oksigen dan karbon dioksida secara efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi paru-paru, sepsis, aspirasi, trauma dada, dan lain-lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Terapi ventilasi mekanis, tidak dispesifikasi lainnya
Pada pasien dengan ARDS, intervensi utama yang sering dilakukan adalah terapi ventilasi mekanis (mechanical ventilation) untuk membantu menunjang fungsi pernafasan dan memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat. Prosedur ini melibatkan penggunaan ventilator untuk membantu pasien bernafas dan mengatur parameter ventilasi sesuai kondisi klinis pasien.
Selain itu, tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah pemberian oksigen tambahan, manajemen cairan, dan penggunaan obat-obatan seperti diuretik, kortikosteroid, atau surfaktan eksogen, tergantung pada penyebab dan berat-ringannya kondisi ARDS. -
Article No. 4036 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien dengan acute respiratory distress syndrom
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan acute respiratory distress syndrom.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Definisi: Peningkatan usaha bernapas, irama napas tidak teratur, hipoksemia, hiperkapnia.
- Faktor Berhubungan: Gangguan mekanik, imbalans neurologis, perubahan patologis pada paru.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Pola napas efektif, Pertukaran gas adekuat, Saturasi oksigen memadai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi mekanis, Terapi oksigen.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment menyeluruh terhadap pasien, memantau tanda-tanda vital, mengatur terapi oksigen, dan memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi pola napas tidak efektif serta memastikan pertukaran gas dan oksigenasi yang adekuat pada pasien dengan acute respiratory distress syndrom. -
Article No. 4037 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya diakibatkan oleh proses infeksi, radang, atau gangguan termoregulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Tanda-tanda infeksi berkurang
3. Gejala hipertermia teratasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan suhu tubuh
2. Pemberian antipiretik
3. Manajemen lingkungan (mengatur suhu dan kelembaban ruangan)
4. Manajemen cairan dan elektrolit
5. Edukasi pasien dan keluarga terkait hipertermia dan penanganannya
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan langkah-langkah keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk menangani kondisi hipertermia pada pasien. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dan dapat segera pulih. -
Article No. 4038 | 30 Oct 2024
Klinis : Keluarga pasien mengatakan sulit menelan makanan dan minuman, pasien tampak mengeluarkan air liur berlebih
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R13.0
- Deskripsi: Disfagia, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.02
- Deskripsi: Oesophageal manometry
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R13.0 (Disfagia, tidak terspesifikasi) sesuai dengan gejala utama yang dilaporkan, yaitu kesulitan menelan makanan dan minuman. Disfagia adalah gangguan menelan yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gangguan neuromuskular, obstruksi saluran pencernaan atas, atau gangguan motilitas esofagus.
2. Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah oesophageal manometry (kode ICD-9-CM 96.02). Ini adalah prosedur diagnostik yang mengukur tekanan dan pola pergerakan di sepanjang esofagus, membantu mengidentifikasi penyebab disfagia pada pasien.
Pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut oleh dokter spesialis, seperti gastroenterolog atau neurolog, akan diperlukan untuk menentukan penyebab spesifik disfagia pada pasien ini dan rencana tatalaksana yang sesuai.