Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2174 | 13 Oct 2024
Klinis : An. A.P, perempuan, usia 3 tahun dengan diagnosis sindroma nefrotik resisten steroid, masuk kerumah sakit dengan rencana siklofosfamid pulse ke III. Tidak ada riwayat penyakit serupa sebelumnya dalam keluarga. Pada Juli 2015, An. A.P didiagnosis sindroma nefrotik, bengkak di seluruh tubuh, buang air besar cair, dan sesak nafas. An. A.P memiliki riwayat imunisasi lengkap. Pengobatan siklofosfamid pulse pertama pada Februari 2016 dan kedua pada Maret 2016. Saat masuk ruang non infeksi tanggal 04-04-2016, hasil pemeriksaan fisiknya adalah tekanan darah 100/59 mmHg, frekuensi napas 21x/menit, nadi 110x/menit, suhu tubuh per axilla 36ºC, rata-rata jumlah minum anak 800-1000 cc/hari, terdapat edema palpebra kiri dan kanan derajat 2. IWL anak 364,5 cc/24 jam, keseimbangan cairan positif 132 cc/24 jam, diuresis 3,3 cc/kgBB/jam. BB anak saat ini 13,5 kg, BB sebelum sakit=14 kg, TB= 89 cm, lingkar lengan atas 15 cm, lingkar perut= 50 cm, porsi makan selalu habis, tidak ada alergi makanan, bising usus 7x/menit. Berkolaborasi dengan petugas gizi didapatkan data kebutuhan kalori anak 1250 kalori. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 04-04-2016 didapatkan nilai Hb= 10,4 g/dl (normalnya 13-18), Hct= 32,5%, MCV/VER= 70,7 fl (normalnya 80-100 fL), MCH/HER= 22,6 pg (normalnya 28-34 pg/sel), jumlah trombosit= 574000/μl (170rb-380rb), neutrofil= 91,5% (normalnya 36-73%), limfosit= 49,9% (normalnya 15-45), laju endap darah= 25nm (normalnya >15 mm/jam). Terapi yang diberikan adalah lisinopril 1x1,25 mg, angioten 1x12,5 mg, prednison 5 mg (Senin 2 tablet-Rabu 1 tablet-Jumat 1 tablet), Calnic 1x5 ml, Siklofosfamid 400 mg, diet makan biasa 1200 kalori. Protein urin +3 (biasa pada pasien resisten steroid), Albumin 3 g/L (3,5-5 g/L), Kolestrol 220 (hiperkolestrolemia), natrium 155 (normalnya 135-145) hipernatremi, kalium 4,5 mEq/L (normal 3,6-5,2 mEq/L).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi An. A.P yang telah dipaparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana tindakan keperawatan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi akibat sindrom nefrotik.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fisiologis akibat sindrom nefrotik.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan natrium akibat sindrom nefrotik.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
- SLKI: Peningkatan Berat Badan
- SIKI: Manajemen Nutrisi
2. Intoleransi aktivitas:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Pemulihan Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Kelebihan volume cairan:
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- Kaji asupan dan kebutuhan nutrisi anak
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang sesuai
- Berikan tambahan nutrisi sesuai kebutuhan
- Monitor berat badan dan status nutrisi anak
2. Intoleransi aktivitas:
- Kaji tingkat aktivitas dan kemampuan anak
- Berikan latihan aktivitas sesuai toleransi anak
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan
- Edukasi keluarga tentang manajemen aktivitas anak
3. Kelebihan volume cairan:
- Kaji tanda-tanda kelebihan volume cairan
- Pantau intake dan output cairan secara ketat
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi diuretik
- Edukasi keluarga tentang manajemen cairan
Dengan penerapan rencana tindakan keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu memulihkan kondisi An. A.P dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat sindrom nefrotik resisten steroid. -
Article No. 2175 | 13 Oct 2024
Klinis : gangguan kognitif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan kognitif dengan tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Pikir didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk berpikir secara logis, koheren, dan produktif. Karakteristik utamanya meliputi perubahan persepsi, kesulitan dalam mengingat, konsentrasi, dan pengambilan keputusan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan proses pikir adalah pasien dapat menunjukkan proses berpikir yang logis, koheren, dan produktif. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan pasien dalam mempertahankan atensi, mengingat informasi, dan membuat keputusan yang tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan proses pikir meliputi:
1. Stimulasi kognitif: Memberikan aktivitas yang merangsang fungsi kognitif, seperti teka-teki, permainan memori, dan latihan berpikir kritis.
2. Manajemen lingkungan: Menciptakan lingkungan yang tenang, tidak terlalu bising, dan bebas dari distraksi.
3. Terapi orientasi realitas: Membantu pasien mempertahankan orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang.
4. Pendidikan kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai gangguan proses pikir, pentingnya latihan kognitif, dan strategi perawatan.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI yang tepat, diharapkan pasien dengan gangguan proses pikir dapat menunjukkan perbaikan dalam kemampuan berpikir logis, koheren, dan produktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian. -
Article No. 2176 | 13 Oct 2024
Klinis : gangguan mental organik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Berpikir Berhubungan dengan Gangguan Mental Organik
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan proses berpikir merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan ketidakmampuan individu dalam memproses informasi, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah secara efektif. Hal ini berhubungan dengan gangguan mental organik, yang disebabkan oleh perubahan struktur atau fungsi otak akibat penyakit atau cedera.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat menunjukkan proses berpikir yang efektif, seperti kemampuan dalam menerima, memproses, dan menggunakan informasi dengan baik, serta membuat keputusan yang tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Mengkaji fungsi kognitif klien secara komprehensif.
2. Memfasilitasi klien untuk berlatih keterampilan berpikir dan memecahkan masalah.
3. Memberikan stimulasi mental yang sesuai dengan kemampuan klien.
4. Melibatkan keluarga dalam perawatan klien.
5. Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung.
6. Memantau perkembangan klien secara berkala.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memahami kondisi klien secara holistik, menyusun rencana perawatan yang tepat, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal bagi klien. -
Article No. 2177 | 13 Oct 2024
Klinis : gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan gangguan mental organik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan gangguan mental organik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Fungsi Kognitif berhubungan dengan Gangguan Mental Organik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Fungsi Kognitif didefinisikan sebagai penurunan kemampuan berpikir, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang berhubungan dengan gangguan mental organik. Karakteristik yang dapat ditemukan pada pasien meliputi penurunan orientasi, daya ingat, perhatian, dan kemampuan pemecahan masalah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk Gangguan Fungsi Kognitif meliputi: Pemulihan fungsi kognitif, Kemampuan membuat keputusan, Kemampuan memecahkan masalah, dan Peningkatan orientasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Fungsi Kognitif berhubungan dengan Gangguan Mental Organik antara lain: Stimulasi Kognitif, Manajemen Lingkungan, Terapi Reminiscence, Terapi Orientasi Realitas, dan Edukasi Keluarga.
Sebagai perawat, saya akan bekerja dengan pasien dan keluarga untuk menerapkan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien, memantau perkembangan, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 2178 | 13 Oct 2024
Klinis : gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan mental organik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan mental organik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir berhubungan dengan Gangguan Mental Organik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Proses Pikir: Adanya distorsi atau disfungsi dalam proses memperoleh, mengorganisasi, menyimpan, dan menggunakan informasi.
- Faktor Berhubungan: Gangguan mental organik, seperti demensia, delirium, atau cedera otak.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam proses pikir yang sesuai.
- Indikator: Klien dapat mempertahankan konsentrasi, mengingat informasi baru, dan membuat keputusan yang tepat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang aman, tenang, dan mendukung proses pikir klien.
b. Stimulasi Kognitif: Melakukan aktivitas yang merangsang fungsi kognitif, seperti permainan atau latihan mental.
c. Terapi Orientasi Realitas: Membantu klien mempertahankan kontak dengan realitas melalui orientasi waktu, tempat, dan orang.
d. Manajemen Perilaku: Mengidentifikasi dan mengelola perilaku yang dapat mengganggu proses pikir klien.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, serta memaksimalkan kemampuan klien dalam proses pikir yang sesuai. -
Article No. 2179 | 13 Oct 2024
Klinis : gangguan proses pikir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi gangguan proses pikir, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir
Definisi:
Gangguan Proses Pikir adalah ketidakmampuan klien untuk melakukan proses mental yang teratur dalam menerima, menyimpan, memproses, dan mengeluarkan informasi.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, diagnosa keperawatan "Gangguan Proses Pikir" memiliki definisi, penyebab, karakteristik utama, dan faktor yang berhubungan. Karakteristik utama dari diagnosa ini meliputi perubahan dalam kemampuan berpikir, kesulitan dalam memproses informasi, dan gangguan dalam kemampuan membuat keputusan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus gangguan proses pikir adalah klien dapat menunjukkan kemampuan berpikir yang teratur, dapat memproses informasi dengan baik, dan dapat membuat keputusan yang tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan proses pikir meliputi terapi realitas, terapi orientasi realitas, terapi reminisens, dan intervensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir klien. Intervensi tersebut bertujuan untuk membantu klien dalam memperbaiki proses berpikir dan mengoptimalkan fungsi kognitifnya.
Dalam praktik keperawatan, perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan melaksanakan intervensi yang sesuai untuk membantu klien mengatasi gangguan proses pikir. -
Article No. 2180 | 13 Oct 2024
Klinis : gangguan mental organik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan mental organik dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan dengan Gangguan Mental Organik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Pikir didefinisikan sebagai perubahan dalam kemampuan individu untuk berpikir secara logis, terorganisir, dan rasional. Kondisi ini dapat terjadi akibat adanya gangguan mental organik, seperti demensia, delirium, atau kerusakan otak lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan proses berpikir yang logis, terorganisir, dan rasional sesuai dengan kemampuannya. Pasien juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam proses perawatan dan pengambilan keputusan terkait perawatannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: asesmen kognitif, manajemen lingkungan, stimulasi kognitif, terapi realitas, dan pendidikan kesehatan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan berpikir pasien sesuai dengan kondisinya.
Sebagai perawat, kami akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien guna membantu pasien dengan gangguan mental organik mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 2181 | 13 Oct 2024
Klinis : pasien mengeluh demam sudah 3 hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia berhubungan dengan proses patologis.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Penyebabnya dapat berupa proses patologis, seperti infeksi, radang, atau gangguan sistem regulasi suhu tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah penurunan suhu tubuh ke rentang normal.
- Kriteria hasil dapat berupa suhu tubuh normal, kulit hangat, dan nyaman.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Monitoring suhu tubuh secara rutin.
- Pemberian cairan atau kompres dingin untuk menurunkan suhu.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penanganan hipertermia.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk pemberian obat penurun demam.
Kesimpulan:
Pasien yang mengeluh demam selama 3 hari memerlukan intervensi keperawatan untuk mengatasi hipertermia yang dialaminya. Hal ini dapat dilakukan melalui pemantauan, tindakan penurunan suhu, dan edukasi kepada pasien serta keluarga, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 2182 | 13 Oct 2024
Klinis : membuat intervensi dan TUJUAN DAN KRITERIA HASIL dari diagnosa Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Infeksi Mycobacterium leprae d.d Klien mengatakan bahwa ia mulai merasakan bercak-bercak putih pada kulitnya sekitar tiga bulan yang lalu, bercak tersebut semakin meluas, kering dan mulai muncul di bagian tangan, kaki dan punggung. Kulit klien tampak terdapat bercak-bercak putih yang lebih terang dibandingkan dengan warna kulit normal dan kondisi kulit yang kering dan iritasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Infeksi Mycobacterium leprae
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Integritas Kulit/Jaringan didefinisikan sebagai kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Integritas Kulit/Jaringan adalah kondisi di mana kulit dan jaringan dalam keadaan utuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Perawatan Luka merupakan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memelihara dan memperbaiki integritas kulit/jaringan.
Intervensi Keperawatan:
1. Perawatan Luka
- Observasi dan catat karakteristik lesi (ukuran, warna, jumlah, dan sebagainya)
- Lakukan perawatan luka sesuai dengan kondisi klien (bersihkan, aplikasikan salep, balut)
- Edukasi klien tentang perawatan luka yang benar
2. Manajemen Infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, bengkak)
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Edukasi klien tentang cara mencegah infeksi
3. Edukasi Penyakit
- Jelaskan penyebab, tanda, dan gejala penyakit kusta (lepra)
- Informasikan tentang pengobatan dan prognosis penyakit
- Beri dukungan psikologis untuk mengurangi stigma terhadap penyakit
Tujuan dan Kriteria Hasil:
1. Tujuan:
- Integritas kulit/jaringan klien akan membaik dalam waktu 2 minggu
- Tidak terjadi infeksi pada lesi kulit klien
- Klien memahami dan dapat melakukan perawatan luka yang benar
2. Kriteria Hasil:
- Lesi kulit klien membaik (ukuran, warna, iritasi menurun)
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, bengkak)
- Klien dapat menjelaskan kembali cara perawatan luka yang benar
- Klien menunjukkan perilaku positif dalam merawat luka -
Article No. 2183 | 13 Oct 2024
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu. Karakteristik mayor meliputi laporan pasien tentang nyeri, ekspresi wajah kesakitan, dan perubahan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, mendemonstrasikan strategi penanganan nyeri yang efektif, dan menunjukkan perilaku yang mengarah pada penurunan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani nyeri akut meliputi pemberian analgetik, terapi non-farmakologis (misalnya terapi panas-dingin, relaksasi, distraksi), monitoring tanda-tanda vital, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengelola sumber nyeri.