Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4088 | 31 Oct 2024
Klinis : resiko defisit nutris
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "risiko defisit nutris" dengan format yang terstruktur serta penjelasan yang detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R64
- Deskripsi: Kekurangan nutrisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "risiko defisit nutris". Namun, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kondisi ini dapat mencakup:
- Konsultasi dengan ahli gizi (kode ICD-9-CM: V65.3 - Konsultasi dengan ahli gizi)
- Pemeriksaan fisik yang terfokus pada status nutrisi (tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik)
- Tes laboratorium untuk mengevaluasi status nutrisi, seperti tes darah untuk mengukur kadar albumin, hemoglobin, atau zat gizi mikro (kode ICD-9-CM: 84.x - Tes laboratorium klinik)
- Intervensi nutrisi, seperti pemberian suplemen atau modifikasi diet (tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R64 (Kekurangan nutrisi) digunakan untuk menggambarkan kondisi "risiko defisit nutris". Kode ini mencakup situasi di mana terdapat risiko atau kemungkinan defisiensi nutrisi, tetapi belum terdapat defisiensi yang jelas terlihat.
2. Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "risiko defisit nutris". Namun, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kondisi ini dapat mencakup konsultasi dengan ahli gizi, pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan intervensi nutrisi. Meskipun tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, tindakan-tindakan tersebut dapat dikodekan sesuai dengan kode prosedur yang relevan. -
Article No. 4089 | 31 Oct 2024
Klinis : Keadaan umum : Pasien tidak sadar Kesadaran : Koma GCS : 3 (E1M1V1) terpasang infus RL 20 tpm, DC, dan NGT TTV : SpO2 : 88% dengan oksigen masker 15 lpm RR : 10 x/menit Suhu : 36,3 C HR : 135 x/menit Tekanan darah : 80/60 mmHg dengan Sp.vascon 1,8 cc/jam Hasil lab : Hemoglobin : 12,4 Hematokrit : 39,3 Leukosit : 16,3 Trombosit : 326
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Kesadaran
- SDKI: Penurunan Kesadaran
- SLKI: Mempertahankan Fungsi Kognitif
- SIKI: Manajemen Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran ditandai dengan GCS 3, yang menunjukkan kondisi koma. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah mempertahankan fungsi kognitif, memantau status neurologis, dan mengelola penurunan kesadaran.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SLKI: Mempertahankan Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Sirkulasi
Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan tekanan darah rendah (80/60 mmHg) yang membutuhkan vasopresor, serta saturasi oksigen yang rendah (88%). Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau dan mempertahankan sirkulasi darah, serta mengelola perfusi jaringan.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Mempertahankan Fungsi Respirasi
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya frekuensi napas yang rendah (10 x/menit) dan kebutuhan oksigen yang tinggi (15 lpm). Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau dan mempertahankan fungsi respirasi, serta mengelola jalan napas.
Dalam penanganan pasien, perawat harus melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4090 | 31 Oct 2024
Klinis : Keadaan umum : Pasien tidak sadar Kesadaran : Koma GCS : 3 (E1M1V1) terpasang infus RL 20 tpm, DC, dan NGT TTV : SpO2 : 88% dengan oksigen masker 15 lpm RR : 10 x/menit Suhu : 36,3 C HR : 135 x/menit Tekanan darah : 80/60 mmHg dengan Sp.vascon 1,8 cc/jam Hasil lab : Hemoglobin : 12,4 Hematokrit : 39,3 Leukosit : 16,3 Trombosit : 326
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
- Kode: 96.06
- Deskripsi: Pemasangan sonde nasogastrik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R40.2 (Koma, tidak terspesifikasi) sesuai dengan kondisi pasien yang tidak sadar dan memiliki skor GCS 3 (E1M1V1), menandakan keadaan koma.
2. Tindakan medis yang dilakukan pada pasien adalah:
- Pemberian cairan intravena RL 20 tpm (kode ICD-9-CM 96.04)
- Pemasangan sonde nasogastrik (kode ICD-9-CM 96.06)
Berdasarkan temuan klinis, pasien berada dalam kondisi kritis dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, termasuk SpO2 rendah, RR rendah, dan TD rendah dengan penggunaan vasopressor. Pemantauan dan tindakan medis yang tepat sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 4091 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keadaan sempoyongan dan berbicara tidak jelas dan tidak komunikatif dan kooperatif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yakni pasien datang dengan keadaan sempoyongan, berbicara tidak jelas, serta tidak komunikatif dan kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.0
- Deskripsi: Somnolensi (kesadaran menurun)
Penjelasan:
Kode R40.0 dalam ICD-10 merujuk pada kondisi somnolens, yaitu keadaan kesadaran yang menurun, di mana pasien sulit dibangunkan dan menunjukkan respon yang lambat terhadap rangsangan. Gejala-gejala yang sesuai dengan kondisi pasien ini meliputi sempoyongan, bicara yang tidak jelas, serta tidak komunikatif dan kooperatif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemeriksaan status mental (mental status examination)
Penjelasan:
Kode 89.14 dalam ICD-9-CM Procedure merujuk pada pemeriksaan status mental, yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi mental pasien, termasuk tingkat kesadaran, orientasi, dan kemampuan komunikasi. Prosedur ini dapat dilakukan sebagai bagian dari penilaian pasien dengan gejala-gejala yang disajikan.
Pemeriksaan lebih lanjut dan diagnostik yang lebih komprehensif mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang lebih spesifik dan menentukan tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 4092 | 31 Oct 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik".
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas merupakan ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik. Kelemahan fisik dapat menyebabkan seseorang tidak memiliki cukup energi atau kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai dengan kemampuannya. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari peningkatan toleransi pasien terhadap aktivitas, peningkatan kemampuan fungsional, dan penurunan kelelahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: manajemen aktivitas, manajemen energi, perawatan diri, latihan fisik, dan edukasi mengenai aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas, mengurangi kelelahan, dan memaksimalkan kemampuan fungsional pasien.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh mengenai kondisi pasien, pemantauan yang ketat, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan keberhasilan intervensi yang diberikan. -
Article No. 4093 | 31 Oct 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam kondisi Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik, luaran keperawatan yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Meningkat, yang ditandai dengan pasien dapat melakukan aktivitas rutin sesuai dengan kemampuannya, memiliki strategi untuk mengatur energi, dan melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Energi: mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat pasien, mengatur jadwal aktivitas, dan membantu pasien mengatur energi.
2. Peningkatan Mobilitas: membantu pasien melakukan latihan fisik sesuai kemampuan, mengajarkan teknik bantu jalan, dan memfasilitasi aktivitas sehari-hari.
3. Edukasi Manajemen Kelelahan: mengajarkan teknik pengelolaan kelelahan, seperti pengaturan istirahat dan aktivitas.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan toleransi aktivitas pasien dan memfasilitasi pemulihan kondisi fisik. -
Article No. 4094 | 31 Oct 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik".
Diagnosis Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Penjelasan:
1. Intoleransi Aktivitas:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- Penyebab: Kondisi fisik atau psikologis yang menghambat kemampuan individu dalam melakukan aktivitas, seperti kelemahan fisik, kelelahan, atau gangguan kognisi.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan, Lemah, Dispnea, Nyeri, Kekhawatiran, dan Penurunan Kemampuan Fungsional.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Toleransi Aktivitas Meningkat, Kekuatan Fisik Meningkat, Kapasitas Fungsional Meningkat, dan Kesejahteraan Meningkat.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas, Perawatan Lingkungan, Manajemen Nyeri, dan Dukungan Emosional.
Secara singkat, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik" adalah Intoleransi Aktivitas. Diagnosis ini mengacu pada SDKI, dengan tujuan luaran dari SLKI, dan intervensi keperawatan yang sesuai dari SIKI. Penerapan standar-standar ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien. -
Article No. 4095 | 31 Oct 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik Tanda mayor minor batasan karakteristik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan/diperlukan, seperti perawatan diri, pekerjaan, rekreasi, atau aktivitas sosial pada tingkat yang diharapkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Toleransi Aktivitas yang meningkat, ditandai dengan kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Energi (untuk mengatur penggunaan energi secara efisien), Manajemen Aktivitas (untuk meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas), serta Terapi Latihan (untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas).
Secara akademis, diagnosa ini menunjukkan adanya keterbatasan fisik yang menyebabkan individu tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal. Peran perawat adalah membantu pasien dalam mengelola energi, meningkatkan toleransi aktivitas, dan memulihkan kemampuan fisiknya secara bertahap. -
Article No. 3988 | 30 Oct 2024
Klinis : ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA Kasus: Pasien perempuan, usia 46 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari yang lalu. Sesak napas disertai bunyi "ngik" yang hilang timbul, memberat saat aktivitas dan cuaca dingin. Riwayat batuk lama dan riwayat trauma disangkal. Pasien memiliki riwayat asma sejak 28 tahun lalu. Tanda vital dalam batas normal, frekuensi napas 22 kali/menit, SpO₂ 95%. Status gizi obesitas grade II (IMT 36,3). Pada pemeriksaan thoraks, didapatkan wheezing pada kedua lapang paru. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal, pemeriksaan TCM TB negatif, dan rontgen menunjukkan fibrosis paru dan kalsifikasi bekas TB. Pasien didiagnosis dengan asma eksaserbasi, dan diberikan terapi bronkodilator serta kortikosteroid sistemik. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas akibat bronkokonstriksi dan penumpukan mucus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas akibat bronkokonstriksi dan penumpukan mukus
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sesak napas akibat obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh bronkokonstriksi dan penumpukan mukus. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam proses pertukaran gas, sehingga menyebabkan gangguan pola napas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00032 Gangguan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan irama normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0401 Pemeliharaan Pola Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan irama dan kedalaman pernapasan yang memadai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6230 Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi masuknya dan keluarnya udara melalui saluran napas. -
Article No. 3989 | 30 Oct 2024
Klinis : I. ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS Kasus: Pasien perempuan, usia 52 tahun, dirawat dari IGD dengan diagnosis medis TB Paru dan pneumotoraks parsial di kedua lapang paru. Saat pengkajian, pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bunyi ronkhi di ½ lapang paru bawah, frekuensi napas 26 kali/menit, susah mengeluarkan dahak saat batuk. Pasien tinggal dengan orang yang merokok 2 pak/hari selama 25 tahun, tidak nafsu makan, merasa mual dan muntah, kehilangan tonus otot, berat badan turun 11 kg, konjungtiva anemis. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 120 kali/menit, suhu 37°C. Diagnosa Keperawatan: 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan membran alveolus dan akumulasi sekret di saluran napas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan membran alveolus dan akumulasi sekret di saluran napas.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien dengan tuberkulosis paru mengalami gangguan pertukaran gas. Hal ini ditandai dengan keluhan sesak napas dan adanya bunyi ronki di setengah lapang paru bawah, yang menunjukkan adanya akumulasi sekret di saluran napas. Selain itu, pasien juga mengalami pneumotoraks parsial di kedua lapang paru, yang dapat menyebabkan gangguan pada membran alveolus dan berdampak pada proses pertukaran gas.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Diagnosa keperawatan: Gangguan pertukaran gas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan respirasi yang adekuat mengakibatkan ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di alveoli.
- Penyebab: Gangguan membran alveolus, akumulasi sekret, perubahan struktur paru.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran keperawatan: Pertukaran gas
- Definisi: Keseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam darah arteri.
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda pernapasan tidak efektif.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan: Manajemen jalan napas
- Definisi: Upaya untuk memelihara dan memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
- Tindakan: Aspirasi sekret, pengaturan posisi, oksigenasi, dan latihan napas dalam.