Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20316 | 31 Jul 2025
Klinis : Pasien penyakit alzheimer. Sulit bicara
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis jika ada, untuk kondisi pasien penyakit Alzheimer dengan kesulitan berbicara.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G30.9
- Deskripsi: Penyakit Alzheimer, tidak dinyatakan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Terapi wicara
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G30.9 (Penyakit Alzheimer, tidak dinyatakan) digunakan untuk mendiagnosis penyakit Alzheimer yang tidak diklasifikasikan secara spesifik. Penyakit Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia, yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif dan perubahan perilaku.
2. Kode ICD-9-CM 93.08 (Terapi wicara) mencakup intervensi terapeutik untuk membantu pasien dengan kesulitan berbicara atau komunikasi, yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit Alzheimer. Terapi wicara dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara, memahami bahasa, dan komunikasi secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, kode-kode ini memberikan informasi yang terstruktur dan komprehensif mengenai diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi pasien dengan penyakit Alzheimer yang disertai kesulitan berbicara. -
Article No. 20317 | 31 Jul 2025
Klinis : Perdarahan di kateter urine. Hb 4. Trombosit 5000. lemes . mual muntah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Perdarahan di kateter urine, Hb 4, Trombosit 5000, lemes, mual muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Risiko Perdarahan Aktual
Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah yang melebihi batas normal, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Terkait: Penurunan jumlah trombosit, anemia (Hb 4).
b. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Faktor Terkait: Kelelahan (lemes), Mual Muntah.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
a. Untuk Risiko Perdarahan Aktual:
- Klien tidak mengalami perdarahan yang signifikan.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
- Nilai laboratorium menunjukkan peningkatan (Hb, Trombosit).
b. Untuk Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Klien tidak mengalami mual dan muntah.
- Klien memiliki energi yang cukup untuk melakukan aktivitas.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
a. Untuk Risiko Perdarahan Aktual:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
- Pemantauan perdarahan dan tanda-tanda perdarahan aktif.
- Pemberian terapi transfusi darah atau komponen darah sesuai indikasi.
- Pemberian obat-obatan untuk meningkatkan produksi trombosit.
- Edukasi kepada klien dan keluarga tentang pencegahan perdarahan.
b. Untuk Intoleransi Aktivitas:
- Pengkajian tingkat energi dan kemampuan fisik klien.
- Perencanaan aktivitas yang sesuai dengan toleransi klien.
- Pemberian terapi antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.
- Edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mendukung pemulihan.
Penjelasan yang rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami pendekatan keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi klien dengan perdarahan, anemia, trombositopenia, kelelahan, dan mual muntah. Sebagai seorang perawat, saya akan terus memantau perkembangan klien dan melakukan tindakan keperawatan yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 20318 | 31 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan telinga terasa sumbat di bagian kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan telinga terasa sumbat di bagian kanan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Gangguan Pendengaran" (SDKI, 2016). Gangguan Pendengaran didefinisikan sebagai pengalaman individu terhadap penurunan atau ketidakmampuan untuk mendengar secara normal. Tanda dan gejala yang muncul pada kondisi ini antara lain telinga terasa sumbat, kesulitan mendengar, dan telinga berdengung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Pendengaran: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi pendengaran sesuai dengan kemampuan normal.
2. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala yang menyertai gangguan pendengaran, seperti telinga terasa sumbat, telinga berdengung, dan kesulitan mendengar.
3. Pengetahuan tentang Gangguan Pendengaran: Pasien memahami penyebab, gejala, dan penatalaksanaan gangguan pendengaran yang dialami.
4. Kepatuhan terhadap Pengobatan: Pasien patuh dalam mengikuti regimen pengobatan yang diberikan untuk mengatasi gangguan pendengaran.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemulihan Pendengaran:
a. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan telinga, diagnosis, dan penatalaksanaan yang sesuai.
b. Memfasilitasi pembersihan telinga secara aman, jika diperlukan.
c. Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi telinga yang berdengung.
d. Memberikan edukasi tentang perawatan telinga yang tepat.
2. Manajemen Gejala:
a. Memantau tanda dan gejala gangguan pendengaran, seperti telinga terasa sumbat dan kesulitan mendengar.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memperburuk gejala dan mengambil tindakan pencegahan.
c. Mengajarkan teknik manajemen gejala, seperti penggunaan alat bantu dengar dan pengaturan lingkungan.
3. Peningkatan Pengetahuan tentang Gangguan Pendengaran:
a. Memberikan edukasi tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan gangguan pendengaran.
b. Memfasilitasi diskusi dan memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengajukan pertanyaan.
c. Menggunakan media edukasi yang sesuai, seperti leaflet atau video, untuk meningkatkan pemahaman pasien.
4. Peningkatan Kepatuhan terhadap Pengobatan:
a. Mengevaluasi pemahaman pasien terhadap regimen pengobatan yang diberikan.
b. Memberikan motivasi dan dukungan untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
c. Memantau efektivitas pengobatan dan melakukan kolaborasi dengan dokter jika diperlukan penyesuaian.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pemulihan pendengaran, manajemen gejala, peningkatan pengetahuan, dan kepatuhan terhadap pengobatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien. -
Article No. 20319 | 31 Jul 2025
Klinis : Nevus pigmentosus
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi Nevus pigmentosus.
1. Kode ICD-10:
- Kode: L81.0
- Deskripsi: Nevus pigmentosus
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.23
- Deskripsi: Eksisi atau destruksi lesi atau jaringan kulit, kecuali luka bakar.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 L81.0 (Nevus pigmentosus) digunakan untuk mengkodekan kondisi medis berupa lesi kulit yang disebabkan oleh proliferasi melanosit dan produksi pigmen melanin yang berlebihan. Nevus pigmentosus, atau lebih dikenal sebagai tahi lalat, adalah salah satu jenis lesi kulit yang umum ditemukan.
2. Dalam kasus Nevus pigmentosus, prosedur medis yang mungkin dilakukan adalah eksisi atau destruksi lesi atau jaringan kulit, yang dikodekan dengan kode ICD-9-CM 86.23. Prosedur ini dapat dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi ukuran nevus pigmentosus yang mengganggu secara estetika atau memiliki potensi untuk berubah menjadi lesi yang lebih berbahaya.
Kode-kode ini digunakan oleh tenaga medis, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi medis serta tindakan yang dilakukan dalam catatan kesehatan pasien. -
Article No. 20320 | 31 Jul 2025
Klinis : batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi batuk pilek.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI Kode: 00030
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa ini dipilih karena kondisi batuk pilek dapat menyebabkan penyumbatan pada jalan napas sehingga terjadi ketidakefektifan dalam membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas
- SLKI Kode: 0303
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- SIKI Kode: 03001
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki ventilasi paru yang adekuat.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse
Dalam konteks akademis, saya telah memberikan diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang relevan dengan kondisi batuk pilek. Sebagai pakar keperawatan, saya telah menyajikan informasi yang komprehensif dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 20321 | 31 Jul 2025
Klinis : batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Kondisi Batuk Pilek**
*(Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia [SDKI], Standar Luaran Keperawatan Indonesia [SLKI], dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia [SIKI] – PPNI)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** D.0016
**Judul:** **Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi:** Kondisi ketidakefektifan pertukaran oksigen dan karbon dioksida akibat obstruksi jalan napas sekunder akibat inflamasi mukosa saluran pernapasan (rinosinusitis/faringitis).
**Penjelasan:**
Batuk pilek (common cold) sering melibatkan inflamasi saluran napas atas, edema mukosa, dan peningkatan sekret, yang dapat mengganggu pertukaran gas. Diagnosa ini relevan jika pasien menunjukkan gejala seperti sesak napas, saturasi O? menurun (<95%), atau napas cuping hidung.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** L.14001
**Judul:** **Fungsi Pernapasan**
**Indikator:**
- Frekuensi napas dalam rentang normal (12–20x/menit dewasa).
- Saturasi O? ?95%.
- Suara napas bersih (tidak ada wheezing/ronkhi).
- Sekret hidung berkurang.
**Penjelasan:**
Luaran ini mengukur perbaikan fungsi pernapasan setelah intervensi keperawatan, seperti pembersihan jalan napas dan pemenuhan oksigenasi adekuat.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** I.09004
**Judul:** **Manajemen Jalan Napas**
**Tindakan:**
- **Posisikan semi-Fowler** untuk optimalkan ventilasi.
- **Lakukan penghisapan lendir** jika diperlukan.
- **Anjurkan hidrasi adekuat** (2–3 L/hari) untuk mengencerkan sekret.
- **Ajarkan teknik batuk efektif**.
- **Monitor tanda vital** (frekuensi napas, saturasi O?).
**Kode:** I.13002
**Judul:** **Edukasi Kesehatan**
**Tindakan:**
- Jelaskan etiologi batuk pilek (virus, self-limiting).
- Tekankan pentingnya istirahat dan higiene tangan.
- Rekomendasikan terapi simtomatik (antipiretik/analgesik jika demam).
---
### **Rasionalisasi Pemilihan Diagnosa**
Batuk pilek umumnya bersifat self-limiting, tetapi pada pasien dengan risiko (misalnya: anak, lansia, atau komorbid), gangguan pertukaran gas dapat terjadi akibat obstruksi sekret. Intervensi difokuskan pada manajemen gejala dan pencegahan komplikasi (e.g., pneumonia sekunder).
---
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 5*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 5*.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis/resep keperawatan.)* -
Article No. 20322 | 31 Jul 2025
Klinis : IGNS DD/ BV
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N73.0
- Deskripsi: Radang panggul infeksi akut (Inflammatory pelvic disease, acute)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 58.31
- Deskripsi: Aspirasi atau irigasi panggul (Aspiration or injection of pelvic cavity)
Penjelasan:
Kode ICD-10 N73.0 menunjukkan diagnosis "Radang panggul infeksi akut", yang merupakan kondisi inflamasi akut di area panggul, yang dapat melibatkan organ-organ reproduksi wanita seperti uterus, tuba falopi, atau ovarium. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 58.31 menunjukkan prosedur "Aspirasi atau irigasi panggul", yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penanganan atau diagnosis dari kondisi radang panggul infeksi akut. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengambil sampel cairan atau untuk memberikan pengobatan langsung ke area panggul.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan menggunakan kode-kode ini untuk mencatat diagnosis dan prosedur yang dilakukan dalam rekam medis pasien, yang berguna untuk keperluan dokumentasi, penagihan, dan analisis epidemiologis. -
Article No. 20323 | 31 Jul 2025
Klinis : ohvira syndrome
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi Ohvira Syndrome:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q51.5
- Deskripsi: Uterus diduplikasi dengan serviks diduplikasi dan vagina diduplikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 68.12
- Deskripsi: Histerektomi total abdominal.
Ohvira Syndrome merupakan kelainan kongenital yang jarang terjadi, di mana terdapat duplikasi uterus, serviks, dan vagina. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kegagalan proses penggabungan duktus Müllerian selama perkembangan embrio. Gejala yang sering muncul antara lain dismenorea, dispareunia, dan infeksi saluran kemih berulang.
Penanganan Ohvira Syndrome biasanya melibatkan tindakan bedah, seperti histerektomi total abdominal (kode ICD-9-CM 68.12) untuk mengatasi gejala dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. Pemilihan tindakan medis akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan pertimbangan dokter yang menangani. -
Article No. 20324 | 31 Jul 2025
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) dalam kasus kejang, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi kejang:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang adalah "Resiko Cedera Berhubungan dengan Aktivitas Kejang". Diagnosa ini dipilih karena pada kondisi kejang, pasien memiliki risiko mengalami cedera fisik akibat kontraksi otot yang tidak terkendali dan ketidakmampuan untuk mengontrol gerakan tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien tidak mengalami cedera selama episode kejang.
b. Pasien dapat mempertahankan patensi jalan napas.
c. Pasien dapat mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
d. Pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi faktor pencetus dan tanda-tanda awal kejang.
e. Pasien dan keluarga dapat melakukan manajemen diri yang efektif untuk mencegah terjadinya kejang berulang.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Observasi:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Amati pola pernapasan dan keberhasilan ventilasi.
- Identifikasi faktor pencetus atau pemicu terjadinya kejang.
- Catat durasi dan frekuensi kejang.
b. Terapeutik:
- Posisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera saat kejang.
- Bersihkan jalan napas dan berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Berikan obat antikonvulsan sesuai instruksi tenaga kesehatan.
- Lakukan manajemen kejang, termasuk pemberian diazepam rektal jika perlu.
c. Edukasi:
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda awal kejang.
- Instruksikan pasien dan keluarga untuk menghindari faktor pencetus kejang.
- Beri edukasi tentang penggunaan obat antikonvulsan secara tepat.
- Latih pasien dan keluarga untuk melakukan tindakan pertolongan pertama saat kejang.
d. Kolaborasi:
- Koordinasikan dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk pemberian obat antikonvulsan yang tepat.
- Konsultasikan dengan ahli neurologi jika diperlukan evaluasi lanjut.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) dalam kasus kejang, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse. -
Article No. 20325 | 31 Jul 2025
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pola napas tidak efektif, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pola napas tidak efektif adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara pola napas yang memberikan ventilasi adekuat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelelahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, atau gangguan neuromuskular.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif: Pasien menunjukkan pola napas yang dalam, teratur, dan memberikan ventilasi adekuat.
2. Status Pernapasan Membaik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital pernapasan yang stabil dan dalam batas normal.
3. Kenyamanan Pernapasan Meningkat: Pasien melaporkan merasa lebih nyaman saat bernapas dan tidak mengalami sesak napas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan Pernapasan
- Mengkaji tanda-tanda vital pernapasan, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
- Memantau penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada.
- Mengobservasi adanya kesulitan bernapas, napas cepat, atau napas dangkal.
2. Manajemen Jalan Napas
- Memposisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal.
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan saturasi oksigen.
- Melakukan suction untuk membersihkan jalan napas dari sekret.
3. Terapi Pernapasan
- Mengajarkan teknik pernapasan dalam (deep breathing) dan latihan batuk efektif.
- Memfasilitasi latihan fisik dan mobilisasi yang sesuai untuk meningkatkan kekuatan otot pernapasan.
- Memberikan terapi inhalasi, seperti bronkodilator atau mukolitik, jika diperlukan.
4. Edukasi dan Dukungan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pola napas yang efektif.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk mengurangi kecemasan terkait kesulitan bernapas.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan kondisi pola napas tidak efektif dapat diatasi, sehingga pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan.