Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4331 | 02 Nov 2024
Klinis : Resiko Bunuh Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Risiko Bunuh Diri" dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Bunuh Diri
Definisi:
Risiko Bunuh Diri adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk melukai diri sendiri secara sengaja dengan tujuan mengakhiri hidup.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Bunuh Diri ditandai dengan gejala-gejala seperti mengekspresikan ide atau niat untuk bunuh diri, memiliki rencana untuk bunuh diri, dan/atau memiliki akses terhadap sarana untuk bunuh diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Bunuh Diri adalah individu dapat mengenali dan mengelola pikiran, perasaan, dan perilaku yang mengarah pada bunuh diri, serta dapat mengembangkan strategi koping yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Risiko Bunuh Diri meliputi:
1. Asesmen komprehensif terhadap faktor-faktor risiko dan protektif.
2. Pemberian edukasi tentang bunuh diri dan strategi pencegahannya.
3. Pengembangan rencana keselamatan individu.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi yang diperlukan.
5. Pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap kondisi individu.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif diharapkan dapat menurunkan risiko bunuh diri dan meningkatkan kesejahteraan individu. -
Article No. 4332 | 02 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu pertukaran gas.
- Penyebab: Penyakit paru, kelelahan otot pernapasan, dan ansietas.
3. Kurang Pengetahuan
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan suatu topik.
- Penyebab: Keterbatasan pengalaman, kurangnya paparan, dan kurangnya motivasi untuk belajar.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Identifikasi adanya sekresi, suara napas abnormal, dan perubahan pola napas.
- Ketidakefektifan Pola Napas: Identifikasi perubahan frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Kurang Pengetahuan: Identifikasi pemahaman pasien tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan diri yang tidak memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Tujuannya adalah membersihkan jalan napas, mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal, dan mencegah komplikasi.
- Ketidakefektifan Pola Napas: Tujuannya adalah mempertahankan pola napas yang efektif, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
- Kurang Pengetahuan: Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Intervensi yang dapat dilakukan adalah suction, pemberian bronkodilator, dan latihan batuk efektif.
- Ketidakefektifan Pola Napas: Intervensi yang dapat dilakukan adalah oksigenasi, posisi semi-fowler, dan latihan pernapasan.
- Kurang Pengetahuan: Intervensi yang dapat dilakukan adalah edukasi kesehatan, konseling, dan pemberian leaflet/brosur.
Dalam kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Ketidakefektifan Pola Napas, dan Kurang Pengetahuan. Perawat dapat memberikan intervensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 4333 | 02 Nov 2024
Klinis : Post partum blues
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi post partum blues.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Keluarga (PPBLUES)
Definisi: Perubahan dalam fungsi dan struktur keluarga yang tidak efektif dalam merespon situasi stres pascakelahiran.
2. Gangguan Tidur (INSOMN)
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keluarga Mampu Beradaptasi (KEMPER)
Kriteria Hasil: Keluarga menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pascakelahiran.
2. Pola Tidur Terpelihara (POLATR)
Kriteria Hasil: Klien menunjukkan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Dukungan Keluarga (DUKKER)
Definisi Intervensi: Pemberian bantuan emosional, informasi, dan instrumental kepada keluarga untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan pascakelahiran.
2. Manajemen Tidur (MANTID)
Definisi Intervensi: Memfasilitasi klien untuk memperoleh tidur yang adekuat dan meningkatkan kualitas tidur.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan kondisi post partum blues mengalami perubahan dalam fungsi dan struktur keluarga yang tidak efektif dalam merespon situasi stres pascakelahiran. Selain itu, pasien juga dapat mengalami gangguan tidur yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Sebagai perawat, tujuan utama adalah membantu keluarga untuk beradaptasi dengan perubahan pascakelahiran dan memastikan pasien memperoleh pola tidur yang terpelihara. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah dukungan keluarga dan manajemen tidur. -
Article No. 4334 | 02 Nov 2024
Klinis : P E S dari defisit nutrisi pada pasien HF etiologi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, yaitu PES (Protein-Energy Starvation) dari defisit nutrisi pada pasien dengan Penyakit Jantung (Heart Failure/HF) sebagai etiologi, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E43
- Deskripsi: Malnutrisi protein-energi berat, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian nutrisi parenteral total
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E43 (Malnutrisi protein-energi berat, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi PES (Protein-Energy Starvation) yang terjadi pada pasien dengan Penyakit Jantung (Heart Failure/HF) sebagai etiologi. Kode ini mencakup kondisi malnutrisi protein-energi berat yang parah dan tidak dapat diklasifikasikan dalam kategori lain.
2. Kode ICD-9-CM 96.04 (Pemberian nutrisi parenteral total) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemberian nutrisi parenteral total, yang mungkin diperlukan dalam mengatasi defisit nutrisi pada pasien dengan Penyakit Jantung (Heart Failure/HF) dan malnutrisi protein-energi berat. Pemberian nutrisi parenteral total dapat menjadi intervensi penting untuk memperbaiki status nutrisi pasien dalam kondisi ini.
Perlu diperhatikan bahwa kode ICD-9-CM hanya digunakan untuk klasifikasi prosedur atau tindakan medis, sedangkan kode ICD-10 digunakan untuk klasifikasi diagnosis. Pemilihan kode yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan dan memfasilitasi perawatan yang komprehensif bagi pasien. -
Article No. 4335 | 02 Nov 2024
Klinis : P E S dari defisit nutrisi pada pasien HF etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi Berhubungan dengan Proses Penyakit Jantung Gagal (HF)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi adalah keadaan dimana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan defisit nutrisi pada pasien HF adalah:
1. Pasien dapat mencapai keseimbangan nutrien yang adekuat.
2. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kadar albumin serum.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani defisit nutrisi pada pasien HF meliputi:
1. Pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
2. Pemberian diet seimbang sesuai kebutuhan pasien.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat.
4. Pemantauan intake dan output nutrisi pasien.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian P-E-S (Penyebab, Etiologi, dan Gejala) dari defisit nutrisi pada pasien HF untuk menentukan diagnosa keperawatan yang tepat dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4336 | 02 Nov 2024
Klinis : P E S dari defisit nutrisi pada pasien HF etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakadekuatan Asupan pada Pasien Gagal Jantung
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, pengobatan, depresi, atau hambatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Defisit Nutrisi pada pasien Gagal Jantung antara lain:
1. Asupan Nutrisi Adekuat
2. Berat Badan Ideal
3. Tidak Terjadi Komplikasi Akibat Malnutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pengkajian Nutrisi Komprehensif
2. Edukasi Gizi dan Manajemen Diet
3. Kolaborasi dengan Ahli Gizi untuk Terapi Nutrisi yang Tepat
4. Pemantauan Asupan, Status Gizi, dan Berat Badan
5. Intervensi untuk Mengatasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Defisit Nutrisi
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat membantu pasien Gagal Jantung untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat, mencapai berat badan ideal, dan mencegah komplikasi terkait malnutrisi. -
Article No. 4337 | 02 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 27 tahun, bernama Rina, datang ke klinik dengan keluhan gatal, rasa terbakar, dan keputihan yang kental serta berbau ringan di area genital. Rina menyebutkan bahwa keluhan ini sudah berlangsung selama beberapa hari dan membuatnya merasa tidak nyaman, terutama saat buang air kecil. Dia juga merasa gatal dan sedikit kemerahan di sekitar area yang terinfeksi. Rina memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 dan sedang menjalani terapi antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan selama dua minggu terakhir. Dia merasa khawatir karena gejala ini belum pernah dialaminya sebelumnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Rina:
Diagnosa Keperawatan:
1. Infeksi Vagina berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 dan terapi antibiotik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Adanya infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, atau parasit.
- Penyebab: Faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi vagina antara lain diabetes melitus, penggunaan antibiotik, dan perubahan pH vagina.
- Gejala dan Tanda: Gatal, rasa terbakar, keputihan kental berbau, nyeri saat berkemih, dan kemerahan di area genital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak ada tanda-tanda infeksi vagina, mengelola gejala yang ada, dan meningkatnya pengetahuan pasien tentang perawatan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen infeksi vagina, perawatan diri genital, edukasi tentang infeksi vagina dan manajemen gejala.
Penjelasan Singkat:
Rina mengalami infeksi vagina yang kemungkinan disebabkan oleh faktor risiko yang dimilikinya, yaitu diabetes melitus tipe 2 dan penggunaan antibiotik. Perawat perlu membantu Rina dalam mengelola infeksi vagina, mengatasi gejala yang ada, serta memberikan edukasi terkait perawatan diri dan pencegahan infeksi vagina di masa depan. -
Article No. 4338 | 02 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 27 tahun, bernama Rina, datang ke klinik dengan keluhan gatal, rasa terbakar, dan keputihan yang kental serta berbau ringan di area genital. Rina menyebutkan bahwa keluhan ini sudah berlangsung selama beberapa hari dan membuatnya merasa tidak nyaman, terutama saat buang air kecil. Dia juga merasa gatal dan sedikit kemerahan di sekitar area yang terinfeksi. Rina memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 dan sedang menjalani terapi antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan selama dua minggu terakhir. Dia merasa khawatir karena gejala ini belum pernah dialaminya sebelumnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Rina.
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Saluran Reproduksi Wanita berhubungan dengan proses penyakit diabetes melitus tipe 2 dan terapi antibiotik yang sedang dijalani.
Penjelasan:
- Risiko Infeksi Saluran Reproduksi Wanita adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen di saluran reproduksi wanita yang dapat menimbulkan gejala-gejala seperti gatal, rasa terbakar, keputihan, dan bau yang tidak sedap.
- Faktor risiko yang mempengaruhi adalah kondisi diabetes melitus tipe 2 yang dimiliki Rina dan terapi antibiotik yang sedang dijalani, yang dapat menurunkan pertahanan tubuh dan menyebabkan ketidakseimbangan flora normal di area genital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Infeksi Saluran Reproduksi, yang ditandai dengan tidak adanya gejala infeksi (gatal, rasa terbakar, keputihan, dan bau yang tidak sedap) serta pemeriksaan laboratorium yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Diri: Higienis Genital, Pemantauan Tanda-Tanda Infeksi, serta Edukasi tentang Pencegahan Infeksi Saluran Reproduksi.
Dengan penanganan yang tepat dan pengawasan yang ketat, diharapkan kondisi Rina dapat segera membaik dan infeksi saluran reproduksi dapat diatasi. -
Article No. 4339 | 02 Nov 2024
Klinis : intervensi D.0074 Gangguan Rasa Nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dengan intervensi D.0074 Gangguan Rasa Nyaman, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Rasa Nyaman adalah keadaan dimana individu mengalami pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan terkait dengan sensasi fisik, emosional, dan psikologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mencapai rasa nyaman yang optimal, yang ditandai dengan pasien melaporkan rasa nyaman yang meningkat, pasien terlihat rileks, dan pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Manajemen Nyeri (D.0074)
b. Manajemen Kecemasan (D.0076)
c. Manajemen Stres (D.0077)
d. Dukungan Emosional (D.0099)
e. Terapi Relaksasi (D.0122)
Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk membantu pasien mencapai rasa nyaman yang optimal dengan mengelola gejala fisik, emosional, dan psikologis yang dialami oleh pasien. -
Article No. 4340 | 02 Nov 2024
Klinis : intervensi D.0074 Gangguan Rasa Nyaman
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "intervensi D.0074 Gangguan Rasa Nyaman":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R45.8
- Deskripsi: Gejala dan tanda lainnya yang berhubungan dengan keadaan emosional
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.12
- Deskripsi: Terapi psikologis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R45.8 (Gejala dan tanda lainnya yang berhubungan dengan keadaan emosional) sesuai dengan kondisi "intervensi D.0074 Gangguan Rasa Nyaman". Kode ini mencakup berbagai gejala dan tanda yang berhubungan dengan keadaan emosional, termasuk gangguan rasa nyaman.
2. Kode ICD-9-CM 94.12 (Terapi psikologis, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi "intervensi D.0074 Gangguan Rasa Nyaman". Kode ini mencakup berbagai jenis terapi psikologis yang tidak diklasifikasikan secara spesifik di tempat lain, termasuk intervensi terkait gangguan rasa nyaman.
Dalam praktik klinis, penentuan kode diagnosis dan kode prosedur/tindakan medis harus dilakukan dengan cermat berdasarkan informasi klinis yang lengkap dan sesuai dengan pedoman pengodean ICD-10 dan ICD-9-CM yang berlaku.