Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2535 | 16 Oct 2024
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kehilangan panas tubuh. Karakteristik utama dari hipertermia meliputi peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, dan perilaku yang menunjukkan ketidaknyamanan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam penanganan hipertermia adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, pasien dapat mengenali tanda dan gejala hipertermia, serta pasien dapat melakukan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat penurun demam, pemberian cairan intravena, kompres dingin, dan pengaturan lingkungan yang nyaman. Selain itu, edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penanganan hipertermia juga merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan.
Dalam praktik keperawatan, perawat harus menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien dengan kondisi hipertermia. -
Article No. 2536 | 16 Oct 2024
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Definisi:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, yang disebabkan oleh terganggunya mekanisme pengaturan suhu tubuh.
SDKI:
Indikator diagnostik utama:
- Suhu tubuh meningkat di atas 38,3°C
Indikator diagnostik pendukung:
- Kulit terasa panas
- Nadi cepat
- Frekuensi napas meningkat
- Kesadaran menurun
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
- Suhu tubuh kembali normal
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Monitoring suhu tubuh secara berkala
2. Mengatur suhu lingkungan untuk menurunkan suhu tubuh
3. Memberikan kompres dingin atau ice pack pada area tubuh
4. Memfasilitasi istirahat yang cukup
5. Memantau tanda-tanda vital
6. Mempertahankan intake cairan yang adekuat
7. Mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan tindak lanjut jika diperlukan
Peran Perawat:
Sebagai seorang perawat, saya berperan dalam melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, merencanakan dan melaksanakan intervensi yang tepat, serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi kondisi hipertermia pada pasien. -
Article No. 2537 | 16 Oct 2024
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh gangguan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pemulihan suhu tubuh dalam batas normal
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Tidak ada komplikasi akibat hipertermia
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Monitor suhu tubuh secara berkala
b. Berikan cairan yang adekuat
c. Berikan obat penurun demam, jika diperlukan
d. Lakukan tindakan penurun panas, seperti kompres hangat, kipas angin, atau selimut dingin
e. Identifikasi dan tangani penyebab hipertermia
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia
Sebagai perawat profesional, saya akan memantau dan mengelola kondisi hipertermia pada pasien secara komprehensif sesuai dengan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Tujuan utamanya adalah untuk memulihkan suhu tubuh pasien ke dalam batas normal dan mencegah terjadinya komplikasi. -
Article No. 2538 | 16 Oct 2024
Klinis : Cara mengevaluasi efektivitas terapi diuretik furosemid yang diberika kepada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Ketidakseimbangan Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana terdapat kelebihan atau kekurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan asupan cairan, penurunan intake cairan, gangguan mekanisme pengaturan volume cairan, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Adapun luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk Ketidakseimbangan Volume Cairan adalah:
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara
2. Oedema Berkurang
3. Tanda-Tanda Overload Cairan Berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Untuk mengevaluasi efektivitas terapi diuretik furosemid, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan seperti:
1. Mengkaji intake dan output cairan pasien secara akurat
2. Memantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda overload cairan (seperti: edema, ascites, dan lain-lain)
3. Mengkaji kadar elektrolit (sodium, kalium, klorida) dan fungsi ginjal
4. Memastikan pasien mengerti tujuan dan efek samping dari pemberian diuretik furosemid
5. Memantau respons pasien terhadap pemberian diuretik furosemid
Melalui intervensi-intervensi tersebut, perawat dapat mengevaluasi apakah terapi diuretik furosemid yang diberikan efektif dalam memulihkan keseimbangan cairan pasien. -
Article No. 2539 | 16 Oct 2024
Klinis : Ketidakstabilan Perfusi Jaringan Serebral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Permisi, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi "Ketidakstabilan Perfusi Jaringan Serebral".
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Perfusi Jaringan Serebral
Definisi:
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan nutrisi dengan kebutuhan jaringan serebral, yang dapat mengancam fungsi otak.
SDKI:
- Faktor Berhubungan: Penyakit serebrovaskular, peningkatan tekanan intrakranial, trauma kepala, hipoksia, hipoperfusi, gangguan koagulasi, emboli.
- Karakteristik Definisi: Perubahan status mental, nyeri kepala, perubahan tanda-tanda vital, penurunan perfusi serebral, penurunan oksigenasi jaringan serebral.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Perfusi jaringan serebral yang stabil, stabilitas tanda-tanda vital, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, tidak ada komplikasi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigenasi, manajemen cairan dan elektrolit, manajemen nyeri, pencegahan peningkatan tekanan intrakranial, edukasi pasien dan keluarga.
Secara akademis, diagnosa keperawatan ini menggambarkan kondisi klien yang berkaitan dengan ketidakstabilan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan serebral, yang dapat berdampak pada fungsi otak. Hal ini membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas perfusi serebral dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 2540 | 16 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan lupa tanggal hari ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengatakan lupa tanggal hari ini.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Fungsi Kognitif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Fungsi Kognitif didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam berpikir, mengingat, memperhatikan, dan memecahkan masalah yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan peningkatan fungsi kognitif, dapat mengingat tanggal, hari, dan informasi penting lainnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien.
2. Penyediaan lingkungan yang mendukung fungsi kognitif, seperti menyediakan pengingat tanggal, hari, dan waktu.
3. Pemberian stimulasi kognitif melalui aktivitas sederhana seperti permainan teka-teki.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau terapis okupasi, untuk mengevaluasi dan menangani gangguan fungsi kognitif secara komprehensif.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai pedoman baku dalam praktik keperawatan di Indonesia. Penggunaan standar ini membantu perawat dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan secara sistematis dan terstruktur. -
Article No. 2541 | 16 Oct 2024
Klinis : DEMAM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan:
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Suhu tubuh normal
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Pengetahuan tentang demam
4. Kemampuan mengatasi demam
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Manajemen hipertermia
3. Edukasi tentang demam
4. Pemberian terapi sesuai indikasi
Sebagai perawat, saya akan melakukan evaluasi komprehensif terhadap pasien dengan demam, seperti memeriksa tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, dan gejala-gejala yang menyertai. Kemudian, saya akan mengembangkan rencana perawatan yang sesuai untuk mengatasi hipertermia, seperti pemberian obat penurun demam, kompres hangat, dan edukasi kepada pasien mengenai penanganan demam di rumah. Tujuan utama adalah untuk menurunkan suhu tubuh pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 2542 | 16 Oct 2024
Klinis : TROMBOSIT TURUN
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi TROMBOSIT TURUN.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Jumlah Trombosit
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem vaskuler. Kondisi ini dapat terjadi akibat penurunan jumlah atau fungsi trombosit sehingga kemampuan tubuh untuk membekukan darah menjadi terganggu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah pasien dapat menunjukkan tidak ada tanda-tanda perdarahan, dapat mempertahankan kadar hemoglobin yang stabil, serta dapat mempertahankan fungsi koagulasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status perdarahan secara berkala.
2. Pemberian obat-obatan untuk meningkatkan jumlah trombosit (jika indikasi).
3. Edukasi pasien dan keluarga mengenai risiko perdarahan dan pencegahannya.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan komprehensif.
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan intervensi yang tepat dan efektif dalam mengelola risiko perdarahan akibat penurunan jumlah trombosit, sehingga dapat mencegah komplikasi dan memaksimalkan outcome pasien. -
Article No. 2543 | 16 Oct 2024
Klinis : Anak N berusia 10 tahun berjenis kelamin laki-laki, anak kedua dari dua bersaudara, dan tinggal bersama kedua orangtua dan kakaknya. Klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa keluarga dan tidak ada cacat fisik. Selama kehamilan klien, ibu klien mengatakan bahwa ia rutin melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) di bidan dan tidak ada keluhan. Klien lahir normal dengan BBL 3200 gr dan PBL 51 cm. klien mendapatkan ASI selama 2 tahun dan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Klien diterima dalam keluarga dan masyarakat. Klien beragama Islam dan mulai rutin menjalankan ibadahnya. Klien aktif bermain dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Keterampilan komunikasi verbal dan non verbal baik. Klien memiliki motivasi belajar sangat tinggi. Klien juga mampu mengontrol dirinya dalam melakukan perbuatan yang buruk. Pengalaman masa lalu pun menyenangkan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada diagnosis atau tindakan medis yang memerlukan kode ICD-10 atau ICD-9-CM. Anak N, berusia 10 tahun, laki-laki, merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang tinggal bersama kedua orang tua dan kakaknya, menunjukkan perkembangan yang baik secara fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Berikut adalah penjelasan rinci:
1. Perkembangan Fisik:
- Lahir normal dengan berat badan lahir 3200 gram dan panjang badan lahir 51 cm.
- Mendapatkan ASI selama 2 tahun dan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
- Tidak memiliki riwayat gangguan jiwa keluarga atau cacat fisik.
2. Perkembangan Emosional dan Sosial:
- Diterima dengan baik dalam keluarga dan masyarakat.
- Aktif bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya.
- Memiliki keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal yang baik.
3. Perkembangan Spiritual:
- Beragama Islam dan mulai rutin menjalankan ibadahnya.
4. Perkembangan Kognitif dan Akademik:
- Memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi.
- Mampu mengontrol dirinya dalam melakukan perbuatan yang buruk.
- Memiliki pengalaman masa lalu yang menyenangkan.
Berdasarkan informasi di atas, anak N menunjukkan perkembangan yang optimal secara fisik, emosional, sosial, spiritual, dan akademik. Tidak ditemukan adanya kondisi medis yang memerlukan kode ICD-10 atau tindakan medis yang memerlukan kode ICD-9-CM. -
Article No. 2544 | 16 Oct 2024
Klinis : Anak N berusia 10 tahun berjenis kelamin laki-laki, anak kedua dari dua bersaudara, dan tinggal bersama kedua orangtua dan kakaknya. Klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa keluarga dan tidak ada cacat fisik. Selama kehamilan klien, ibu klien mengatakan bahwa ia rutin melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) di bidan dan tidak ada keluhan. Klien lahir normal dengan BBL 3200 gr dan PBL 51 cm. klien mendapatkan ASI selama 2 tahun dan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Klien diterima dalam keluarga dan masyarakat. Klien beragama Islam dan mulai rutin menjalankan ibadahnya. Klien aktif bermain dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Keterampilan komunikasi verbal dan non verbal baik. Klien memiliki motivasi belajar sangat tinggi. Klien juga mampu mengontrol dirinya dalam melakukan perbuatan yang buruk. Pengalaman masa lalu pun menyenangkan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi anak N dapat didiagnosa dengan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Perkembangan Tumbuh Kembang Anak Optimal
- Definisi: Kemampuan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan.
- Faktor yang Mempengaruhi: Faktor genetik, gizi, stimulasi, dan lingkungan.
- Kriteria Hasil (SLKI):
- Anak menunjukkan perkembangan kognitif, motorik, sosial, dan emosional yang sesuai dengan usianya.
- Anak mampu memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan usianya.
- Anak menunjukkan perilaku dan interaksi sosial yang sesuai dengan usianya.
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Identifikasi tahap perkembangan anak.
- Berikan stimulasi perkembangan yang sesuai dengan usia anak.
- Libatkan orang tua dalam proses tumbuh kembang anak.
- Pantau perkembangan anak secara berkala.
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan, kriteria hasil (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) yang disebutkan di atas merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengelola kondisi anak N dalam mencapai perkembangan tumbuh kembang yang optimal.