Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20293 | 31 Jul 2025
Klinis : Seorang pria usia 45 tahun yang tinggal di sebuah komunitas mengalami keluhan sering merasa nyeri dan panas di dada bagian bawah setelah makan, terutama makanan pedas dan berlemak. Ia juga mengeluhkan sering mengalami mulas, rasa asam di mulut, dan kesulitan menelan. Berdasarkan pengkajian awal, gejala ini terjadi lebih dari 2 kali seminggu dalam 3 bulan terakhir. Pasien belum memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan cenderung mengabaikan gejala dengan hanya mengonsumsi antasida secara tidak teratur. Diagnosis Risiko_Aktual 1. Risiko Gangguan Pertumbuhan (D.0108) 2. Defisit Kesehatan Komunitas (D.0110) 3. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko (D.0099) 4. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117) 5. Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)\ 6. Risiko Kehamilan Tidak Dikehendaki (D.0073) 7. Gangguan Interaksi Sosial (D.0118) 8. Risiko Kehamilan Tidak Dikehendaki (D.0073) Diagnosis Promosi Kesehatan 1. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan (D.0113) 2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112) 3. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri [SDKI D.0089] 4. Kesiapan Meningkatkan Pengambilan Keputusan (00184) 5. Kesiapan Meningkatkan Komunikasi (00157) 6. Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas [SDKI D.0091] Pililah diagnosa risiko dan diagnosa promosi kesehatan keperawatan komunitas sesuai diatas untuk kasus tersebut adalah?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
Diagnosa Risiko_Aktual:
1. Risiko Gangguan Pencernaan (D.0171)
Pasien mengalami keluhan sering merasa nyeri dan panas di dada bagian bawah setelah makan, terutama makanan pedas dan berlemak, serta sering mengalami mulas, rasa asam di mulut, dan kesulitan menelan, yang merupakan gejala gangguan pencernaan.
Diagnosa Promosi Kesehatan:
1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112)
Pasien belum memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan cenderung mengabaikan gejala dengan hanya mengonsumsi antasida secara tidak teratur, sehingga membutuhkan peningkatan dalam manajemen kesehatannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Gangguan Pencernaan (L.0194)
a. Pasien melaporkan penurunan frekuensi dan keparahan gejala gangguan pencernaan.
b. Pasien mendemonstrasikan manajemen nutrisi yang tepat.
c. Pasien menunjukkan pemantauan gejala gangguan pencernaan secara teratur.
2. Manajemen Kesehatan (L.0161)
a. Pasien melaporkan peningkatan partisipasi dalam pemeriksaan kesehatan.
b. Pasien menunjukkan penggunaan sumber kesehatan yang sesuai.
c. Pasien mendemonstrasikan manajemen gejala yang efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Gangguan Pencernaan (I.0323)
a. Kaji pola makan dan makanan yang menyebabkan gejala.
b. Berikan edukasi tentang manajemen nutrisi yang tepat untuk mengurangi gejala.
c. Dorong pasien untuk melakukan pemantauan gejala secara teratur.
2. Manajemen Kesehatan (I.0280)
a. Dorong pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
b. Fasilitasi penggunaan sumber kesehatan yang sesuai, seperti menganjurkan pasien untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
c. Ajarkan teknik manajemen gejala yang efektif, seperti penggunaan obat antasida secara teratur.
Penjelasan rinci:
Diagnosa Risiko_Aktual Risiko Gangguan Pencernaan (D.0171) dipilih karena pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan pencernaan, seperti nyeri dan panas di dada bagian bawah setelah makan, mulas, rasa asam di mulut, dan kesulitan menelan.
Diagnosa Promosi Kesehatan Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112) dipilih karena pasien belum memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan cenderung mengabaikan gejala dengan hanya mengonsumsi antasida secara tidak teratur, sehingga membutuhkan peningkatan dalam manajemen kesehatannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup penurunan frekuensi dan keparahan gejala, peningkatan manajemen nutrisi, pemantauan gejala, partisipasi dalam pemeriksaan kesehatan, penggunaan sumber kesehatan yang sesuai, dan manajemen gejala yang efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) mencakup pengkajian pola makan dan makanan, edukasi tentang manajemen nutrisi, dorongan untuk pemantauan gejala, dorongan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, fasilitasi penggunaan sumber kesehatan, dan pengajaran teknik manajemen gejala yang efektif. -
Article No. 20294 | 31 Jul 2025
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi kejang, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera (Kode: 00035)
Definisi: Rentan mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber-sumber ancaman yang tidak dapat diantisipasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kejang (Kode: 10044)
Definisi: Kontraksi otot yang tidak terkendali, berulang, dan tidak terkoordinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Kejang (Kode: 10014)
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengurangi frekuensi dan durasi kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kejang (Kode: 10044)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghentikan kejang.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kondisi kejang, yang merupakan kontraksi otot yang tidak terkendali, berulang, dan tidak terkoordinasi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Cedera, karena pasien rentan mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan atau sumber-sumber ancaman yang tidak dapat diantisipasi selama kejang.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mengidentifikasi kejang sebagai salah satu diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mencakup Kontrol Kejang, yang mengacu pada kemampuan individu untuk mencegah atau mengurangi frekuensi dan durasi kejang. Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan Manajemen Kejang, yaitu serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghentikan kejang. -
Article No. 20295 | 31 Jul 2025
Klinis : Promosi perilaku upaya kesehatan (I.12472) (hlm. 380-381) a. Observasi 1) Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan b. Terapeutik 1) Berikan lingkungan yang mendukung Kesehatan 2) Orientasi pelayanan Kesehatan yang dapat dimanfaatkan c. Edukasi 1) Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari 2) Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari 3) Anjurkan tidak merokok di dalam rumah Edukasi kesehatan (I.12383) (hlm. 65) a. Observasi 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat b. Terapeutik 1) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan 2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya c. Edukasi 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat Manajemen perilaku (I.12463) (hlm. 211-212) 4) Observasi 1) Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku 5) Terapeutik 1) Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku 2) Jadwalkan kegiatan terstruktur 3) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku 6) Edukasi 1. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif Jelaskan evaluasi formatif untuk tiap intervensi individu pada setiap diagnosis keperawatan yang dirumuskan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap diagnosis keperawatan yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan: Promosi perilaku upaya kesehatan (I.12472)
Observasi:
a. Evaluasi formatif: Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan pada pasien. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui area-area yang perlu difokuskan dalam intervensi.
Terapeutik:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi apakah lingkungan yang diberikan sudah mendukung kesehatan pasien. Apakah pasien sudah mendapatkan informasi yang cukup tentang pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Lingkungan yang mendukung kesehatan, Pemanfaatan pelayanan kesehatan.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Ciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, Orientasikan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan.
Edukasi:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi apakah pasien sudah memahami pentingnya makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Perilaku makan sayur dan buah setiap hari, Perilaku aktivitas fisik setiap hari, Perilaku tidak merokok di dalam rumah.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Anjurkan pasien untuk makan sayur dan buah setiap hari, Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik setiap hari, Anjurkan pasien untuk tidak merokok di dalam rumah.
2. Diagnosa Keperawatan: Edukasi kesehatan (I.12383)
Observasi:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi kesiapan dan kemampuan pasien dalam menerima informasi, serta identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Kesiapan menerima informasi, Motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Identifikasi kesiapan dan kemampuan pasien dalam menerima informasi, Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Terapeutik:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi apakah materi dan media Pendidikan Kesehatan yang disediakan sudah sesuai, apakah jadwal Pendidikan Kesehatan sudah sesuai dengan kesepakatan, dan apakah pasien sudah diberikan kesempatan untuk bertanya.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Penggunaan materi dan media Pendidikan Kesehatan, Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan sesuai jadwal, Kesempatan pasien untuk bertanya.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan, Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan, Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi apakah pasien sudah memahami faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, apakah pasien sudah dapat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan apakah pasien sudah dapat menerapkan strategi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Pemahaman faktor risiko kesehatan, Kemampuan praktik perilaku hidup bersih dan sehat, Kemampuan menerapkan strategi perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Diagnosa Keperawatan: Manajemen perilaku (I.12463)
Observasi:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi harapan pasien untuk mengendalikan perilakunya.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Harapan pasien untuk mengendalikan perilaku.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Identifikasi harapan pasien untuk mengendalikan perilaku.
Terapeutik:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi apakah pasien sudah memahami tanggung jawabnya terhadap perilaku, apakah jadwal kegiatan terstruktur sudah berjalan dengan baik, dan apakah pasien sudah mendapatkan penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Pemahaman tanggung jawab terhadap perilaku, Pelaksanaan kegiatan terstruktur, Pemberian penguatan positif terhadap keberhasilan.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Diskusikan tanggung jawab pasien terhadap perilaku, Jadwalkan kegiatan terstruktur, Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku.
Edukasi:
a. Evaluasi formatif: Evaluasi apakah keluarga sudah memahami bahwa keluarga merupakan dasar pembentukan kognitif.
b. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI): Pemahaman keluarga tentang peran keluarga dalam pembentukan kognitif.
c. Intervensi Keperawatan (SIKI): Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif.
Dengan demikian, evaluasi formatif, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran sudah dijelaskan secara rinci dan terperinci untuk setiap diagnosis keperawatan yang dirumuskan. Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. -
Article No. 20296 | 31 Jul 2025
Klinis : Promosi perilaku upaya kesehatan (I.12472) (hlm. 380-381) a. Observasi 1) Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan b. Terapeutik 1) Berikan lingkungan yang mendukung Kesehatan 2) Orientasi pelayanan Kesehatan yang dapat dimanfaatkan c. Edukasi 1) Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari 2) Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari 3) Anjurkan tidak merokok di dalam rumah Edukasi kesehatan (I.12383) (hlm. 65) a. Observasi 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat b. Terapeutik 1) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan 2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya c. Edukasi 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat Manajemen perilaku (I.12463) (hlm. 211-212) 4) Observasi 1) Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku 5) Terapeutik 1) Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku 2) Jadwalkan kegiatan terstruktur 3) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku 6) Edukasi 1. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif Jelaskan evaluasi formatif untuk tiap intervensi individu pada setiap diagnosis keperawatan yang dirumuskan pada gerd
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Promosi perilaku upaya kesehatan (I.12472)
a. Observasi:
1) Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
- Evaluasi formatif: Catat perilaku upaya kesehatan yang telah diidentifikasi dan dapat ditingkatkan, seperti pola makan, aktivitas fisik, perilaku merokok, dll.
b. Terapeutik:
1) Berikan lingkungan yang mendukung Kesehatan
- Evaluasi formatif: Pantau kesesuaian lingkungan yang disediakan untuk mendukung kesehatan klien.
2) Orientasi pelayanan Kesehatan yang dapat dimanfaatkan
- Evaluasi formatif: Evaluasi pemahaman klien tentang pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan.
c. Edukasi:
1) Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
- Evaluasi formatif: Pantau peningkatan konsumsi sayur dan buah klien.
2) Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari
- Evaluasi formatif: Pantau peningkatan aktivitas fisik klien.
3) Anjurkan tidak merokok di dalam rumah
- Evaluasi formatif: Pantau penurunan perilaku merokok di dalam rumah.
2. Edukasi kesehatan (I.12383)
a. Observasi:
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Evaluasi formatif: Catat kesiapan dan kemampuan klien dalam menerima informasi.
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
- Evaluasi formatif: Catat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi klien dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
b. Terapeutik:
1) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
- Evaluasi formatif: Evaluasi kesesuaian materi dan media pendidikan kesehatan yang disediakan.
2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
- Evaluasi formatif: Pantau kehadiran klien dalam sesi pendidikan kesehatan.
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
- Evaluasi formatif: Catat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan klien dan berikan umpan balik.
c. Edukasi:
1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Evaluasi formatif: Evaluasi pemahaman klien tentang faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Evaluasi formatif: Pantau peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada klien.
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Evaluasi formatif: Evaluasi kemampuan klien dalam menerapkan strategi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Manajemen perilaku (I.12463)
a. Observasi:
1) Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
- Evaluasi formatif: Catat harapan klien dalam mengendalikan perilakunya.
b. Terapeutik:
1) Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- Evaluasi formatif: Evaluasi pemahaman klien tentang tanggung jawabnya terhadap perilakunya.
2) Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Evaluasi formatif: Pantau kepatuhan klien dalam mengikuti kegiatan terstruktur yang telah dijadwalkan.
3) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
- Evaluasi formatif: Catat respon klien terhadap penguatan positif yang diberikan.
c. Edukasi:
1) Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif
- Evaluasi formatif: Evaluasi pemahaman keluarga tentang peran mereka dalam pembentukan kognitif klien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Peningkatan perilaku upaya kesehatan
- Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
- Peningkatan motivasi untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
- Peningkatan kemampuan mengendalikan perilaku
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Promosi perilaku upaya kesehatan
- Edukasi kesehatan
- Manajemen perilaku
Setiap intervensi keperawatan tersebut memiliki komponen observasi, terapeutik, dan edukasi yang saling terkait untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan. Evaluasi formatif dilakukan pada setiap komponen intervensi untuk memantau kemajuan dan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 20297 | 31 Jul 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di wilayah perkotaan datang ke layanan kesehatan komunitas dengan keluhan sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa. Data dari pengkajian komunitas menunjukkan prevalensi GERD di wilayah tersebut cukup tinggi, sekitar 25-30%, disebabkan oleh pola makan yang tinggi makanan pedas, gorengan, serta kebiasaan makan malam larut dan langsung tidur setelah makan. Pasien memiliki gaya hidup stres dan jarang berolahraga. Pasien sudah menjalani pengobatan medis standar, namun keluhan masih sering muncul. Pasien tertarik mencoba terapi komplementer/alternatif untuk membantu mengurangi gejala GERD.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan: diet yang tidak adekuat, pola makan yang buruk (sering makan makanan pedas, gorengan, dan makan malam larut)
Ditandai dengan: mual setelah makan, sering bersendawa
2. Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan: gaya hidup kurang aktif, stres
Ditandai dengan: sering merasa panas di dada
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Nutrisi
- Indikator: Asupan nutrisi adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Target: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat tanpa mengalami mual atau bersendawa setelah makan.
2. Toleransi Aktivitas
- Indikator: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Target: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, tidak lagi merasa panas di dada.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan preferensi makanan pasien
- Edukasi pasien tentang makanan yang baik untuk GERD (menghindari makanan pedas, gorengan, makan malam larut)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Monitoring asupan nutrisi dan status gizi pasien
2. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan gaya hidup pasien saat ini
- Edukasi pasien tentang manfaat aktivitas fisik dan latihan relaksasi untuk mengurangi stres
- Berikan rekomendasi program aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Monitoring toleransi pasien terhadap aktivitas yang dilakukan
3. Terapi Komplementer/Alternatif
- Kaji keinginan dan preferensi pasien terhadap terapi komplementer/alternatif
- Edukasi pasien tentang berbagai terapi komplementer/alternatif yang dapat membantu mengurangi gejala GERD (contoh: akupunktur, herbal, dll.)
- Kolaborasi dengan praktisi terapi komplementer/alternatif untuk memberikan intervensi yang sesuai
- Monitoring efektivitas dan keamanan terapi komplementer/alternatif yang digunakan pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan Intoleransi aktivitas. Hal ini didasarkan pada keluhan pasien yang sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa, serta gaya hidup pasien yang stres dan jarang berolahraga.
Luaran/output yang diharapkan adalah Keseimbangan Nutrisi: Asupan Nutrisi, dan Toleransi Aktivitas. Indikator untuk Keseimbangan Nutrisi adalah pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat tanpa mengalami mual atau bersendawa setelah makan. Sedangkan untuk Toleransi Aktivitas, indikatornya adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, tidak lagi merasa panas di dada.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Nutrisi, Manajemen Aktivitas, dan Terapi Komplementer/Alternatif. Manajemen Nutrisi bertujuan untuk mengatur pola makan pasien agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan menghindari faktor pencetus gejala GERD. Manajemen Aktivitas bertujuan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas sehari-hari melalui program aktivitas fisik dan manajemen stres. Terapi Komplementer/Alternatif diberikan sesuai dengan preferensi pasien untuk membantu mengurangi gejala GERD secara holistik.
Dengan pendekatan komprehensif mencakup asuhan keperawatan dan terapi komplementer/alternatif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi dan toleransi aktivitas yang optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi gejala GERD yang dialami. -
Article No. 20298 | 31 Jul 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di wilayah perkotaan datang ke layanan kesehatan komunitas dengan keluhan sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa. Data dari pengkajian komunitas menunjukkan prevalensi GERD di wilayah tersebut cukup tinggi, sekitar 25-30%, disebabkan oleh pola makan yang tinggi makanan pedas, gorengan, serta kebiasaan makan malam larut dan langsung tidur setelah makan. Pasien memiliki gaya hidup stres dan jarang berolahraga. Pasien sudah menjalani pengobatan medis standar, namun keluhan masih sering muncul. Pasien tertarik mencoba terapi komplementer/alternatif untuk membantu mengurangi gejala GERD. Gunakan diagnosis individu dan diagnosis kelompok atau komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Pasien:
Diagnosa Individu:
1. Gangguan Pola Makan berhubungan dengan pola makan yang buruk.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
3. Resiko Cedera berhubungan dengan gejala GERD.
Diagnosa Komunitas:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Komunitas berhubungan dengan prevalensi GERD yang tinggi di wilayah tersebut.
2. Ketidakefektifan Promosi Kesehatan berhubungan dengan kurangnya edukasi dan intervensi untuk mengatasi GERD di komunitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Diagnosa Individu:
1. Gangguan Pola Makan
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat mengidentifikasi pola makan yang sesuai untuk mengelola GERD.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan tidak ada keluhan panas di dada, mual, atau bersendawa setelah makan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan kelelahan.
3. Resiko Cedera
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat mengelola gejala GERD secara efektif.
- Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat GERD, seperti esofagitis, ulkus, atau pendarahan.
Diagnosa Komunitas:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Komunitas
- Hasil yang Diharapkan: Komunitas dapat mengelola prevalensi GERD secara efektif.
- Kriteria Hasil: Prevalensi GERD di wilayah tersebut menurun.
2. Ketidakefektifan Promosi Kesehatan
- Hasil yang Diharapkan: Komunitas memperoleh edukasi dan intervensi yang efektif untuk mengatasi GERD.
- Kriteria Hasil: Masyarakat di wilayah tersebut memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam mengelola GERD.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Individu:
1. Gangguan Pola Makan:
- Edukasi tentang diet GERD, termasuk menghindari makanan pemicu, makan porsi kecil, dan tidak makan malam terlalu larut.
- Konseling gaya hidup, seperti mengurangi stres dan meningkatkan aktivitas fisik.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Latihan fisik yang disesuaikan dengan toleransi pasien, seperti jalan kaki atau aktivitas ringan.
- Manajemen energi, termasuk mengatur pola istirahat dan aktivitas.
3. Resiko Cedera:
- Edukasi tentang GERD dan pengelolaan gejala, termasuk penggunaan obat-obatan dan terapi komplementer/alternatif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk memantau dan mengevaluasi pengobatan.
Diagnosa Komunitas:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Komunitas:
- Melakukan analisis epidemiologi untuk mengidentifikasi faktor risiko GERD di komunitas.
- Mengembangkan program penanggulangan GERD berbasis komunitas, seperti edukasi, skrining, dan intervensi.
2. Ketidakefektifan Promosi Kesehatan:
- Melakukan edukasi kesehatan tentang GERD dan pengelolaannya di tingkat komunitas.
- Mengembangkan sumber daya dan materi promosi kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat.
- Melibatkan stakeholder lokal dalam upaya promosi kesehatan terkait GERD.
Dengan intervensi yang komprehensif, baik pada level individu maupun komunitas, diharapkan dapat membantu pasien dan masyarakat dalam mengelola GERD secara efektif dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 20299 | 31 Jul 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di wilayah perkotaan datang ke layanan kesehatan komunitas dengan keluhan sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa. Data dari pengkajian komunitas menunjukkan prevalensi GERD di wilayah tersebut cukup tinggi, sekitar 25-30%, disebabkan oleh pola makan yang tinggi makanan pedas, gorengan, serta kebiasaan makan malam larut dan langsung tidur setelah makan. Pasien memiliki gaya hidup stres dan jarang berolahraga. Pasien sudah menjalani pengobatan medis standar, namun keluhan masih sering muncul. Pasien tertarik mencoba terapi komplementer/alternatif untuk membantu mengurangi gejala GERD. Diagnosa: a. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117) (hlm. 258) b. Defisit kesehatan komunitas (D.0110) (hlm. 224) Apa intervensi Komplementer untuk 2 diagnosa di atas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
2. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan (D.0149)
Definisi: Risiko asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
Intervensi Komplementer:
1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
a. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien mampu mengidentifikasi perilaku hidup sehat yang sesuai (L.0121)
- Pasien mampu mengelola perilaku hidup sehat (L.0122)
- Pasien mampu mencari bantuan terkait pemeliharaan kesehatan (L.0123)
b. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Edukasi gaya hidup sehat (I.0188)
- Ajarkan pasien mengenai pola makan yang sehat, seperti mengurangi konsumsi makanan pedas, gorengan, dan makan malam terlalu larut
- Anjurkan pasien untuk berolahraga secara teratur
- Edukasi manajemen stres yang efektif
- Konseling kesehatan (I.0253)
- Bantu pasien mengidentifikasi faktor risiko dan perilaku yang perlu diubah
- Motivasi pasien untuk melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat
- Dukungan Terapi Komplementer (I.0434)
- Fasilitasi pasien untuk mencoba terapi komplementer/alternatif yang aman dan sesuai, seperti akupunktur, herbal, atau mind-body therapy
2. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan (D.0149)
a. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang seimbang (L.0149)
- Pasien dapat mempertahankan berat badan yang ideal (L.0150)
b. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Nutrisi (I.0434)
- Identifikasi faktor risiko yang menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Edukasi pasien mengenai pola makan yang sehat dan jumlah asupan yang tepat
- Konseling Gizi (I.0255)
- Bantu pasien memahami pentingnya pola makan yang sehat
- Motivasi pasien untuk menerapkan pola makan yang seimbang
- Terapi Nutrisi (I.0435)
- Berikan suplemen gizi sesuai kebutuhan pasien
- Pantau status nutrisi pasien secara berkala
Penjelasan rinci:
Intervensi komplementer yang dapat diberikan bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan dan menjaga keseimbangan nutrisi. Edukasi gaya hidup sehat, konseling kesehatan, dan dukungan terapi komplementer dapat membantu pasien mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko terkait GERD. Sedangkan manajemen nutrisi, konseling gizi, dan terapi nutrisi dapat membantu pasien mencapai asupan nutrisi yang seimbang dan mempertahankan berat badan yang ideal. Pendekatan holistik dengan melibatkan terapi komplementer diharapkan dapat membantu mengurangi gejala GERD secara efektif. -
Article No. 20300 | 31 Jul 2025
Klinis : laki-laki 60 tahun gambaran ekg st elevasi II,III,aVf, nyeri ulu hati menjalar ke belakang, nyeri seperti tertekan, keringat dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu laki-laki berusia 60 tahun dengan gambaran EKG ST elevasi pada lead II, III, dan aVf, nyeri ulu hati menjalar ke belakang, nyeri seperti tertekan, dan keringat dingin, maka dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan Sistem Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut (SDKI: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
b. Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyelesaikan aktivitas rutin hidup sehari-hari.
c. Risiko ketidakstabilan hemodinamik (SDKI: 00284)
Definisi: Berisiko mengalami perubahan pada tekanan darah, denyut jantung, curah jantung, atau resistensi pembuluh darah perifer yang dapat mengganggu sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
2. Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Manajemen nyeri (SLKI: 1605)
b. Toleransi aktivitas (SLKI: 0005)
c. Stabilitas hemodinamik (SLKI: 0802)
3. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Manajemen nyeri (SIKI: 1605)
Definisi: Tindakan memfasilitasi berkurangnya rasa nyeri yang dialami pasien.
b. Peningkatan toleransi aktivitas (SIKI: 0005)
Definisi: Tindakan meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lain.
c. Pemantauan hemodinamik (SIKI: 0802)
Definisi: Tindakan pemeriksaan dan pencatatan parameter hemodinamik.
Kode-kode ini merupakan kode yang ditetapkan oleh PPNI untuk memudahkan penggunaan dalam sistem dokumentasi keperawatan. -
Article No. 20301 | 31 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan perutnya nyeri seperti diremqs remasnsejak kemarin, pasien juga mengatakan mual dn mutah hari ini lebih dari 5x, tidak bisa flatus hari in
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau tidak enak di bagian belakang tenggorokan dan perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Konstipasi (00011)
Definisi: Pengurangan frekuensi dan/atau kesulitan dalam defekasi.
Sistem Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kode dan definisi berdasarkan SDKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau tidak enak di bagian belakang tenggorokan dan perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Konstipasi (00011)
Definisi: Pengurangan frekuensi dan/atau kesulitan dalam defekasi.
Sistem Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Kode dan definisi berdasarkan SLKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Kontrol Nyeri (1605)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol sensasi nyeri.
2. Kontrol Mual (1618)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol sensasi mual.
3. Eliminasi Usus Teratur (0501)
Definisi: Pola eliminasi fekal yang teratur dan lancar.
Sistem Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Kode dan definisi berdasarkan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam mengalami dan/atau mengontrol nyeri ke tingkat yang dapat diterima.
2. Manajemen Mual dan Muntah (1450)
Definisi: Upaya untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan sensasi mual dan keinginan untuk muntah.
3. Manajemen Konstipasi (0420)
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi eliminasi usus yang teratur dan lancar. -
Article No. 20302 | 31 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan perutnya nyeri seperti diremqs remasnsejak kemarin, pasien juga mengatakan mual dn mutah hari ini lebih dari 5x, tidak bisa flatus hari in
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri perut, mual, muntah, dan tidak bisa flatus, kemungkinan diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K56.0
- Deskripsi: Ileus paralitik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 46.99
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada usus, tidak diklasifikasikan di tempat lain, yang dapat mencakup intervensi untuk mengatasi ileus paralitik.
Penjelasan:
- Ileus paralitik adalah kondisi di mana terjadi perlambatan atau penghentian sementara pergerakan usus, sehingga menyebabkan gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, dan tidak bisa flatus.
- Kode ICD-10 K56.0 secara spesifik menggambarkan kondisi ileus paralitik.
- Dalam penanganan ileus paralitik, dapat dilakukan prosedur lainnya pada usus, seperti pemberian cairan intravena, dekompresi usus, atau intervensi lainnya untuk mengatasi perlambatan pergerakan usus. Kode ICD-9-CM 46.99 mencakup prosedur-prosedur tersebut.
- Penanganan yang tepat sangat penting untuk mengatasi kondisi ileus paralitik dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi.