Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2587 | 17 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang lancar.
- Faktor yang Berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebihan, adanya infeksi saluran pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial.
2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan gizi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Penurunan nafsu makan, penyakit infeksi.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan pengkajian yang komprehensif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dan luaran keperawatan yang telah ditentukan.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terarah, dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 2588 | 17 Oct 2024
Klinis : kulit kemerahan berkurang, bekas kehitaman. klien alergi kontak sendal jepit gatal berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Alergi Kontak
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Kerusakan Integritas Kulit adalah kondisi di mana individu rentan mengalami kerusakan pada lapisan terluar kulit, seperti kemerahan, gatal, dan perubahan warna kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Integritas Kulit terjaga, ditandai dengan kulit yang tetap bersih, utuh, dan tidak ada perubahan warna atau lesi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab alergi
2. Edukasi mengenai perawatan kulit yang tepat
3. Pemberian obat topikal sesuai anjuran
4. Penggunaan bahan yang tidak mengiritasi kulit
5. Pemantauan kondisi kulit secara berkala
Dengan pendekatan ini, diharapkan klien dapat mengatasi masalah alergi kontak dan mencegah kerusakan kulit yang lebih lanjut. -
Article No. 2589 | 17 Oct 2024
Klinis : pasien 75 tahun, sulit bicara, bibir dan lidah merot ke sisi kiri, tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakkan sejat 4 jam yang lalu saat bangun tidur, tekanan darah 185/120, nandi 90x/menit, pernafasan 14x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah Diagnosa Keperawatan yang mungkin sesuai:
1. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Disfungsi Neurologis
- Penjelasan Singkat: Pasien mengalami kesulitan berbicara, bibir dan lidah merot ke sisi kiri, yang mengindikasikan adanya gangguan neurologis, seperti stroke. Hal ini menyebabkan gangguan dalam kemampuan pasien untuk berkomunikasi secara verbal.
2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Disfungsi Neurologis
- Penjelasan Singkat: Pasien tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki kirinya sejak 4 jam yang lalu, yang juga menunjukkan adanya disfungsi neurologis, seperti stroke. Hal ini menyebabkan hambatan dalam mobilitas fisik pasien.
3. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik Berhubungan dengan Disfungsi Neurologis
- Penjelasan Singkat: Tekanan darah pasien yang tinggi (185/120 mmHg) dan denyut nadi yang cepat (90x/menit) menunjukkan adanya ketidakstabilan hemodinamik, yang dapat disebabkan oleh gangguan neurologis, seperti stroke.
Berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), perawat dapat menggunakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, seperti:
- Memfasilitasi komunikasi pasien
- Mempertahankan mobilitas fisik
- Memantau dan mempertahankan stabilitas hemodinamik
Tujuan utama perawatan adalah untuk memulihkan fungsi pasien, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 2590 | 17 Oct 2024
Klinis : pasien laki-laki usia 65 tahun, tidak sadar sejak 3 jam yang lalu saat bekerja tiba-tiba kejang, muntah-muntah, nafas cepat, ngorok, keringat dingin, mata tampak terbuka dan melirik ke sisi kanan terus, tampak gerakan tangan kanan dan kaki kanan tkaku tidak terkendali, tekanan darah 210/150, nandi 120x/menit, suhu 39 C, RR: 20/menit,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat dan pakar di bidang keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
2. Kejang
3. Hipertermia
4. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan/atau memperbaiki pola napas yang adekuat.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan/atau memperbaiki pola napas yang efektif.
- Penjelasan: Pasien mengalami napas cepat dan ngorok, yang menunjukkan adanya gangguan pola napas tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi kejang dan penurunan kesadaran.
2. Kejang
- SDKI: Perubahan perilaku motorik yang tidak terkendali, yang disertai dengan perubahan kesadaran.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi dan mencegah kejang.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi dan mencegah kejang.
- Penjelasan: Pasien mengalami kejang dengan gejala gerakan tangan kanan dan kaki kanan yang kaku dan tidak terkendali. Hal ini merupakan tanda-tanda kejang.
3. Hipertermia
- SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi dan mencegah peningkatan suhu tubuh.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi dan mencegah peningkatan suhu tubuh.
- Penjelasan: Pasien memiliki suhu tubuh 39°C, yang menunjukkan adanya hipertermia atau peningkatan suhu tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi kejang dan penurunan kesadaran.
4. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
- SDKI: Penurunan aliran darah ke jaringan otak.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan memperbaiki aliran darah ke jaringan otak.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memperbaiki aliran darah ke jaringan otak.
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan kesadaran, mata terbuka dan melirik ke sisi kanan terus, serta memiliki tekanan darah yang sangat tinggi (210/150 mmHg). Hal ini dapat mengindikasikan adanya perubahan perfusi jaringan serebral atau penurunan aliran darah ke otak.
Dalam menangani kondisi pasien ini, perawat perlu segera melakukan tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa yang telah diidentifikasi, seperti mempertahankan jalan napas, mengatasi kejang, menurunkan suhu tubuh, serta mempertahankan dan memperbaiki perfusi jaringan serebral. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya juga diperlukan untuk penanganan yang komprehensif. -
Article No. 2591 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang perawatan setelah didiagnosa Anemia. Pemeriksaan didapatkan TD 90/70 mmHg, N 72x/menit, RR 17x/menit, suhu 36,3°C. Pasien tampak pucat dan lemas. Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 7 g/dl. Pasien disiapkan 2 kolf darah untuk rencana transfusi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Deficient Fluid Volume)
- Definisi: Keadaan di mana tubuh mengalami kekurangan cairan dan/atau zat gizi esensial untuk mempertahankan proses metabolisme tubuh.
- Penyebab: Anemia, perdarahan, kurangnya asupan makanan dan cairan.
- Gejala: Pasien tampak pucat dan lemas, TD rendah, denyut nadi cepat.
2. Intoleransi Aktivitas (Impaired Physical Mobility)
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Penyebab: Anemia yang menyebabkan kelelahan dan penurunan energi.
- Gejala: Pasien memerlukan bantuan keluarga untuk beraktivitas.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi diagnosis keperawatan sesuai dengan SDKI.
- Penentuan penyebab dan gejala berdasarkan data subjektif dan objektif pasien.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti mempertahankan status cairan dan nutrisi yang adekuat, serta peningkatan mobilitas pasien.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan dan nutrisi, serta latihan aktivitas secara bertahap.
Dengan memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan praktik keperawatan yang berpusat pada pasien. -
Article No. 2592 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu. Pasien mempunyai riwayat ARDS. Hasil pemeriksaan didapatkan fokal fremitus lemah, pada saat dilakukan perkusi terdengar pekak. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus diatas adalah? a. CT Scan b. USG c. Rontgen Dada d. Biopsi e. Lab darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi adekuat yang mengakibatkan pertukaran gas tidak optimal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah:
1. Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif.
2. Pasien dapat mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
3. Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa sesak napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi dan pola napas.
2. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
3. Mengajarkan teknik pernapasan yang benar.
4. Memposisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi.
5. Melakukan suction jika diperlukan.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan yang adekuat.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus di atas adalah:
Jawaban yang tepat adalah C. Rontgen Dada
Pemeriksaan rontgen dada dapat membantu menegakkan diagnosis ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang dialami pasien berdasarkan gambaran radiologis yang khas, seperti infiltrat di kedua lapang paru.
Semoga informasi ini bermanfaat. Silakan tanyakan jika ada hal lain yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 2593 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 45 tahun dirawat dengan DM. Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu 400 mg/dl. Pasien mengeluh banyak minum, kencing dan makan. TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi napas 22x/menit dan sakit kepala, terdapat keton dalam urine. Data apakah yang menunjukkan pasien mengalami ketoasidosis ? a. Poli uri b. Gula darah sewaktu 400 mg/dl c. Pernapasan 22x/menit d. Poli dipsi e. Nadi 100 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien perempuan berusia 45 tahun dengan diabetes mellitus (DM) mengalami kondisi yang mengarah pada ketoasidosis diabetik. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme glukosa dan oksidasi lemak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan penurunan berat badan, kurang nafsu makan, dan kadar gula darah meningkat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien akan mempertahankan berat badan dalam batas normal, memiliki nafsu makan yang baik, dan mencapai kadar gula darah dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi intake dan output cairan, memantau kadar glukosa darah, dan memberikan terapi insulin sesuai dengan kondisi pasien.
Penjelasan singkat:
Dari data yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala ketoasidosis diabetik, yang ditandai dengan poliuri (banyak minum dan kencing), hiperglikemia (gula darah sewaktu 400 mg/dl), dan pernapasan cepat (22x/menit). Adanya keton dalam urin juga menunjukkan bahwa pasien mengalami proses katabolisme lemak sebagai sumber energi akibat defisiensi insulin. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. -
Article No. 2594 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 45 tahun dirawat dengan DM. Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu 400 mg/dl. Pasien mengeluh banyak minum, kencing dan makan. TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi napas 22x/menit dan sakit kepala, terdapat keton dalam urine. Data apakah yang menunjukkan pasien mengalami ketoasidosis ? a. Poli uri b. Gula darah sewaktu 400 mg/dl c. Pernapasan 22x/menit d. Poli dipsi e. Nadi 100 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien tersebut tampaknya mengalami ketoasidosis diabetik. Data yang menunjukkan hal ini adalah:
1. Gula darah sewaktu yang tinggi (400 mg/dl)
2. Polidipsi (banyak minum)
3. Poliuria (banyak kencing)
4. Polifagia (banyak makan)
5. Pernapasan cepat (22x/menit)
6. Adanya keton dalam urine
Diagnosa Keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme glukosa.
Penjelasan singkat:
- Pasien mengalami peningkatan metabolisme glukosa akibat ketidakseimbangan insulin, sehingga terjadi peningkatan gula darah yang sangat tinggi.
- Kondisi ini menyebabkan pasien mengalami polidipsi, poliuria, dan polifagia sebagai upaya kompensasi tubuh.
- Selain itu, adanya keton dalam urine menunjukkan terjadi proses katabolisme lemak sebagai sumber energi alternatif.
Rencana Keperawatan (SLKI) yang dapat diterapkan antara lain:
- Pemantauan status nutrisi
- Edukasi tentang diet dan manajemen diabetes
- Pemberian insulin sesuai indikasi untuk mengendalikan kadar gula darah
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang dapat dilakukan:
- Pemantauan kadar gula darah
- Pemberian insulin sesuai indikasi
- Edukasi manajemen diabetes melitus
Jadi, data yang menunjukkan pasien mengalami ketoasidosis adalah gula darah sewaktu yang sangat tinggi (400 mg/dl) dan adanya keton dalam urine. -
Article No. 2595 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien minum bayclin akibat stress karena masalah yang dihadapi tidak kunjung selesai sehingga ingin bunuh diri. Tetangga pasien seorang perawat mengupayakan supaya pasien dapat muntah. Berapa jamkah maksimal setelah pasien menelan racun tindakan mengupayakan muntah akan efektif? a. 4 jam b. 2 jam c. 5 jam d. 1 jam e. 3 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri berhubungan dengan Stres akibat masalah yang belum terselesaikan.
2. Keracunan berhubungan dengan Tertelan Bayclin.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Bunuh Diri: Kondisi di mana individu memiliki niatan dan rencana untuk mengakhiri hidup.
2. Keracunan: Kondisi di mana individu mengalami toksisitas akibat terpapar zat berbahaya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Bunuh Diri: Individu dapat mengenali dan mengelola faktor risiko, mencari bantuan, dan memiliki harapan.
2. Keracunan: Individu dapat mempertahankan fungsi vital, mengurangi dampak toksisitas, dan mencegah komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Bunuh Diri: Pengkajian risiko, pengelolaan krisis, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Keracunan: Stabilisasi kondisi, detoksifikasi, dan pemantauan komplikasi.
Untuk tindakan mengupayakan muntah setelah pasien menelan racun, berdasarkan literatur, waktu maksimal yang efektif adalah 2 jam setelah paparan racun. Setelah 2 jam, kemampuan tubuh untuk mengeluarkan racun secara alami akan menurun, sehingga tindakan lain seperti pemberian antidotum atau dekontaminasi perlu segera dilakukan.
Jadi, jawaban yang tepat adalah opsi b. 2 jam. -
Article No. 2596 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki beusia 37 tahun dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, perawat telah melakukan primary survey dan didapatkan Thorax Dextra tidak sejajar saat bernafas, suara nafas menurun dan saat di perkusi hipersonor pada paru Dextra,terdapat distensi vena jugularis, TD 90/60 mmHg, N: 100x/menit, RR: 26x/menit dan dangkal, akral dingin. Data pengkajian yang termasuk data breathing yaitu a. TD 90/60 mmHg, N: 100x/menit b. Akral dingin c. Kecelakaan lalu lintas d. Thorax Dextra tidak sejajar, hipersonor pada paru Dextra e. Distensi vena jugularis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif (SDKI: Ventilasi Tidak Efektif)
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan suara napas, thoraks tidak sejajar saat bernafas, dan ditemukan hipersonor pada paru, yang menunjukkan adanya gangguan ventilasi paru.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Ventilasi Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- Karakteristik Mayor: Perubahan frekuensi pernapasan, perubahan kedalaman pernapasan, perubahan irama pernapasan, penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
- Faktor Terkait: Cedera thoraks, obstruksi jalan napas, gangguan neuromuskular.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Pola Napas: Pasien menunjukkan frekuensi, kedalaman, dan irama napas yang adekuat.
2. Oksigenasi: Pasien menunjukkan kadar oksigen dalam darah dan jaringan yang adekuat.
3. Status Ventilasi: Pasien menunjukkan fungsi ventilasinya yang optimal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Ventilasi
Dengan demikian, perawatan yang dapat diberikan adalah mempertahankan jalan napas, memantau dan mempertahankan oksigenasi, serta mengelola ventilasi pasien agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen yang adekuat.