Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2570 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia mengeluh tidak bisa berjalan karena sendi kakinya sangat nyeri, Lansia tersebut masih melakukan aktivitas secara mandiri. Diagnosis keperawatan yang dapat dirumuskan adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai perawat pakar, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Mobilitas Fisik Terganggu
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Mobilitas Fisik Terganggu didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau rentang gerak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat meningkatkan mobilitas fisik secara bertahap, dengan indikator utama seperti peningkatan kemampuan berjalan, rentang gerak, dan kekuatan otot.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk meningkatkan mobilitas.
2. Terapi Latihan: Memberikan latihan fisik yang terstruktur untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan rentang gerak.
3. Terapeutik: Memberikan kenyamanan dan mengelola nyeri sendi untuk memfasilitasi mobilitas.
Dengan penanganan yang tepat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien lansia dapat meningkatkan mobilitas fisiknya secara bertahap dan dapat mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 2571 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang nenek, 70 tahun, tinggal di PSTW, mengeluh jari-jari kaki dan tangan sering kaku khususnya kalau suhu udara dingin. Aktifitas dapat dilakukan mandir Apakah tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi dan mengurangi kaku pada nenek tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat professional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan rencana tindakan keperawatan berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Sirkulasi Perifer (SDKI)
Definisi: Penurunan atau gangguan aliran darah ke bagian distal tubuh.
Karakteristik Mayor: Jari-jari ekstremitas sering kaku, terutama saat suhu dingin.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Karakteristik Mayor: Kemampuan melakukan aktivitas mandiri.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Manajemen Sirkulasi (SLKI)
- Lakukan terapi hangat pada ekstremitas (kompres hangat, massage, rendam air hangat) untuk meningkatkan aliran darah.
- Anjurkan pasien melakukan latihan fisik ringan seperti pergerakan sendi dan jari-jari secara teratur.
- Anjurkan pasien untuk menghindari paparan dingin yang berlebihan.
2. Manajemen Energi (SLKI)
- Anjurkan pasien untuk beristirahat secukupnya sebelum dan setelah aktivitas.
- Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan berikan bantuan jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
3. Edukasi Kesehatan (SIKI)
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga sirkulasi darah dan mengontrol paparan dingin.
- Latih pasien dan keluarga dalam melakukan terapi hangat dan latihan fisik sederhana.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan perawatan komprehensif.
Dengan implementasi rencana tindakan keperawatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi kekakuan pada ekstremitas, dan mempertahankan kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 2572 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat spesialis, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Intervensi keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
Penyebab:
1. Peningkatan produksi sekret
2. Penurunan refleks batuk
3. Iritasi atau inflamasi saluran napas
4. Kelemahan otot-otot pernapasan
Gejala dan Tanda:
1. Adanya sekret dalam saluran napas
2. Suara napas tambahan (mengi, wheezing)
3. Perubahan pola napas
4. Ketidaknyamanan dalam bernapas
5. Gangguan oksigenasi
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi Diagnosis: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan produksi sekret, penurunan refleks batuk, iritasi atau inflamasi saluran napas, kelemahan otot-otot pernapasan.
- Gejala dan Tanda: Adanya sekret dalam saluran napas, suara napas tambahan (mengi, wheezing), perubahan pola napas, ketidaknyamanan dalam bernapas, gangguan oksigenasi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran Keperawatan: Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
- Indikator: Frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada sianosis, oksigenasi adekuat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan patensi jalan napas dengan membersihkan sekret atau obstruksi.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi, Monitor pola napas, Bantu pasien dalam batuk efektif, Lakukan suction jika perlu, Berikan oksigen sesuai kebutuhan, Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Dalam kondisi "Intervensi keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif", fokus utama adalah mengatasi masalah ketidakefektifan pembersihan jalan napas. Perawat harus melakukan assessment, intervensi, dan evaluasi yang komprehensif untuk memastikan patensi jalan napas pasien tetap terjaga. -
Article No. 2573 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Intervensi keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif" dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi (SDKI):
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
Faktor Terkait (SDKI):
1. Kelelahan otot pernapasan
2. Kelemahan otot pernapasan
3. Peningkatan produksi sekret
4. Obstruksi jalan nafas
Karakteristik Definisi (SDKI):
1. Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas
2. Suara napas tambahan (ronki, wheezing, mengi)
3. Perubahan frekuensi pernapasan
4. Penggunaan otot bantu pernapasan
5. Sekret berlebihan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Nafas
2. Manajemen Ventilasi
3. Manajemen Oksigenasi
4. Manajemen Sekret
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Permeabilitas Jalan Nafas
2. Status Ventilasi
3. Status Oksigenasi
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan, sehingga jalan nafas menjadi tidak terbuka dengan baik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelelahan otot pernapasan, kelemahan otot pernapasan, peningkatan produksi sekret, atau obstruksi jalan nafas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan nafas, manajemen ventilasi, manajemen oksigenasi, dan manajemen sekret. Tujuannya adalah untuk mempertahankan permeabilitas jalan nafas, status ventilasi, dan status oksigenasi yang optimal. Evaluasi keberhasilan intervensi dapat dilihat dari luaran keperawatan yang mencakup permeabilitas jalan nafas, status ventilasi, dan status oksigenasi. -
Article No. 2574 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan dari intervensi ini adalah:
1. Jalan napas terbuka
2. Tidak ada sianosis
3. Tidak ada retraksi dinding dada
4. Frekuensi napas dalam rentang normal
5. Suara napas normal
Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merekomendasikan intervensi-intervensi berikut untuk mengatasi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif:
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Ventilasi
3. Manajemen Oksigenasi
4. Manajemen Batuk
5. Manajemen Sekresi
Sebagai seorang perawat, saya akan mengkaji secara komprehensif kondisi pasien, memantau tanda-tanda vital, dan melakukan intervensi-intervensi yang sesuai untuk memastikan bersihan jalan napas yang efektif dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 2575 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang kakek, 75 tahun, tinggal di PSTW, mengalami paska stroke dan harus berbaring di atas tempat tidur. Semua kebutuhan dipenuhi oleh pramuwisma. Hasil pengkajian didapatkan data sebelah sisi kanan badannya tidak bisa digerakkan. Apakah diagnose keperawatan utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Defisit Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis Pascastroks
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Defisit Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
- Faktor yang Berhubungan: Hemiparesis pascastroks, yang menyebabkan keterbatasan pergerakan pada satu sisi tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan.
- Kriteria Hasil: Klien dapat bergerak dengan bantuan minimal, klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal, dan klien menunjukkan tidak adanya komplikasi terkait imobilitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Aktivitas, Perawatan Diri: Mandi, Perawatan Diri: Berpakaian, Terapi Latihan Pergerakan, dan Terapi Latihan: Ambulasi.
- Tujuan Intervensi: Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik klien, memenuhi kebutuhan perawatan diri, dan mencegah komplikasi akibat imobilitas.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kasus ini adalah Defisit Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis Pascastroks. Perawat akan fokus pada intervensi yang bertujuan meningkatkan mobilitas fisik klien, memenuhi kebutuhan perawatan diri, dan mencegah komplikasi terkait imobilitas. -
Article No. 2576 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan ventilasi spontan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intervensi keperawatan gangguan ventilasi spontan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Ventilasi Spontan
Definisi:
Gangguan Ventilasi Spontan adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memulai ventilasi spontan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gejala dan tanda mayor: Frekuensi napas tidak normal, Penggunaan otot bantu napas, Perubahan pola napas.
Gejala dan tanda minor: Sianosis, Kesulitan bicara, Iritabilitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat.
2. Pasien menunjukkan pola napas yang normal.
3. Pasien tidak mengalami komplikasi akibat gangguan ventilasi spontan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitoring tanda-tanda vital (Frekuensi napas, Saturasi oksigen, dll.)
2. Pemberian Oksigen sesuai kebutuhan
3. Pengaturan posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan penyebab gangguan ventilasi
Secara singkat, diagnosa keperawatan Gangguan Ventilasi Spontan merupakan kondisi di mana pasien tidak dapat mempertahankan atau memulai ventilasi spontan yang adekuat. Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi monitoring tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pengaturan posisi, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mengatasi penyebab gangguan ventilasi. -
Article No. 2577 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan ventilasi spontan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan ventilasi spontan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Ventilasi Spontan
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat untuk mendukung kehidupan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif, Ketidakefektifan pola napas, Gangguan pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Ventilasi spontan yang adekuat, Status respirasi membaik, Pertukaran gas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi, Manajemen oksigenasi.
Penjelasan Singkat:
Gangguan ventilasi spontan merupakan kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk mendukung kehidupan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada sistem pernapasan, kelainan neurologis, atau kondisi penyakit lainnya.
Dalam SDKI, diagnosa keperawatan yang terkait dengan kondisi ini adalah Pola napas tidak efektif, Ketidakefektifan pola napas, dan Gangguan pertukaran gas. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Ventilasi spontan yang adekuat, Status respirasi membaik, dan Pertukaran gas yang efektif, sesuai dengan SLKI.
Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi, dan Manajemen oksigenasi, sesuai dengan SIKI. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan ventilasi spontan pasien, serta memastikan pertukaran gas yang efektif.
Sebagai pakar perawat, saya menekankan pentingnya pemantauan yang ketat, intervensi yang tepat, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam mengelola kondisi gangguan ventilasi spontan pada pasien. -
Article No. 2578 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia yang tinggal PSTW di dapati berat badannya mengalami penurunan, pasien mengeluhkan selera makan berkurang, makanan yang di sajikan sering disisakan, pasien mengatakan tidak ada gangguan saat menelan. Manakah pernyataan dibawah ini yang tidak perlu dilakukan oleh perawat dalam mencukupi kebutuhan nutrisi lansia diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, seorang lansia yang tinggal di PSTW mengalami penurunan berat badan, penurunan selera makan, dan seringkali menyisakan makanan yang disajikan. Meskipun tidak ada gangguan saat menelan, kondisi ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi, di mana asupan nutrisi yang diterima oleh pasien kurang dari kebutuhan tubuhnya.
Dalam mencukupi kebutuhan nutrisi lansia di atas, pernyataan yang tidak perlu dilakukan oleh perawat adalah:
"Memberikan makanan tambahan yang dapat menyebabkan alergi atau intoleransi pada pasien."
Alasannya, perawat harus mempertimbangkan dengan cermat makanan tambahan yang diberikan agar tidak menimbulkan efek samping yang merugikan bagi pasien. Sebaliknya, perawat perlu melakukan intervensi yang tepat, seperti:
1. Mengevaluasi preferensi dan riwayat makanan pasien.
2. Menyajikan makanan yang menarik, bervariasi, dan sesuai dengan selera pasien.
3. Memantau dan mencatat asupan nutrisi pasien.
4. Memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pentingnya nutrisi yang adekuat.
5. Berkoordinasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana intervensi nutrisi yang sesuai.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, perawat dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi lansia dan mengatasi risiko ketidakseimbangan nutrisi. -
Article No. 2579 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia berusia 60 tahun sedang mendapatkan perawatan di ruang Geriatric. Hasil pengkajian didapatkan data ekstremitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan secara aktif, kulit disekitar area penonjolan tulang tampak kemerahan, klien lemas. Hasil pengajian Tekanan darah 180/100 mmHg, Nadi 88 x/menit, Suhu 37,7, pernafasan 20x/menit. Apa yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kenyamanan pada klien ? a. Memberikan kompres air hangat b. Melakukan masage c. Mobilisasi tiap 2 jam d. Memonitor kulit klien e. Melatih ROM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas (SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit)
Penjelasan: Klien mengalami imobilitas pada ekstremitas atas dan bawah yang dapat menyebabkan risiko kerusakan integritas kulit, terutama di area penonjolan tulang.
2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi (SDKI: Penurunan Perfusi Jaringan)
Penjelasan: Hasil pemeriksaan tekanan darah klien menunjukkan hipertensi, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
Penjelasan: Klien mengalami kelemahan fisik yang ditandai dengan lemas, sehingga memiliki intoleransi terhadap aktivitas.
Tindakan keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan kenyamanan klien adalah:
a. Memberikan kompres air hangat
Penjelasan: Kompres air hangat dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi risiko kerusakan integritas kulit pada area penonjolan tulang.
b. Melakukan masase
Penjelasan: Masase dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, mencegah kekakuan sendi, dan meningkatkan kenyamanan klien.
d. Memonitor kulit klien
Penjelasan: Pemantauan kulit secara berkala penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda kerusakan integritas kulit dan mengambil tindakan pencegahan.
e. Melatih ROM (Range of Motion)
Penjelasan: Latihan ROM dapat membantu mempertahankan fungsi sendi dan mencegah kontraktur, serta meningkatkan kenyamanan klien.