Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4462 | 04 Nov 2024
Klinis : Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun Keletihan b.d kondisi fisiologis d.d mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin jelaskan luaran dan intervensi yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
- Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang potensial atau aktual, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab SDKI: Kondisi muskuloskeletal kronis.
- Gejala SDKI: Mengeluh nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas.
- Luaran SLKI: Manajemen Nyeri
- Intervensi SIKI: Manajemen Nyeri Kronis, termasuk pemberian analgesik, terapi panas/dingin, dan aktivitas untuk mengurangi nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi SDKI: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terarah pada satu atau lebih ekstremitas.
- Penyebab SDKI: Nyeri.
- Gejala SDKI: Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
- Luaran SLKI: Mobilitas Fisik
- Intervensi SIKI: Terapi Latihan Gerak, Manajemen Nyeri, dan Perawatan Ekstremitas untuk meningkatkan mobilitas fisik.
3. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
- Definisi SDKI: Pengalaman subjektif ketidakmampuan yang menetap dan berkepanjangan untuk memulai dan menuntaskan kegiatan.
- Penyebab SDKI: Kondisi fisiologis.
- Gejala SDKI: Mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin.
- Luaran SLKI: Manajemen Energi
- Intervensi SIKI: Manajemen Kelelahan, Peningkatan Aktivitas, dan Manajemen Nutrisi untuk meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan.
Secara akademis, sebagai seorang perawat pakar, saya merekomendasikan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah yang Anda deskripsikan. Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan luaran yang diharapkan dapat dicapai secara efektif. -
Article No. 4463 | 04 Nov 2024
Klinis : pasien dengan pre eklamsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan pre-eklamsia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Terganggu
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menimbulkan kerusakan neuron.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Ginjal
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
3. Risiko Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan cairan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi organ.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berisi definisi, faktor risiko, karakteristik, dan kriteria hasil untuk setiap diagnosa keperawatan. Ini menjadi acuan bagi perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang akurat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Berisi definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil untuk setiap luaran keperawatan. Ini membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Berisi definisi, tujuan, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan. Ini menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang berperan dalam pengembangan dan implementasi SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 4464 | 04 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pusing berputar Pasien mengatakan jika bejalan ingin jatuh Pasien mengatakan trombosit rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Pusing Berputar dan Trombosit Rendah
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Jatuh didefinisikan sebagai kondisi ketidakstabilan atau ketidakmampuan individu untuk mempertahankan posisi tubuh yang aman sehingga meningkatkan kemungkinan terjatuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat meningkatkan kemampuan dalam menjaga keseimbangan dan mencegah risiko jatuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi faktor risiko jatuh
- Pemberian edukasi terkait pencegahan jatuh
- Penggunaan alat bantu jalan atau bantuan orang lain saat mobilisasi
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi bahaya jatuh
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status trombosit secara rutin
Dalam kondisi ini, pusing berputar dan trombosit rendah meningkatkan risiko jatuh pada pasien, sehingga perawat perlu mengidentifikasi faktor risiko, memberikan intervensi yang tepat, dan memantau perkembangan pasien untuk mencegah terjadinya jatuh. -
Article No. 4465 | 04 Nov 2024
Klinis : intervensi perfusi meningkat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "intervensi perfusi meningkat".
1. Kode ICD-10:
- Kode: I70.0
- Deskripsi: Aterosklerosis aorta
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.50
- Deskripsi: Tindakan revaskularisasi arteri perifer, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 I70.0 (Aterosklerosis aorta):
- Aterosklerosis adalah kondisi di mana plak terakumulasi di dinding arteri, menyebabkan penyempitan dan pengurangan aliran darah.
- Kode I70.0 secara spesifik menggambarkan aterosklerosis yang terjadi di aorta, yang merupakan arteri utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
- Peningkatan intervensi perfusi dapat terjadi sebagai respons tubuh untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang terkena dampak dari penyempitan arteri akibat aterosklerosis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 39.50 (Tindakan revaskularisasi arteri perifer, tidak diklasifikasikan di tempat lain):
- Tindakan revaskularisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memperbaiki atau memulihkan aliran darah ke jaringan yang terkena dampak penyempitan arteri.
- Kode 39.50 mencakup berbagai teknik revaskularisasi arteri perifer, seperti angioplasti, stenting, atau bypass arteri, yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyempitan arteri akibat aterosklerosis.
- Peningkatan intervensi perfusi dapat menjadi indikasi untuk melakukan tindakan revaskularisasi arteri perifer untuk memperbaiki aliran darah dan mengurangi gejala yang terkait. -
Article No. 4466 | 04 Nov 2024
Klinis : hipervolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipervolemia:
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelebihan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu mengalami peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Kelebihan Volume Cairan adalah pasien dapat menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, tidak terjadi edema, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kelebihan Volume Cairan meliputi:
a. Pantau intake dan output cairan
b. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian terapi diuretik
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
e. Observasi tanda-tanda vital dan tanda klinis kelebihan volume cairan
Sebagai perawat, saya memahami kondisi hipervolemia ini dan akan bekerja secara profesional untuk membantu pasien mengatasi masalah ini sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku. -
Article No. 4467 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang anak perempuan umur 4 tahundi antar orang tuanya ke UGD karena panas sudah 3 hari dan muntah-muntah . Hasil pengkajian didapatkan data : pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis. Akral dingin, nadi 100 kali permenit, suhu tubuh 38,6°C, pernafasan 28 kali permenit, petikie pada ektremitas .Trombosit 87.000 /mm3 , Hematokrit 40 %.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala kekurangan volume cairan, seperti lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis, akral dingin, dan petikie pada ekstremitas. Hal ini menunjukkan adanya dehidrasi. Selain itu, data laboratorium juga mendukung kondisi ini, yaitu trombosit rendah dan hematokrit normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kekurangan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai keseimbangan cairan dengan kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Mukosa dan membran tubuh lembab
- Turgor kulit baik
- Tidak ada edema
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
- Monitoring tanda-tanda vital
- Observasi intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena
- Pemberian antiemetik (jika diperlukan)
- Edukasi tentang pentingnya hidrasi dan pencegahan dehidrasi -
Article No. 4468 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang anak perempuan umur 4 tahundi antar orang tuanya ke UGD karena panas sudah 3 hari dan muntah-muntah . Hasil pengkajian didapatkan data : pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis. Akral dingin, nadi 100 kali permenit, suhu tubuh 38,6°C, pernafasan 28 kali permenit, petikie pada ektremitas .Trombosit 87.000 /mm3 , Hematokrit 40 %.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan (Defisit Volume Cairan) berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebih akibat muntah-muntah.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kekurangan Volume Cairan adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Setelah mendapatkan intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan tanda-tanda status cairan yang adekuat, seperti mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, nadi dan denyut jantung normal, serta suhu tubuh normal.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemberian obat-obatan, dan edukasi tentang manajemen cairan.
Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar praktik keperawatan, termasuk dalam penanganan kasus defisit volume cairan pada anak. Standar ini mencakup pengkajian yang komprehensif, perumusan diagnosa keperawatan yang tepat, perencanaan intervensi yang sesuai, implementasi tindakan keperawatan, serta evaluasi hasil asuhan keperawatan. -
Article No. 4469 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang anak perempuan umur 4 tahundi antar orang tuanya ke UGD karena panas sudah 3 hari dan muntah-muntah . Hasil pengkajian didapatkan data : pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis. Akral dingin, nadi 100 kali permenit, suhu tubuh 38,6°C, pernafasan 28 kali permenit, petikie pada ektremitas .Trombosit 87.000 /mm3 , Hematokrit 40 %.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Dehidrasi Akut
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Dehidrasi Akut adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dan berlebihan, yang dapat mengancam kelangsungan hidup.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hidrasi Cairan Adekuat
2. Tekanan Darah dalam Batas Normal
3. Suhu Tubuh dalam Batas Normal
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemberian Cairan Intravena
3. Terapi Antiemetik
4. Edukasi tentang Pencegahan Dehidrasi
Berdasarkan kondisi pasien yang ditampilkan, yaitu anak perempuan usia 4 tahun dengan gejala panas, muntah-muntah, tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis, akral dingin, nadi cepat, suhu tubuh tinggi, dan trombosit serta hematokrit yang rendah, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah Risiko Dehidrasi Akut. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, terapi antiemetik, dan edukasi tentang pencegahan dehidrasi. -
Article No. 4470 | 04 Nov 2024
Klinis : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Sputum berlebih
- Bunyi napas tambahan
- Perubahan frekuensi napas
- Perubahan irama napas
- Perubahan kedalaman napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Jalan napas terbuka
- Batuk efektif
- Irama napas normal
- Tidak ada suara napas tambahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan jalan napas
- Pengaturan posisi
- Fisioterapi dada
- Manajemen jalan napas
- Edukasi perawatan jalan napas
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang tepat untuk mengatasi masalah "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" pada pasien. Hal ini bertujuan untuk memastikan jalan napas pasien tetap bersih dan terbuka, sehingga fungsi pernapasan dapat berjalan optimal.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. Terima kasih. -
Article No. 4471 | 04 Nov 2024
Klinis : Tuan G masuk rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan alasan pasien mengatakan ingin mati saja dan mencoba bunuh diri dengan menusukan pisau ke bagian perut kanannya dan mencoba meminum pemutih pakaian. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami perubahan sejak seminggu yang lalu, pasien tidak mau makan selama seminggu karena merasa ingin mati saja dan pasien mengalami kesulitan tidur khususnya malam hari. Pasien mengatakan putus asa dalam menjalani hidup karena di tinggal istri dan anaknya dalam kecelakaan 3 bulan lalu dan setahun terkahir klien menganggur karena diPHK dari pekerjaannya klien merasa malu dan sudah tidak berguna lagi. Saat ini skor klien 4 saat dikaji dengan SIRS (Suicidal Intervention Rating Scale,) sehingga klien diobservasi ketat. Sebutkan diagnosa SDKI, dan tentukan SLKI dan SIKI, dan tentukan diagnosa medisnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: X60
- Deskripsi: Intentional self-poisoning by and exposure to nonopioid analgesics, antipyretics, and antirheumatics
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.21
- Deskripsi: Exploratory laparotomy
Diagnosis Keperawatan (SDKI):
1. Risiko bunuh diri (00150) berhubungan dengan perasaan putus asa, kehilangan, dan frustrasi akibat perubahan hidup yang signifikan.
2. Gangguan pola tidur (00198) berhubungan dengan kecemasan dan stres emosional akibat peristiwa kehilangan.
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078) berhubungan dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar akibat depresi.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen risiko bunuh diri
2. Peningkatan pola tidur
3. Manajemen kesehatan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi perilaku bunuh diri
2. Terapi relaksasi
3. Edukasi manajemen kesehatan
Diagnosis Medis:
1. Percobaan bunuh diri dengan luka tusuk pada perut dan intoksikasi zat pemutih pakaian, terkait dengan depresi berat pasca kehilangan pasangan dan pekerjaan.
Penjelasan:
Pasien Tuan G menunjukkan gejala depresi berat dengan adanya percobaan bunuh diri menggunakan pisau dan zat pemutih pakaian, serta perubahan pola makan dan tidur. Hal ini dipicu oleh peristiwa kehilangan yang signifikan, yaitu meninggalnya pasangan dan anak serta kehilangan pekerjaan. Pasien merasa putus asa, malu, dan merasa tidak berguna lagi, sehingga berisiko tinggi untuk bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan intervensi medis dan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi ini.