Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2560 | 17 Oct 2024
Klinis : Pasien datang dengan kontraksi teratur sejak 6 jam yang lalu disertai dengan nyeri kepala hebat dan pembengkakan pada kaki dan tangan. Pasien juga mengeluhkan penglihatan buram serta merasa lemas. Ny. D mulai merasakan kontraksi setiap 10 menit, yang menjadi semakin intens dalam 4 jam terakhir. Disertai dengan keluhan pusing, nyeri kepala, dan bengkak pada kaki dan tangan. Pasien menyatakan penglihatan buram dan terkadang melihat kilatan cahaya (scotoma). Pasien juga merasa mual dan sulit tidur akibat sakit kepala yang terus menerus. Tidak ada perdarahan pervaginam atau cairan ketuban yang pecah. Sebelumnya, pasien telah didiagnosis dengan preeklampsia pada usia kehamilan 36 minggu, dan sejak itu mendapatkan terapi antihipertensi. Ini adalah kehamilan kedua Ny. D. Pada kehamilan sebelumnya, ia melahirkan secara normal pada usia kehamilan 38 minggu tanpa komplikasi. Saat ini, pasien menjalani kontrol kehamilan rutin dan telah diberikan terapi antihipertensi sejak trimester ketiga. Tidak ada riwayat perdarahan selama kehamilan, tetapi pasien melaporkan pembengkakan dan tekanan darah tinggi sejak usia kehamilan 36 minggu. Ada riwayat hipertensi pada ibu pasien. Tidak ada riwayat penyakit kronis lain seperti diabetes atau penyakit jantung. Kesadaran: Compos mentis Tekanan darah: 170/110 mmHg Nadi: 92x/menit Suhu: 36,8°C RR: 24x/menit BB: 70 kg Edema: Derajat 2+ pada tungkai bawah, tangan, dan wajah Konjungtiva: Tidak pucat Refleks patela: Hiperrefleksia (+) His: Teratur, setiap 5 menit, durasi 40 detik DJJ: 140x/menit. Pembukaan: 3 cm, ketuban belum pecahm Urinalisis: Proteinuria (+3) Kadar elektrolit dan fungsi ginjal: Normal Kadar hemoglobin: 11 g/dL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, definisi, dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan Cairan Melalui Pembengkakan
Definisi SDKI:
Kondisi di mana individu berisiko mengalami kekurangan volume cairan tubuh yang disebabkan oleh kehilangan cairan melalui pembengkakan.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami pembengkakan pada kaki, tangan, dan wajah yang menunjukkan adanya risiko kekurangan volume cairan. Hal ini disebabkan oleh preeklampsia yang mengganggu fungsi ginjal sehingga cairan tertimbun di jaringan.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Kontraksi Uterus
Definisi SDKI:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, yang dapat disebabkan oleh kontraksi uterus.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kontraksi uterus yang teratur dan semakin intens, disertai dengan nyeri kepala hebat yang merupakan gejala dari preeklampsia. Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi uterus.
3. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi SDKI:
Pengalaman terbatas atau terganggu dalam menerima, memproses, dan/atau menginterpretasikan rangsangan visual yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami penglihatan buram dan melihat kilatan cahaya (scotoma) yang merupakan gejala peningkatan tekanan intrakranial akibat preeklampsia.
4. Ansietas Berhubungan dengan Ketidakpastian Kondisi Kesehatan
Definisi SDKI:
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya yang tidak diketahui atau tidak dapat dikendalikan.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gejala preeklampsia yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin, sehingga menimbulkan perasaan cemas dan khawatir terhadap kondisi kesehatannya.
Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI) yang sesuai dapat didiskusikan lebih lanjut. -
Article No. 2561 | 17 Oct 2024
Klinis : S : - ( pasien belum sadar penuh dari anestesi) O : terdapat luka pasca operasi di telapak tangan kanan, terdapat suara nafas tambahan stridor, pasien belum sadarkan penuh akibat efek dari anestesi Hasil tanda tanda vital TD: 149 / 87 mmHg Nadi : 101 x/mnt Suhu 36,3 0 c SpO2 98 % ( dengan bantuan nasal kanul 3 lpm)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Penjelasan:
- Berdasarkan data subjektif dan objektif, pasien menunjukkan adanya suara nafas tambahan stridor, yang mengindikasikan pola napas tidak efektif.
- Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Perubahan Perfusi Jaringan Perifer (00204)
Penjelasan:
- Berdasarkan data objektif, pasien memiliki luka pasca operasi di telapak tangan kanan, yang dapat memengaruhi perfusi jaringan perifer.
- Perubahan Perfusi Jaringan Perifer didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
3. Ketidaksadaran (00060)
Penjelasan:
- Berdasarkan data subjektif dan objektif, pasien belum sadarkan penuh akibat efek dari anestesi.
- Ketidaksadaran didefinisikan sebagai kurangnya respons yang berarti terhadap stimulasi internal atau eksternal.
SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosis Keperawatan yang teridentifikasi berdasarkan SDKI adalah Pola Napas Tidak Efektif, Perubahan Perfusi Jaringan Perifer, dan Ketidaksadaran.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan yang sesuai dengan diagnosis di atas adalah Pemeliharaan Jalan Napas, Perfusi Jaringan, dan Tingkat Kesadaran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, Manajemen Perfusi Jaringan, dan Manajemen Tingkat Kesadaran. -
Article No. 2562 | 17 Oct 2024
Klinis : stroke post VP Shunt POD 1, hemiparese kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Mobilitas Fisik Terganggu
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja, seperti keterbatasan dalam perpindahan, kecepatan, koordinasi, atau ketahanan.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit neurologis (stroke), pembedahan (VP Shunt).
- Gejala dan Tanda: Hemiparese kiri, penurunan tonus otot.
2. Risiko Jatuh
- Definisi: Peningkatan kerentanan individu untuk terjatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
- Faktor yang Berhubungan: Gangguan mobilitas, penyakit neurologis (stroke).
- Gejala dan Tanda: Penurunan keseimbangan, gangguan gait.
3. Perubahan Perfusi Serebral
- Definisi: Gangguan pada aliran darah, oksigenasi, dan nutrisi ke otak.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit vaskuler otak (stroke).
- Gejala dan Tanda: Hemiparese kiri, perubahan status mental.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI mencakup definisi, faktor yang berhubungan, dan gejala/tanda diagnosis keperawatan yang digunakan dalam praktik keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SLKI mencakup definisi, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI mencakup definisi, aktivitas, dan rasional dari intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan, menjamin keseragaman praktik keperawatan, dan mencapai outcome yang optimal bagi pasien. -
Article No. 2563 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang lamsta mengeluh tidale blia berjalan horena sendi lealinya sangat nyeri, Lansia tenebut mosh maloukon okittuitos secara mandir Diagnosis reperawatan yang dapat dirumuskan adalah a. Ruko cadero Katidoliberdayoon Rukkie pendarahan 24-25 d. Gangguan mobilitas fisik Rhiko intoleranil aktifitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, Diagnosis Keperawatan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terarah, yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan mudah di lingkungannya.
Penjelasan:
- Seorang lansia mengeluhkan tidak bisa berjalan karena sendi lutainya sangat nyeri.
- Hal ini menunjukkan adanya keterbatasan dalam gerakan fisik yang dapat mengganggu kemampuan lansia untuk bergerak dengan bebas dan mudah di lingkungannya.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Kode Diagnosis: D.0092
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terarah, yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan mudah di lingkungannya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Kode Luaran: L.0116
- Judul: Mobilitas Fisik
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak dengan bebas dan mudah di lingkungan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Kode Intervensi: I.0271
- Judul: Peningkatan Mobilitas
- Definisi: Upaya untuk membantu meningkatkan kemampuan fisik seseorang dalam bergerak secara mandiri.
Jadi, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Mobilitas Fisik". -
Article No. 2564 | 17 Oct 2024
Klinis : pasien wanita 51 tahun, sesak napas, 30x/m, saturasi 92-95%, dapat oksigen 3lt
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang disajikan, yakni wanita berusia 51 tahun dengan keluhan sesak napas, frekuensi napas 30x/menit, dan saturasi oksigen 92-95% dengan terapi oksigen 3 liter per menit, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan Pola Napas Tidak Efektif.
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit paru-paru, gangguan neuromuskular, atau ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan produksi karbondioksida.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), tanda dan gejala dari Pola Napas Tidak Efektif meliputi peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dan penurunan saturasi oksigen. Kondisi pasien yang disajikan memenuhi kriteria tersebut, sehingga diagnosa Pola Napas Tidak Efektif dapat ditegakkan.
Selanjutnya, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan luaran yang diharapkan untuk Pola Napas Tidak Efektif, antara lain peningkatan kemampuan bernafas, perbaikan pola napas, dan peningkatan saturasi oksigen. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan panduan intervensi yang dapat dilakukan, seperti pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab mendasar.
Dalam mengelola kasus ini, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian yang komprehensif, menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 2565 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang kakek, 75 tahun, tinggal di PSTW, mengalami paska stroke dan harus berbaring di atas tempat tidur. Semua kebutuhan dipenuhi oleh pramuwisma. Hasil pengkajian didapatkan data sebelah shi kanan badannya tidak bisa digerakkan. Apakah diagnose kelkeperawatan utama pada kasus diatas? a. Resiko injury jatuh b. Resiko perubahan integritas bullt c. Gangguan mobilitas fisik d. Gangguan personal hyigine e. Resiko terjadinya deformitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk pasien adalah:
c. Gangguan mobilitas fisik
Penjelasan singkat:
Sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosa keperawatan utama yang paling sesuai dengan kasus ini adalah "Gangguan mobilitas fisik".
Pasien dengan riwayat stroke mengalami hemiparesis atau kelemahan pada satu sisi tubuh, sehingga mengalami keterbatasan dalam pergerakan dan mobilitas fisik. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Diagnosa ini fokus pada masalah utama yang dialami pasien, yaitu gangguan mobilitas fisik akibat kondisi pasca stroke.
Diagnosa-diagnosa lain yang disebutkan juga dapat menjadi masalah keperawatan yang perlu dipertimbangkan, seperti risiko jatuh, risiko perubahan integritas kulit, gangguan personal hygiene, dan risiko deformitas. Namun, gangguan mobilitas fisik merupakan inti dari masalah yang harus ditangani secara komprehensif dalam kasus ini. -
Article No. 2566 | 17 Oct 2024
Klinis : 45. Seorang laki-laki yang berusia 78 tahun, kondisi tubuh lemah, bau badan, kulit kusam, rambut kotor, bou mulut, kuku panjang, pakaian tidak rapi, dan tidak ganti 2 hari. untuk BAB Dan BAK dilakukan ditempat tidur. hasil indeks Katz skornya 3 ketergantungan Totol, Hasil pengkajian Mini Mental State Exam 20 kerusakan mental berat, Risiko jatuh 9 yaitu risiko jatuh Sedang. Apakah diagnosa treperawatan yang muncul dari kasus diatas? a. Intoleransi aktifitas b. Deficit perawtan diri makan d. Deficit perawatan diri eliminasi c. Deficit perawatan diri mandi e. Hambatan mobilitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, saya mengidentifikasi beberapa diagnosis keperawatan yang muncul, sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Diagnosis Keperawatan yang muncul adalah:
1. Defisit Perawatan Diri (SDKI: 00108)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- Ditandai dengan: kulit kusam, rambut kotor, kuku panjang, pakaian tidak rapi.
2. Inkontinensia Bowel (SDKI: 00014)
- Definisi: Ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran feses secara sukarela.
- Ditandai dengan: BAB dilakukan di tempat tidur.
3. Risiko Jatuh (SDKI: 00155)
- Definisi: Risiko mengalami cedera akibat terjatuh.
- Ditandai dengan: skor risiko jatuh sedang (9).
4. Gangguan Proses Pikir (SDKI: 00128)
- Definisi: Perubahan dalam kemampuan berpikir yang ditandai dengan gangguan dalam memproses informasi.
- Ditandai dengan: skor Mini Mental State Exam 20 (kerusakan mental berat).
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer (SDKI: 00204)
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- Ditandai dengan: kondisi tubuh lemah.
Penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan acuan dalam menentukan diagnosis keperawatan yang didasarkan pada pola respons manusia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan acuan dalam menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan acuan dalam menentukan intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 2567 | 17 Oct 2024
Klinis : gangguan rasa nyaman
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan rasa nyaman.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Rasa Nyaman: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan terkait dengan sensasi tubuh yang tidak spesifik, seperti ketidaknyamanan, tidak puas, atau tidak menyenangkan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Luaran yang Diharapkan: Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi rasa nyaman dan mengembangkan strategi untuk meningkatkan rasa nyaman.
b. Kriteria Hasil: Klien melaporkan peningkatan rasa nyaman, klien menerapkan strategi untuk meningkatkan rasa nyaman, dan klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengatasi gangguan rasa nyaman.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Intervensi Keperawatan:
i. Manajemen Nyeri: Membantu klien untuk mengenali dan mengelola nyeri yang dialaminya.
ii. Terapi Sensori: Menyediakan stimulasi sensorik untuk mempromosikan relaksasi dan rasa nyaman.
iii. Pengaturan Lingkungan: Memodifikasi lingkungan untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi klien.
b. Aktivitas Keperawatan:
i. Mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi rasa nyaman klien.
ii. Membantu klien mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan rasa nyaman.
iii. Menerapkan intervensi yang sesuai untuk mengatasi gangguan rasa nyaman.
iv. Memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi dalam meningkatkan rasa nyaman klien.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi rasa nyamannya, mengembangkan strategi yang tepat, dan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai peningkatan rasa nyaman yang diharapkan. -
Article No. 2568 | 17 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret sebagai manifestasi dari tuberkulosis paru.
2. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen dan penurunan kapasitas fungsional akibat infeksi tuberkulosis paru.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan sebagai dampak dari tuberkulosis paru.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan menegakkan diagnosis keperawatan yang akurat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. SLKI membantu perawat dalam menetapkan luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. SIKI memandu perawat dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara komprehensif membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terarah, dan berpusat pada pasien, sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 2569 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 35 tahun diantar oleh keluarga ke UGD dengan kesadaran menurun. Berdasarkan anamnesis, pasien jatuh dari tangga ± 5 hari yang lalu, mual dan muntah 5 kali, pemeriksaan fisik ditemukan: Pupil anisokor, kaku kuduk, hemiparese kontralateral, midriasis pupil ipsilateral, GCS 10, TD: 130/80 mmHg, N: 88 x/menit, S: 37,8°C, RR: 24 x/ menit. Hasil CT Scan Subdural Hematoma. Apakah masalah keperawatan pada pasien tersebut? a. Gangguan nutrisi B. Gangguan keseimbangan cairan c. Gangguan persepsi sensori penglihatan d. Gangguan mobilitas e. Gangguan perfusi serebral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada pasien tersebut adalah:
E. Gangguan perfusi serebral
Penjelasan:
Pasien mengalami cedera kepala dengan hasil diagnosis Subdural Hematoma, yang menyebabkan perubahan pada tanda-tanda vital dan kesadaran pasien. Gejala-gejala yang muncul, seperti pupil anisokor, kaku kuduk, hemiparese kontralateral, midriasis pupil ipsilateral, dan penurunan GCS mengindikasikan adanya gangguan perfusi serebral.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan perdarahan intrakranial berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan perfusi serebral" yang berhubungan dengan perdarahan intrakranial akibat cedera kepala. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan neurologis, dan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan segera.