Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2666 | 18 Oct 2024
Klinis : Benjolan- benjolan kecil di kulit kepala bayi dan terasa gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala dan tanda: Adanya benjolan-benjolan kecil di kulit kepala bayi, disertai rasa gatal.
- Faktor yang berhubungan: Respon imun tubuh yang tidak optimal, infeksi, atau alergi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Integritas kulit membaik, tidak ada lesi kulit, dan tidak ada rasa gatal.
- Kriteria Hasil: Kulit kepala bayi tidak ada benjolan, tidak ada rasa gatal, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Observasi tanda dan gejala, identifikasi penyebab, manajemen gejala (pemberian obat anti alergi/kortikosteroid topikal), perawatan kulit, dan edukasi pada orang tua.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya merekomendasikan agar Anda segera membawa bayi Anda ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Saya akan senang membantu Anda lebih lanjut jika Anda memiliki pertanyaan atau membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 2667 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan mikroskopis positif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Rontgen torak, anterior-posterior dan lateral.
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, dan hasil rontgen dada menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
Kode ICD-10 yang sesuai adalah A15.0, yang menggambarkan "Tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan mikroskopis positif." Ini didasarkan pada gejala klinis dan temuan radiologis yang mendukung adanya tuberkulosis paru.
Selain itu, prosedur medis yang dilakukan adalah rontgen torak, anterior-posterior dan lateral, yang memiliki kode ICD-9-CM 87.44. Pemeriksaan rontgen ini diperlukan untuk mendeteksi adanya lesi di paru dan mendukung diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 2668 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol nyeri: Kemampuan untuk menggunakan teknik-teknik untuk mengurangi nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengenali, mengurangi, dan mencegah nyeri sehingga pasien dapat mempertahankan tingkat kenyamanan yang optimal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan infark miokard akut, ditandai dengan sesak napas.
SDKI:
Gangguan pertukaran gas: Ketidakmampuan untuk mengirim atau menerima gas-gas respirasi melalui membran alveolar-kapiler.
SLKI:
Ventilasi efektif: Kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
SIKI:
Manajemen jalan napas: Tindakan untuk memelihara dan memfasilitasi jalan napas terbuka.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan status kardiovaskular, ditandai dengan mudah lelah dan kelelahan.
SDKI:
Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI:
Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami gejala yang tidak diinginkan.
SIKI:
Manajemen aktivitas: Tindakan untuk memfasilitasi dan mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
Dalam kondisi ini, pasien memerlukan pemantauan ketat, pengelolaan nyeri, dukungan pernapasan, dan manajemen aktivitas yang tepat untuk membantu pemulihan kondisi. Peran perawat dalam kondisi ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 2669 | 18 Oct 2024
Klinis : Kelebihan berat badan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kelebihan berat badan.
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Berat Badan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kelebihan Berat Badan didefinisikan sebagai kondisi di mana berat badan seseorang melebihi berat badan ideal berdasarkan tinggi badan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh asupan kalori yang berlebihan atau aktivitas fisik yang kurang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari manajemen Kelebihan Berat Badan adalah pasien dapat mencapai berat badan ideal, mampu mengontrol asupan makan, dan meningkatkan aktivitas fisik secara teratur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani Kelebihan Berat Badan mencakup edukasi gizi, modifikasi pola makan, perencanaan diet, pemberian motivasi, dan penjadwalan aktivitas fisik. Perawat berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan, memantau kemajuan, dan memfasilitasi perubahan gaya hidup yang sehat.
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa menangani kelebihan berat badan membutuhkan pendekatan komprehensif dan kolaboratif dengan pasien. Penting untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada kondisi ini dan menyusun rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pasien. Saya siap memberikan dukungan dan bimbingan yang dibutuhkan untuk mencapai berat badan yang sehat. -
Article No. 2670 | 18 Oct 2024
Klinis : Sesak nafas, ureum 200 creatini 13, edema ekstremitas, edema paru , saturasi oksigen 93
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu:
1. Sesak nafas
2. Ureum 200, creatinin 13
3. Edema ekstremitas
4. Edema paru
5. Saturasi oksigen 93%
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini memiliki kemungkinan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
- Tanda dan gejala: Sesak nafas, edema paru, dan saturasi oksigen yang rendah.
2. Kelebihan Volume Cairan
- Definisi: Akumulasi kelebihan cairan intravaskular, ekstravaskular, dan/atau intraseluler.
- Tanda dan gejala: Edema ekstremitas, edema paru, dan peningkatan ureum dan kreatinin.
Penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi diagnosis keperawatan yang diakui di Indonesia.
- Berisi definisi, karakteristik utama, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan dan beresiko.
- Membantu perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara sistematis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi luaran/hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan di Indonesia.
- Berisi definisi, kriteria hasil, dan faktor yang mempengaruhi.
- Membantu perawat dalam menentukan tujuan dan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan resmi intervensi keperawatan yang diakui di Indonesia.
- Berisi definisi, aktivitas, dan rasional intervensi keperawatan.
- Membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berkualitas bagi pasien. -
Article No. 2671 | 18 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 32.0
- Deskripsi: Bronkoskopi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif, yang sesuai dengan kondisi pasien ini.
- Prosedur bronkoskopi (kode ICD-9-CM 32.0) dapat dilakukan untuk mengumpulkan sampel jaringan atau cairan dari paru-paru untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam memastikan diagnosis tuberkulosis. -
Article No. 2672 | 18 Oct 2024
Klinis : Pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Pola Nafas Tidak Efektif
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), pola nafas tidak efektif didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi".
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi klien. Dalam SDKI, pola nafas tidak efektif merupakan salah satu diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan pada klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk diagnosis pola nafas tidak efektif, beberapa luaran keperawatan yang dapat ditetapkan adalah peningkatan pola napas, peningkatan oksigenasi, dan peningkatan kemampuan batuk.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan klien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk pola nafas tidak efektif antara lain pengaturan posisi, terapi oksigen, latihan pernapasan, dan manajemen jalan napas.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan pola nafas tidak efektif. -
Article No. 2673 | 18 Oct 2024
Klinis : Perawat puskesmas melakukan pendataan mendapati 10 ibu hamil. Hasil wawancara didapatkan sebagian besar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal, dari 10 ibu hamil didapatkan 5 orang yang mengalami keluhan pusing dan lemas dan belum melakukan cek Hb di puskesmas. Ibu hamil menyatakan sudah mengkonsumsi tablet Fe namun sering mengurangi makan supaya tidak melahirkan bayi besar. Apakah tindakan prevensi primer yang tepat pada kasus tersebut? a. Motivasi keluarga untuk memantau kesehatan ibu hamil b. Rujuk Ibu hamil yang menunjukkan gejala anemia c. Anjurkan ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil d. Lakukan skrining kesehatan: pemeriksaan Hb e. Berikan edukasi kebutuhan nutrisi selama kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Diagnosa SDKI)
- Definisi: Kondisi yang berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Konsumsi makanan yang kurang, perubahan metabolisme selama kehamilan.
2. Risiko Anemia (Diagnosa SDKI)
- Definisi: Kondisi yang berisiko mengalami penurunan kadar hemoglobin di bawah normal.
- Faktor Risiko: Konsumsi zat besi yang kurang, riwayat anemia.
Penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan klien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Menjelaskan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Menjelaskan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah klien.
Tindakan prevensi primer yang tepat pada kasus tersebut adalah:
d. Lakukan skrining kesehatan: pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb sangat penting untuk mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil. Dengan melakukan pemeriksaan Hb, dapat diketahui status anemia dan dilakukan tindakan pencegahan lebih lanjut.
e. Berikan edukasi kebutuhan nutrisi selama kehamilan, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse
Edukasi tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan sangat penting untuk mencegah risiko anemia dan ketidakseimbangan nutrisi pada ibu hamil. Perawat dapat memberikan informasi yang akurat dan komprehensif dengan nada yang akademis dan profesional. -
Article No. 2674 | 18 Oct 2024
Klinis : Seorang perawat puskesmas sedang melakukan pendataan kesehatan pada balita disuatu wilayah untuk mendeteksi adanya masalah stunting. Perawat telah mendapatkan data primer pada kelompok ibu balita. Selanjutnya perawat ingin melengkapi data sekunder untuk mendeteksi jumlah balita stunting di Wilayah tersebut. Apakah sumber data yang tepat pada kasus tersebut? a. Hasil pemeriksaan fisik balita b. Hasil observasi lingkungan rumah c. Laporan posyandu terkait hasil penimbangan balita d. Hasil wawancara pada kelompok ibu balita e. Laporan riset kesehatan dasar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus di atas, sumber data yang tepat untuk mendeteksi jumlah balita stunting di wilayah tersebut adalah:
c. Laporan posyandu terkait hasil penimbangan balita
Penjelasan:
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sumber data yang tepat untuk mendeteksi jumlah balita stunting adalah laporan posyandu terkait hasil penimbangan balita.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu tempat di mana petugas kesehatan, seperti perawat, melakukan penimbangan dan pemantauan pertumbuhan balita secara rutin. Hasil penimbangan dan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu akan terdokumentasi dalam laporan posyandu. Informasi ini dapat digunakan oleh perawat untuk mendeteksi jumlah balita stunting di wilayah tersebut.
Sumber data lainnya, seperti hasil pemeriksaan fisik balita, observasi lingkungan rumah, atau hasil wawancara dengan kelompok ibu balita, dapat digunakan sebagai data penunjang, tetapi laporan posyandu merupakan sumber data primer yang paling tepat untuk mendeteksi jumlah balita stunting. -
Article No. 2675 | 18 Oct 2024
Klinis : Perawat puskesmas melakukan pengkajian kelompok ibu balita dan memperoleh data sebagian besar balita sering menderita ISPA, terdapat 2 balita yang imunisasinya tidak lengkap,terdapat angota keluarga yang merokok di dalam rumah, lingkungan rumah padat penduduk, ventilasi ada tapi jarang dibuka dan rumah tamak kotor dan lembab. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Defisit pengetahuan b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan c. Perilaku kesehatan cenderung berisiko d. Ketidakpatuhan e. Manajemen kesehatan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah:
c. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Perilaku kesehatan cenderung berisiko" sesuai dengan kondisi yang dipaparkan, dimana terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah kesehatan pada balita, yaitu:
1. Sebagian besar balita sering menderita ISPA, menunjukkan adanya masalah kesehatan yang berulang.
2. Terdapat 2 balita yang imunisasinya tidak lengkap, menunjukkan perilaku pemeliharaan kesehatan yang belum optimal.
3. Terdapat anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, menunjukkan perilaku yang berisiko bagi kesehatan balita.
4. Lingkungan rumah yang padat penduduk, ventilasi yang jarang dibuka, serta rumah yang kotor dan lembab, menunjukkan kondisi lingkungan yang kurang mendukung kesehatan.
Diagnosis keperawatan ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).