Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2805 | 19 Oct 2024
Klinis : Perempuan, 40 tahun, berobat ke poliklinik dengan keluhan sulit menelan makanan. Hasil Pemeriksaan: membran mukosa pucat(+), sariawan(+), Tekanan Darah 100/90 mmHg, Frekuensi Nadi 100x/menit dan lemah, Frekuensi Napas 20x/menit, Suhu 380C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI menurut standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan karena adanya keterbatasan fisik atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini antara lain:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Pasien dapat mempertahankan tingkat aktivitas sesuai kemampuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitoring tanda-tanda vital pasien.
2. Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat membatasi aktivitas pasien.
5. Memfasilitasi pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan ini diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang diberikan. -
Article No. 2806 | 19 Oct 2024
Klinis : Perempuan, 40 tahun, berobat ke poliklinik dengan keluhan sulit menelan makanan. Hasil Pemeriksaan: membran mukosa pucat(+), sariawan(+), Tekanan Darah 100/90 mmHg, Frekuensi Nadi 100x/menit dan lemah, Frekuensi Napas 20x/menit, Suhu 380C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Menelan (Disfagia) berhubungan dengan perubahan fungsi neuromuskular dan anatomik.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Menelan (Disfagia) adalah ketidakmampuan atau kesulitan dalam proses menelan makanan, cairan, atau ludah dari mulut ke lambung.
- Faktor yang berhubungan dapat berupa perubahan fungsi neuromuskular (seperti akibat stroke) atau perubahan anatomi (seperti tumor leher/esofagus).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman dan nyaman.
- Pasien dapat menjaga status gizi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Disfagia, meliputi: evaluasi kemampuan menelan, pengaturan posisi saat makan, modifikasi diet, latihan menelan, dan perawatan mulut.
- Manajemen Nutrisi, meliputi: asupan nutrisi yang adekuat, pemberian nutrisi enteral jika perlu.
Persona: Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan yang berfokus pada mengatasi gangguan menelan pada pasien perempuan usia 40 tahun ini. Tujuannya adalah untuk memastikan pasien dapat menelan makanan dan cairan dengan aman serta mempertahankan status gizi yang adekuat. -
Article No. 2807 | 19 Oct 2024
Klinis : Perempuan, 40 tahun, berobat ke poliklinik dengan keluhan sulit menelan makanan. Hasil Pemeriksaan: membran mukosa pucat(+), sariawan(+), Tekanan Darah 100/90 mmHg, Frekuensi Nadi 100x/menit dan lemah, Frekuensi Napas 20x/menit, Suhu 380C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Menelan (Dysphagia)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Menelan (Dysphagia) adalah ketidakmampuan atau kesulitan dalam memindahkan makanan dari mulut ke lambung secara efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Menelan: Kemampuan pasien untuk menelan makanan dan cairan dengan aman dan efektif.
2. Nutrisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi untuk mempertahankan kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Disfagia: Intervensi untuk membantu pasien dengan gangguan menelan agar dapat menelan dengan aman dan efektif.
2. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi pasien.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami keluhan sulit menelan makanan, membran mukosa pucat, sariawan, tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, serta suhu tubuh tinggi, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Menelan (Dysphagia) yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti malnutrisi, dehidrasi, atau kondisi medis lainnya. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen disfagia dan manajemen nutrisi untuk memulihkan kemampuan menelan dan menjaga status nutrisi pasien. -
Article No. 2808 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 35 tahun, dirawat dibangsal penyakit dalam dengan karsinoma tiroid stadium empat. Dua jam yang lalu pasien dilakukan kemoterapi, data saat ini rambut rontok, kurus, merasa malu, putus asa dan ingin mati. Apakah stressor presipitasi pada kasus di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan fisik akibat karsinoma tiroid stadium empat dan efek samping kemoterapi.
2. Risiko Depresi berhubungan dengan perasaan malu, putus asa, dan ingin mati.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Gangguan Citra Tubuh
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Keadaan di mana individu mengalami perubahan persepsi atau perasaan tentang tubuhnya, yang dapat memengaruhi kemampuan beradaptasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Individu dapat menerima perubahan fisik dan beradaptasi dengan perubahan tersebut.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen perubahan citra tubuh, terapi bermain, dan konseling.
2. Risiko Depresi
- SDKI: Keadaan di mana individu berisiko mengalami suasana hati yang menurun, kehilangan minat atau kesenangan, perubahan pola tidur dan/atau nafsu makan, serta perasaan tidak berharga atau putus asa.
- SLKI: Individu dapat menunjukkan suasana hati yang membaik, meningkatkan minat dan aktivitas, serta memiliki rasa harga diri yang baik.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen depresi, terapi suportif, dan konseling.
Stressor Presipitasi:
Stressor presipitasi dalam kasus ini adalah perubahan fisik akibat karsinoma tiroid stadium empat dan efek samping kemoterapi, seperti rambut rontok, penurunan berat badan, serta perubahan citra tubuh.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 2809 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, usia 30 tahun datang ke Poli KIA untuk memeriksakan kehamilannya. Dari anamnesa didapatkan data klien hamil keempat, dengan riwayat kehamilan pertama keguguran pada usia kehamilan 8 minggu, kehamilan kedua melahirkan pada usia kehamilan 28 minggu namun setelah 7 hari bayinya meninggal, kehamilan ketiga melahirkan pada usia kehamilan 39 minggu dan saat ini anak berusia 3 tahun.Berapakah status obstetrik pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko abortus/keguguran
2. Risiko kelahiran prematur
3. Risiko kematian bayi
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Risiko abortus/keguguran
- SDKI: Risiko abortus/keguguran
- SLKI: Pemantauan kehamilan
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada pemantauan dan deteksi dini tanda-tanda komplikasi kehamilan, seperti perdarahan, nyeri, dan kontraksi uterus.
2. Risiko kelahiran prematur
- SDKI: Risiko kelahiran prematur
- SLKI: Pemantauan kehamilan
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada upaya mencegah kelahiran prematur, seperti pemberian obat-obatan, istirahat, dan pemantauan tanda-tanda persalinan prematur.
3. Risiko kematian bayi
- SDKI: Risiko kematian bayi
- SLKI: Pemantauan kehamilan dan pemulihan neonatus
- SIKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada upaya deteksi dini, pencegahan, dan penanganan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian bayi, seperti asfiksia, infeksi, dan masalah nutrisi.
Mengenai status obstetrik pasien, berdasarkan informasi yang diberikan, pasien memiliki riwayat kehamilan yang kompleks, dengan satu keguguran, satu kelahiran prematur yang diikuti dengan kematian bayi, dan satu kelahiran aterm. Oleh karena itu, status obstetrik pasien dapat dikategorikan sebagai "Ibu dengan riwayat obstetrik buruk". -
Article No. 2810 | 19 Oct 2024
Klinis : skor PHQ9 = 8 Skor sad person = 4
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dengan skor PHQ-9 sebesar 8 dan skor SADPERSON sebesar 4, dapat diberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Depresi
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Depresi: Kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami perubahan suasana hati, minat, dan motivasi yang mengganggu fungsi sehari-hari.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Depresi: Luaran keperawatan yang menggambarkan pemulihan dan peningkatan suasana hati, minat, dan motivasi pasien.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Depresi: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mengurangi gejala depresi, meningkatkan fungsi sosial, dan mencegah komplikasi akibat depresi.
- Terapi Kognitif: Intervensi keperawatan yang membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola berpikir yang maladaptif menjadi lebih positif.
- Terapi Suportif: Intervensi keperawatan yang memberikan dukungan emosional, informasi, dan bantuan praktis untuk membantu pasien mengatasi masalah depresi.
Dalam konteks ini, dengan skor PHQ-9 sebesar 8 dan skor SADPERSON sebesar 4, pasien berada dalam risiko depresi. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti manajemen depresi, terapi kognitif, dan terapi suportif, untuk membantu pasien mengatasi masalah depresi dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 2811 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, berusia 27 tahun G2P1A0, inpartu kala III, 1 menit yang lalu lahir bayi perempuan, Bugar. Setelah memastikan janin dalam uterus tunggal perawat segera menyuntikkan oxytosin Intramuskuler.Apakah tindakan selanjutnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menangani kondisi pasien ini.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Pasca Persalinan berhubungan dengan Retensio Plasenta.
Penjelasan:
- Pada kondisi ini, pasien telah melahirkan bayi perempuan yang bugar, namun plasenta belum keluar sepenuhnya (retensio plasenta). Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Tidak terjadi Perdarahan Pasca Persalinan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Pantau Perdarahan
3. Berikan Oksitoksin Intramuskular
4. Lakukan Prosedur Pengeluaran Plasenta (Manajemen Aktif Kala III)
5. Berikan Informasi kepada Pasien dan Keluarga
Tindakan Selanjutnya:
Setelah menyuntikkan oksitoksin intramuskular, tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan prosedur pengeluaran plasenta (manajemen aktif kala III). Perawat harus memantau tanda-tanda vital dan perdarahan secara ketat, serta memberikan informasi yang jelas kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi saat ini dan rencana tindakan selanjutnya. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan dan memastikan proses persalinan berjalan dengan aman dan lancar. -
Article No. 2812 | 19 Oct 2024
Klinis : Nadi 43 x/menit, badan lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda paparkan yaitu Nadi 43 x/menit dan badan lemas, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Bradikardi (+)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Bradikardi adalah kondisi di mana frekuensi denyut jantung di bawah normal, kurang dari 60 kali per menit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak ada tanda-tanda kekurangan oksigen
3. Perfusi jaringan adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
2. Pemberian oksigen, jika perlu
3. Pemberian cairan intravena, jika perlu
4. Pemberian obat-obatan, jika perlu
5. Edukasi pasien dan keluarga terkait bradikardi
Dengan kondisi nadi lambat dan badan lemas, perlu dilakukan pemantauan tanda-tanda vital secara ketat, pemberian oksigen dan cairan jika diperlukan, serta pemberian obat-obatan sesuai indikasi. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting dilakukan agar mereka memahami kondisi dan tindakan yang akan dilakukan. -
Article No. 2813 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Intoleransi aktivitas
3. Defisit nutrisi
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
3. Defisit nutrisi: Ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan jalan napas efektif
2. Toleransi aktivitas meningkat
3. Status nutrisi membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen aktivitas
3. Manajemen nutrisi
Sebagai perawat, saya akan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2814 | 19 Oct 2024
Klinis : Ners B memberikan paracetamol pada Balita yang mengalami demam ketika mengunjungi Posyandu untuk imunisasi.Ners B memberikan penjelasan kepada ibu Balita tersebut bahwa imunisasi belum dapat diberikan sebelum sembuh. Asas etik apakah yang dilakukan oleh Ners B?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan tinjauan analisis terhadap kasus yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan suhu tubuh (SDKI: Hipertermia)
Penjelasan: Balita mengalami peningkatan suhu tubuh (demam) sehingga memerlukan intervensi terkait pengaturan suhu tubuh.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Luaran: Suhu tubuh dalam rentang normal
Kriteria Hasil: Suhu tubuh balita kembali normal (36,5-37,5°C)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Intervensi: Manajemen demam
Aktivitas:
- Pemberian obat antipiretik (paracetamol)
- Monitoring suhu tubuh
- Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu
Asas Etik yang Dilakukan oleh Ners B:
Ners B telah menerapkan asas etik beneficence (berbuat baik) dengan memberikan paracetamol untuk menurunkan demam balita. Selain itu, Ners B juga menerapkan asas non-maleficence (tidak merugikan) dengan menunda pemberian imunisasi hingga balita sembuh, sehingga tidak memberikan efek samping yang merugikan.
Secara akademis, tindakan Ners B dapat dinilai sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku. Pemberian paracetamol dan penundaan imunisasi merupakan langkah yang tepat untuk mengelola kondisi balita dengan demam sebelum dapat menerima imunisasi.