Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2795 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 47 tahun, diberhentikan dari pekerjaanya. Saat ini dia merasa cemas, takut berbuat kesalahan, tidak bisa tidur, merasa lelah, banyak minum kopi untuk menghilangkan letihnya. Pasien tidak bisa memikirkan hal lain selain masalah yang dihadapinya, meskipun diarahkan. Denyut nadinya meningkat, banyak keringat dan mulut terasa kering.Apakah tahapan cemas yang dialami pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan Berat
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, pasien laki-laki berusia 47 tahun ini mengalami Kecemasan Berat. Kecemasan Berat merupakan respons individu terhadap suatu sumber ancaman yang dianggap mengganggu, yang ditandai dengan perasaan takut, gelisah, dan khawatir yang berlebihan.
Dalam SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), Kecemasan Berat didefinisikan sebagai "Respons psikologis dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non-spesifik, yang ditandai dengan perasaan takut, gelisah, dan khawatir yang berlebihan."
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), beberapa luaran yang dapat diharapkan dalam penanganan Kecemasan Berat adalah:
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Istirahat dan tidur terpenuhi
3. Perilaku koping adaptif
Sedangkan dalam SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kecemasan Berat adalah:
1. Manajemen Kecemasan
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Kognitif
4. Edukasi Manajemen Stres
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengatasi Kecemasan Berat yang dialaminya. -
Article No. 2796 | 19 Oct 2024
Klinis : Bayi laki-laki usia 2 bulan, dibawa ke Puskesmas untuk pemeriksaan pertumbuhan, berat badan saat lahir adalah 3200 gram.Berapakah perkiraan berat anak tersebut pada usia 1 tahun ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Keterlambatan Pertumbuhan Fisik
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, bayi laki-laki usia 2 bulan dengan berat badan lahir 3200 gram, memiliki risiko keterlambatan pertumbuhan fisik. Hal ini dikarenakan berat badan pada usia 2 bulan belum mencapai target yang diharapkan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Keterlambatan Pertumbuhan Fisik didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami perkembangan fisik yang lebih lambat dari yang diharapkan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah Pertumbuhan Fisik Adekuat, yang ditandai dengan berat badan sesuai usia dan persentil yang tepat.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah Pemantauan Pertumbuhan, Promosi Nutrisi, dan Edukasi Keluarga. Tujuannya adalah untuk memantau pertumbuhan bayi, memastikan asupan nutrisi yang adekuat, dan memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pola makan dan perawatan yang tepat.
Perkiraan Berat Badan Anak pada Usia 1 Tahun:
Berdasarkan data yang diberikan, berat badan bayi saat lahir adalah 3200 gram. Umumnya, bayi akan mengalami peningkatan berat badan sekitar 4-7 kg dalam satu tahun pertama kehidupan. Dengan demikian, perkiraan berat badan anak pada usia 1 tahun adalah sekitar 7200-10200 gram atau 7,2-10,2 kg.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar yang digunakan dalam kasus ini. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 2797 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang mahasiswa ners sedang menganalisis derajat ketergantungan klien di sebuah bangsal. Hasil penghitungan menunjukan salah satu klien membutuhkan perawatan rata-rata 7,5 jam/hari.Apa klasifikasi pasien tersebut ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak mahasiswa ners. Sesuai dengan data yang Anda berikan, pasien yang membutuhkan perawatan rata-rata 7,5 jam per hari dapat diklasifikasikan sebagai pasien dengan ketergantungan tinggi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), klasifikasi pasien dengan ketergantungan tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: "Ketergantungan Tinggi"
Definisi: Keadaan di mana individu membutuhkan bantuan yang signifikan dari orang lain dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
- Kemampuan Melakukan Aktivitas Sehari-hari: Tergantung
- Kemampuan Mobilisasi: Tergantung
- Kemampuan Perawatan Diri: Tergantung
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Bantu Aktivitas Sehari-hari
- Bantu Mobilisasi
- Bantu Perawatan Diri
Pasien dengan ketergantungan tinggi memerlukan bantuan yang signifikan dari perawat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mobilisasi, dan perawatan diri. Oleh karena itu, perawatan yang dibutuhkan dapat mencapai rata-rata 7,5 jam per hari.
Sebagai perawat, kita harus memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk membantu meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan, serta memberikan edukasi dan latihan yang sesuai.
Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam menganalisis derajat ketergantungan klien. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya.
Salam hormat,
Perawat Profesional -
Article No. 2798 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 32 tahun dirawat di rumah sakit jiwa dengan Skizophrenia paranoid mendapatkan terapi psikofarmaka yang mempunyai efek kekakuan pada extrapiramidal dan anti emetik.Apakah nama obat tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Efek Samping Obat berhubungan dengan efek kekakuan pada ekstrapiramidaldan efek anti-emetik dari terapi psikofarmaka.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Efek Samping Obat: Keadaan di mana individu/klien berisiko mengalami reaksi yang tidak diinginkan akibat penggunaan obat-obatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien terbebas dari efek samping obat.
2. Klien dapat mengenali tanda-tanda efek samping obat.
3. Klien dapat melaporkan efek samping obat kepada tenaga kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitoring tanda-tanda efek samping obat secara berkala.
2. Kolaborasi dengan dokter untuk modifikasi regimen pengobatan jika diperlukan.
3. Edukasi klien dan keluarga mengenai efek samping obat dan penanganannya.
4. Dokumentasi secara komprehensif mengenai efek samping obat yang dialami klien.
Obat yang diduga menyebabkan efek kekakuan pada ekstrapiramidaldan efek anti-emetik adalah antipsikotik golongan tipikal, seperti haloperidol. Antipsikotik tipikal ini sering menimbulkan efek samping ekstrapiramidalseperti parkinsonisme, diskinesia akut, dan distonia akut.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi klien secara cermat, melakukan intervensi yang tepat, serta memberikan edukasi yang komprehensif kepada klien dan keluarga untuk mencegah dan mengatasi efek samping obat yang mungkin terjadi. -
Article No. 2799 | 19 Oct 2024
Klinis : Bayi laki laki berusia 14 bulan dirawat diruang perawatan anak dengan berat badan 12 kg, ibu mengatakan anak sulit makan.Berapakah jumlah cairan yang dibutuhkan anak dalam sehari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi laki-laki berusia 14 bulan yang dirawat di ruang perawatan anak dengan berat badan 12 kg dan ibu mengatakan anak sulit makan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan SDKI:
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Anoreksia, gangguan makan, peningkatan kebutuhan nutrisi.
Penjelasan SLKI:
- Tujuan: Klien tidak mengalami masalah nutrisi.
- Kriteria Hasil: Berat badan sesuai usia, aktivitas sesuai usia, tidak ada tanda-tanda kurang gizi.
Penjelasan SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan asupan dan output cairan, manajemen nutrisi, promosi makanan yang disukai anak.
Kebutuhan Cairan Bayi:
Berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan cairan bayi, yaitu 100 ml/kg bb/hari untuk usia 1-6 bulan, dan 90 ml/kg bb/hari untuk usia 6-12 bulan, maka kebutuhan cairan bayi laki-laki berusia 14 bulan dengan berat badan 12 kg adalah:
Kebutuhan cairan = 90 ml/kg bb/hari x 12 kg = 1080 ml/hari. -
Article No. 2800 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, berusia 27 tahun G2P1A0, inpartu kala III, 1 menit yang lalu lahir bayi perempuan, Bugar. Setelah memastikan janin dalam uterus tunggal perawat segera menyuntikkan oxytosin Intramuskuler.Apakah tindakan selanjutnya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Pasca Persalinan (SLKI: Perdarahan)
Definisi: Risiko terjadinya kehilangan darah yang berlebihan setelah kelahiran bayi.
Penjelasan:
Setelah lahirnya bayi, ibu berada dalam tahap kala III persalinan, di mana plasenta harus segera dikeluarkan untuk mencegah perdarahan. Pemberian oksitosin secara intramuskuler bertujuan untuk merangsang kontraksi uterus sehingga plasenta dapat segera terlepas dan keluar. Tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan perawat adalah:
1. Memantau tanda-tanda vital ibu, terutama tekanan darah, nadi, dan perdarahan.
2. Memastikan kontraksi uterus baik dengan palpasi abdomen.
3. Membantu mengeluarkan plasenta secara hati-hati dengan memijat fundus uteri.
4. Menilai keutuhan plasenta dan selaput ketuban.
5. Melakukan kompresi uterus untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
6. Melakukan observasi ketat selama 2 jam pertama pascapersalinan untuk mencegat komplikasi perdarahan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat diterapkan antara lain: Manajemen Perdarahan, Pemantauan Tanda Vital, dan Perawatan Pascapersalinan.
Dengan demikian, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah dan mengatasi risiko perdarahan pasca persalinan pada pasien. -
Article No. 2801 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang nenek 67 tahun berada di panti sejak 2 bulan yang lalu, dari hasil pengkajian 1 hari yang lalu klien terlihat bingung, mencela diri sendiri, sering duduk menyendiri dengan mata menerawang dan raut muka penuh kemarahan, Apakah pengkajian spesifik bagi lansia untuk mendukung penegakan diagnosa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi klien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Pikir Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan berpikir, mengarahkan, mengatur, dan memproses informasi secara efektif.
- Faktor yang Berhubungan: Usia lanjut, perubahan neurologis, depresi, gangguan sensorik, malnutrisi, dan kondisi medis lainnya.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat menunjukkan proses berpikir yang terarah, logis, dan realistis.
- Kriteria Hasil: Klien dapat menyebutkan waktu, tempat, dan orang yang dikenal dengan benar, serta dapat mengikuti percakapan dengan baik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Stimulasi kognitif, orientasi realitas, terapi reminiscence, dan manajemen lingkungan.
- Tujuan: Mempertahankan dan meningkatkan kemampuan kognitif klien serta menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
Pengkajian Spesifik Bagi Lansia:
Pengkajian yang perlu dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa keperawatan pada klien lansia meliputi:
- Riwayat kesehatan dan penyakit saat ini
- Pemeriksaan status mental (orientasi, memori, bahasa, dan fungsi eksekutif)
- Tes fungsi kognitif (misalnya Mini-Mental State Examination atau MMSE)
- Pengkajian gejala depresi dan psikologis lainnya
- Pengkajian aktivitas sehari-hari (kemampuan perawatan diri, mobilitas, dan interaksi sosial)
- Pengkajian dukungan keluarga dan lingkungan
Dengan pengkajian yang komprehensif, perawat dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada gangguan proses pikir pada klien lansia dan menetapkan rencana asuhan keperawatan yang tepat. -
Article No. 2802 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki, 58 tahun, diagnosis pneumonia, dirawat di RS sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluh batuk berdahak, cepat lelah apabila beraktifitas, pusing, mual. Hasil Pemeriksaan: menunjukkan bunyi napas ronkhi, Tekanan Darah 140/90 mmHg, Frekuensi Napas 28x/menit, Frekuensi Nadi 88x/menit, Suhu 37,50C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Penyebab: Produksi mukus yang berlebih, kelemahan otot pernapasan, dan adanya obstruksi jalan napas.
- Gejala dan Tanda: Batuk berdahak, napas cuping hidung, bunyi napas ronkhi, dan peningkatan frekuensi napas.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Penyebab: Gejala penyakit, kelelahan, dan kelemahan.
- Gejala dan Tanda: Cepat lelah saat beraktivitas, peningkatan frekuensi napas, dan peningkatan frekuensi nadi.
3. Perubahan Persepsi Kesehatan
- Definisi: Perubahan dalam persepsi individu tentang kesehatan atau penyakit.
- Penyebab: Gejala penyakit, ketidakpastian tentang prognosis, dan perbedaan antara harapan dan realitas.
- Gejala dan Tanda: Mual, pusing, dan perubahan mood.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan gejala dan tanda yang diidentifikasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis dan luaran yang diharapkan.
Dengan menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistik. -
Article No. 2803 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 32 tahun dibawa ke rumah sakit jiwa karena marah dan memecah kaca jendela.Pasien didiagnosa Skizoprenia paranoid. Data yang diperoleh dari keluarga, pasien ditinggal menikah pacarnya 1 bulan yang lalu. Ibu yang disayanginya meninggal saat klien kelas 1 SMA. Apakah faktor predisposisi pada pasien diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Setelah mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan faktor predisposisi berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (RISK-PK)
Penjelasan: Perilaku pasien yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan, seperti memecah kaca jendela.
Faktor Predisposisi:
1. Kehilangan orang yang dicintai (ibu meninggal saat pasien kelas 1 SMA)
2. Pengalaman putus hubungan dengan pasangan (putus dengan pacarnya 1 bulan yang lalu)
3. Riwayat penyakit jiwa (skizofrenia paranoid)
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, faktor-faktor predisposisi di atas dapat berkontribusi pada munculnya risiko perilaku kekerasan pada pasien. Penting bagi perawat untuk melakukan penilaian yang komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, dan melibatkan keluarga dalam proses perawatan untuk mencegah dan menangani risiko perilaku kekerasan yang mungkin timbul. -
Article No. 2804 | 19 Oct 2024
Klinis : kelebihan volume cairan pasien CKD tensi 160/90
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien dengan CKD (Chronic Kidney Disease) yang mengalami kelebihan volume cairan dan tekanan darah 160/90 mmHg, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelebihan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami akumulasi cairan berlebih dalam ruang intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Tekanan Darah
3. Edema
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Pemantauan Tanda Vital
3. Manajemen Hipertensi
Penjelasan Singkat:
Pasien CKD dengan kelebihan volume cairan dan tekanan darah tinggi memerlukan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen cairan, pemantauan tanda vital, dan manajemen hipertensi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan keseimbangan cairan, menstabilkan tekanan darah, dan mengurangi edema yang mungkin terjadi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, dan pengaturan aktivitas.