Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2785 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 60 tahun dirawat di ICU dengan ventilator mekanik mode SIMV. Alarm mulai berbunyi berkali-kali karena adanya obstruksi.Apakah intervensi pertama pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar keperawatan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan oksigenasi yang adekuat.
Faktor Terkait SDKI:
- Obstruksi jalan napas
- Penggunaan ventilator mekanik
Karakteristik Mayor SDKI:
- Adanya bunyi alarm pada ventilator
- Perubahan frekuensi napas
- Perubahan irama napas
Intervensi Keperawatan SLKI:
1. Identifikasi penyebab pola napas tidak efektif (SIKI: Pemantauan Respirasi)
2. Pertahankan jalan napas yang paten (SIKI: Manajemen Jalan Napas)
3. Optimalkan pengaturan ventilator (SIKI: Terapi Oksigen, Terapi Ventilasi Mekanik)
4. Lakukan suction jika diperlukan (SIKI: Manajemen Jalan Napas)
5. Pantau tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi (SIKI: Pemantauan Vital Sign)
Intervensi pertama yang perlu dilakukan adalah identifikasi penyebab pola napas tidak efektif, seperti obstruksi jalan napas. Selanjutnya, upayakan untuk mempertahankan jalan napas yang paten dan mengoptimalkan pengaturan ventilator. Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas. Pemantauan tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi juga penting untuk mengevaluasi efektivitas tindakan. -
Article No. 2786 | 19 Oct 2024
Klinis : Bayi laki-laki berusia 2 hari, dirawat di RS dengan keluhan bayi tidak mau menyusu. Pada pengkajian didapatkan reflek menghisap lemah, suhu tubuh 36,50C,BB 3000 gr, sklera ikterik, terpasang infus D51/4NS 10 tpm, Oro Gastric Tube keluar cairan berwarna kuning.Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Saya adalah seorang perawat yang akan memberikan analisis dan penjelasan terkait diagnosa keperawatan dan standar dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi laki-laki berusia 2 hari yang dirawat di rumah sakit dengan keluhan tidak mau menyusu.
Berdasarkan data yang diberikan, masalah keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Menyusu Berhubungan Dengan Kelemahan Refleks Menghisap
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola menyusu yang efektif untuk mengonsumsi jumlah cairan yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
Etiologi:
1. Kelemahan refleks menghisap
2. Letargi
3. Efek anestesi/analgetik
4. Imaturitas sistem neurologis
Tanda dan Gejala:
- Bayi tidak mau menyusu
- Refleks menghisap lemah
- Berat badan tidak naik atau turun
- Terjadi dehidrasi
- Hiperbilirubinemia
Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi Diagnosa Keperawatan
- Etiologi
- Tanda dan Gejala
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil:
1. Bayi dapat menyusu dengan efektif
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Tidak terjadi dehidrasi
4. Bilirubin dalam rentang normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Fasilitasi proses menyusu
3. Pemberian cairan dan nutrisi parenteral
4. Pencegahan dan penatalaksanaan ikterus
Demikian penjelasan saya mengenai diagnosa keperawatan dan standar dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI untuk kondisi bayi laki-laki berusia 2 hari yang dirawat dengan keluhan tidak mau menyusu. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 2787 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 29 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri perut, mual, dan muntah dengan meningkatnya poliuria, polidipsia, dan kantuk sejak sehari sebelumnya. pH arteri 7.24, pCO2 35 mmHg, bikarbonat 12 mEq/ LApakah hasil analisa gas darah diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak pasien yang terhormat. Saya akan memberikan analisis dan rencana keperawatan berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, dengan mengacu pada standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit akibat poliuria, polidipsia, dan muntah.
Penjelasan Singkat:
Analisis Gas Darah:
- pH 7,24 (asidosis metabolik): Nilai pH yang rendah menunjukkan adanya peningkatan produksi asam atau penurunan eliminasi asam, yang dapat disebabkan oleh kondisi seperti diabetes ketosis.
- pCO2 35 mmHg (normal): Nilai pCO2 yang normal menunjukkan kompensasi respirasi terhadap asidosis metabolik.
- Bikarbonat 12 mEq/L (rendah): Nilai bikarbonat yang rendah adalah tanda adanya asidosis metabolik, yang dapat terjadi pada kondisi diabetes ketosis.
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami asidosis metabolik akibat diabetes ketosis, yang menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit" dengan definisi "Kondisi di mana individu mengalami kelebihan atau kekurangan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat mengancam kesehatan."
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang sesuai adalah "Keseimbangan Cairan" dengan indikator hasil seperti status hidrasi, intake dan output cairan, dan nilai laboratorium elektrolit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi.
2. Pengaturan intake dan output cairan.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
4. Edukasi tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 2788 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri ditengkuk dan kepala dengan skala 4. Pasien mual dan muntah hingga 5 kali dan pandangan berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan Tekanan Darah 190/100 mmHg, Nadi110x/menit, RR 26x/menit, akral teraba dingin dan lembab. Berat badan pasien 70Kg, urin output 28cc/jam. RiwayatDiabetes Melitus sejak 5 tahun yang lalu. Apakah masalah keperawatan prioritas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan prioritas beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00205
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak dan jaringan saraf yang dapat mengakibatkan disfungsi neurologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 00138
- Judul Luaran: Perfusi Serebral
- Definisi: Kemampuan otak untuk menerima suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 6120
- Judul Intervensi: Manajemen Hipertensi
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
Rasionale:
Pada kasus ini, pasien mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan adanya risiko perfusi serebral tidak efektif, seperti nyeri tengkuk dan kepala, mual-muntah, serta pandangan berkunang-kunang. Selain itu, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah yang signifikan (190/100 mmHg) serta nadi yang cepat (110x/menit), yang dapat menghambat aliran darah ke otak. Riwayat Diabetes Melitus juga menjadi faktor risiko yang perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, penanganan terhadap risiko perfusi serebral tidak efektif menjadi prioritas dalam kondisi ini.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat merencanakan dan melaksanakan intervensi yang tepat, seperti manajemen hipertensi, pemantauan tanda-tanda vital, serta intervensi untuk mencegah komplikasi terkait gangguan perfusi serebral. -
Article No. 2789 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 57 tahun dirawat di ruang penyakit dalam ICU dengan diagnosis CKDgrade 5 dengan keluhan sesak nafas. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS E3M5V4, ureum 100 mg/dL, kreatinin serum8,1 mg/dL, TD 160/100 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, dan urin output <50cc/24jam. Apakah tindakan kolaborasi pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan peningkatan volume cairan dan retensi cairan, sebagaimana ditandai dengan sesak napas, edema, dan oliguria.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Curah Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Tanda dan gejala yang muncul antara lain sesak napas, edema, dan oliguria.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Curah Jantung Membaik, dengan kriteria hasil seperti peningkatan volume urin, penurunan edema, dan peningkatan saturasi oksigen.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Cairan, Manajemen Hipertensi, dan Terapi Oksigen.
Tindakan Kolaborasi:
Tindakan kolaborasi yang dapat dilakukan pada pasien ini antara lain:
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik, antihipertensi, dan suplementasi oksigen sesuai kebutuhan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur asupan cairan dan elektrolit sesuai kondisi pasien.
3. Kolaborasi dengan ahli nefrologi untuk evaluasi dan pertimbangan terapi penggantian ginjal (hemodialisis).
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat -
Article No. 2790 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 76 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 12 jam yang lalu, dengan skala nyeri 4 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan tidak berkurang saat istirahat. Setelah aktifitas pasien mengatakan merasa deg-degan, lemes dan sesaknya bertambah. TD 110/72 mmHg, frekuesni nadi 143 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit.Apakah kategori gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan kategori gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA):
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol nyeri: Tingkat kemampuan individu untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami.
2. Toleransi aktivitas: Tingkat kemampuan individu untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan atau nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengurangi atau mengendalikan nyeri yang dialami individu.
2. Manajemen aktivitas: Tindakan untuk mengatur dan memonitor aktivitas individu agar sesuai dengan kemampuannya.
Kategori Gagal Jantung Menurut NYHA:
Berdasarkan tanda-tanda dan gejala yang dialami pasien, seperti nyeri dada, sesak napas, dan peningkatan tanda vital, pasien ini dapat dikategorikan ke dalam Kelas III NYHA (Berat). Pada Kelas III, pasien mengalami keterbatasan aktivitas fisik yang cukup parah. Aktivitas rutin sehari-hari dapat memicu gejala. Kenyamanan terjaga saat istirahat.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 2791 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 60 tahun dibawa ke poliklinik jantung sebuah rumah sakit dengan keluhan dada berdebar – debar. Perawat akan melakukan auskultasi bunyi jantung pada apeks jantung.Dimanakah letak stetoskop yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus yang Ibu sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu dada berdebar-debar, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Palpitasi (SDKI). Palpitasi adalah sensasi detak jantung yang tidak nyaman, tidak teratur, atau sangat kuat yang dirasakan oleh pasien.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Palpitasi adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan sensasi detak jantung yang tidak nyaman, tidak teratur, atau sangat kuat yang dirasakan oleh pasien.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan palpitasi adalah pasien dapat mengendalikan detak jantung, merasa tenang, dan tidak mengalami palpitasi yang mengganggu.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi palpitasi antara lain pemantauan tanda-tanda vital, edukasi tentang palpitasi, teknik relaksasi, dan pemberian obat-obatan sesuai resep dokter.
Terkait dengan pertanyaan mengenai letak stetoskop untuk pemeriksaan bunyi jantung pada apeks jantung, lokasi yang paling tepat adalah di daerah apeks jantung, yaitu di pertemuan ruang-ruang jantung sebelah kiri, yang terletak kira-kira 1-2 cm di bawah dan di dalam putting susu kiri.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Ibu. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Saya akan berusaha memberikan informasi yang akurat dan terpercaya. Terima kasih. -
Article No. 2792 | 19 Oct 2024
Klinis : Tn N (50 thn) didiagnosa Infark Miokard Akut, sejak satu jam yang lalu. Pada saat bersamaan istrinya meninggal. tim medis termasuk perawat dan keluarga bersepakat untuk tidak menyampaikan berita tersebut kepada Tn N.Manakah pertimbangan prinsip etik yang diutamakan oleh tim medis termasuk perawat dalam menghadapi kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar dan perawat, saya dapat memberikan analisis mengenai diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta pertimbangan prinsip etik yang diutamakan oleh tim medis, termasuk perawat, dalam menghadapi kasus Tn. N yang didiagnosa Infark Miokard Akut dan kehilangan istrinya.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut
2. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan pasangan
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan infark miokard akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
3. Risiko Perdarahan: Rentan mengalami kehilangan darah dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa sakit.
2. Manajemen Kecemasan: Kemampuan individu untuk mengelola perasaan tidak nyaman atau khawatir.
3. Pemantauan Perdarahan: Kemampuan individu untuk memantau tanda-tanda perdarahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk membantu individu mengurangi nyeri.
2. Dukungan Emosional: Pemberian dukungan dan empati untuk mengurangi kecemasan.
3. Pemantauan Perdarahan: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mencegah perdarahan.
Pertimbangan Prinsip Etik:
Dalam kasus ini, tim medis, termasuk perawat, memutuskan untuk tidak menyampaikan berita kematian istri Tn. N. Prinsip etik yang diutamakan adalah beneficence (berbuat baik) dan non-maleficence (tidak merugikan). Dengan mempertimbangkan kondisi psikologis Tn. N yang sedang mengalami infark miokard akut, penyampaian berita kematian istrinya dapat semakin memperburuk kondisinya dan membahayakan kesehatannya. Perawat berperan dalam memberikan dukungan emosional dan manajemen nyeri untuk membantu Tn. N mengatasi kondisi fisik dan emosionalnya. -
Article No. 2793 | 19 Oct 2024
Klinis : tidak suka minum air putih pasien CKD tensi 160/90
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Ketidakmampuan minum air putih yang cukup.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien mengonsumsi air putih yang cukup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Edukasi Gizi, Promosi Kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan: Mengkaji asupan cairan pasien, memberikan edukasi pentingnya minum air putih, membantu pasien memonitor asupan cairannya.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan kondisi CKD (Chronic Kidney Disease) membutuhkan asupan cairan yang cukup untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Namun, pasien tampaknya tidak menyukai minum air putih. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan dehidrasi, yang dapat memperburuk kondisi CKD. Oleh karena itu, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien meningkatkan asupan air putih dan mempertahankan status nutrisinya. -
Article No. 2794 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 51 tahun dirawat di rumah sakit jiwa dengan Brief Psikotik Disorder. Perawat melakukan komunikasi pada pasien dengan mencari informasi tentang biodata pasien dan membaca teori tentang Brief psikotik Disorder.Apakah fase hubungan komunikasi therapeutik yang dilakukan perawat tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta fase hubungan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan psikotik.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko perilaku kekerasan: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perilaku yang dapat menyakiti diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol perilaku: Kemampuan individu untuk mengendalikan dan mengekspresikan perilaku yang sesuai dengan situasi dan harapan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen perilaku: Tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam mengontrol perilakunya.
Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik:
Fase yang dilakukan oleh perawat dalam kondisi ini adalah fase Orientasi. Pada fase ini, perawat melakukan komunikasi dengan mencari informasi tentang biodata pasien dan membaca teori tentang Brief Psikotik Disorder. Tujuannya adalah untuk memahami kondisi pasien dan membangun hubungan awal yang saling terbuka dan saling percaya.
Tone komunikasi yang digunakan adalah Akademis, di mana perawat bertindak sebagai seorang pakar yang mempelajari dan memahami kondisi pasien. Persona yang ditampilkan adalah Pakar dan Perawat, di mana perawat memposisikan dirinya sebagai seorang profesional yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menangani kondisi pasien.