Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2775 | 19 Oct 2024
Klinis : Batita perempuan usia 3 tahun dirawat di RS karena demam. Pada saat pengkajian ditemukan adanya bercak koplik berwarna putih kelabu di daerah bukal, farings berwarna merah, anak mengalami stomatitis, anoreksia, suhu tubuh :39oC.Apakah masalah keperawatan utama pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien batita perempuan usia 3 tahun yang dirawat di rumah sakit karena demam, ditemukan adanya bercak koplik berwarna putih kelabu di daerah bukal, farings berwarna merah, anak mengalami stomatitis, anoreksia, dan suhu tubuh 39°C, maka diagnosis keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah:
Diagnosis Keperawatan Utama:
Hipertermia (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, biasanya disertai dengan gejala-gejala lain seperti rasa tidak nyaman, aktivitas menurun, dan lain-lain. Pada kasus ini, pasien mengalami peningkatan suhu tubuh hingga 39°C, yang merupakan salah satu tanda khas hipertermia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode Diagnosis: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode Luaran: 00009 Suhu Tubuh
Definisi: Derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode Intervensi:
- 6730 Manajemen Demam
- 6720 Penurunan Suhu
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, diagnosis keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah Hipertermia, dengan penjelasan singkat sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2776 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 40 tahun dirawat di ICU. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pasien dyspnea dengan frekuensi napas 22 x/menit, frekuensi nadi 95 x/menit, irreguler, hasil AGD pH= 7,28,PaCO2= 50, HCO3 adalah 32, PaO2= 78 dan saturasi O2 84%. Apakah masalah keperawatan utama pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan utama yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Penurunan Ventilasi Spontan
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat untuk mempertahankan pertukaran gas.
- Gejala dan tanda: Frekuensi napas 22 x/menit, irama napas irreguler, pH 7,28 (asidosis), PaCO2 50 mmHg (hiperkapnia), PaO2 78 mmHg, dan saturasi O2 84% (hipoksemia).
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Diagnosis keperawatan ini menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat, yang ditandai dengan gangguan pertukaran gas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat, dengan indikator seperti frekuensi napas dalam batas normal, irama napas teratur, pH, PaCO2, PaO2, dan saturasi O2 dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memantau status pernapasan, mengatur posisi tubuh, memberikan oksigen, dan mengatasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi ventilasi.
Dengan tone akademis dan persona pakar, disarankan untuk menyampaikan informasi dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, serta memberikan penjelasan yang lebih rinci dan komprehensif terkait diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan. -
Article No. 2777 | 19 Oct 2024
Klinis : anak perempuan berusia 9 tahun, post op reposisi terbuka pada tibia dekstra. Pada saat pengkajian, anak menangis, mengeluh nyeri didaerah luka bekas operasi. Face Rating Scale skala nyeri 7, frekuensi napas 20 x/menit, frekuensi nadi100 x/menit, suhu 37,9°CApakah tindakan yang menjadi prioritas utama untuk dilakukan pada pasien ini ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak perempuan berusia 9 tahun, post op reposisi terbuka pada tibia dekstra.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan pada tibia dekstra, ditandai dengan menangis, mengeluh nyeri di daerah luka bekas operasi, Face Rating Scale skala nyeri 7, frekuensi napas 20 x/menit, frekuensi nadi 100 x/menit, suhu 37,9°C.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan semacam itu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat menggunakan teknik meredakan nyeri
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Gunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (seperti kompres hangat/dingin, distraksi, relaksasi)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri
Tindakan yang menjadi prioritas utama:
Tindakan prioritas utama adalah melakukan pengkajian nyeri komprehensif dan pemberian analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien. Selain itu, penggunaan teknik nonfarmakologis seperti kompres hangat/dingin, distraksi, dan relaksasi juga direkomendasikan untuk membantu mengurangi nyeri pasien. -
Article No. 2778 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 25 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas. Hasil analisis gas darah didapatkan pH: 7,318, PCO2: 36,8 mmHg, HCO3: 18,4 mEq/L, PO2: 79,5 mmHg.Apakah interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk menghirup dan/atau mengeluarkan udara dengan lancar, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen/karbon dioksida.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola napas membaik
2. Oksigenasi membaik
3. Rasa sesak berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen oksigenasi
3. Manajemen ventilasi
Interpretasi Hasil Laboratorium:
Berdasarkan hasil analisis gas darah yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami asidosis respiratorik. Hal ini ditandai dengan:
- pH darah yang rendah (7,318), menunjukkan adanya asidosis
- PCO2 yang rendah (36,8 mmHg), menunjukkan adanya penurunan ventilasi
- HCO3 yang rendah (18,4 mEq/L), menandakan adanya ketidakseimbangan asam-basa akibat penurunan ventilasi
- PO2 yang relatif normal (79,5 mmHg), menunjukkan oksigenasi masih dalam batas normal
Asidosis respiratorik terjadi akibat gangguan pada sistem pernapasan, yang dapat menyebabkan retensi CO2 dan penurunan eliminasi CO2. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti penyakit paru, gangguan neuromuskular, atau obstruksi jalan napas.
Kesimpulannya, pasien memerlukan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen jalan napas, oksigenasi, dan ventilasi untuk memperbaiki pola napas dan oksigenasi. -
Article No. 2779 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 49 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 jam yang lalu, dengan skala nyeri 5 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasie n mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan tidak berkurang saat istirahat. TD 60/40 mmHg, frekuensi nadi 55 x/menit, frekuensi napas 10 x/menit. Apakah jenis syok yang dialami oleh pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien ini kemungkinan mengalami syok kardiogenik. Syok kardiogenik adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh, yang dapat disebabkan oleh kondisi medis seperti infark miokard akut, gagal jantung, atau gangguan irama jantung.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisi pasien ini adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung (NANDA-I)
- Definisi: Penurunan aliran darah ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
- Gejala dan Tanda: Nyeri dada, perubahan hemodinamik (TD rendah, nadi lambat), penurunan curah jantung.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Berisi definisi, karakteristik Mayor dan Minor, batasan karakteristik, serta faktor yang berhubungan untuk setiap diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Berisi definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran untuk setiap luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa dan luaran keperawatan.
- Berisi definisi, aktivitas, dan batasan aktivitas untuk setiap intervensi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan organisasi profesi perawat di Indonesia yang mengembangkan dan menetapkan standar-standar tersebut sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 2780 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 36 tahun di rawat hari pertama di RS dengan diagnosis CKD grade 5.Hasil pemeriksaan terdapat edema anasarka, sesak nafas, BAK tidak lebih dari 50 ml/24 jam. Apakah pengkajian lanjutan yang perlu dilakukan ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang telah berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi klinis yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal (CKD grade 5) yang ditandai dengan edema anasarka dan output urin yang rendah (kurang dari 50 ml/24 jam).
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan retensi cairan dan pembatasan asupan cairan yang ditandai dengan sesak napas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): SDKI merupakan standar acuan dalam menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan data pengkajian, tanda, dan gejala klinis. Diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan SDKI, yaitu "Kelebihan volume cairan" dan "Pola napas tidak efektif".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): SLKI merupakan panduan dalam menentukan hasil asuhan keperawatan yang diharapkan. Untuk diagnosa "Kelebihan volume cairan", luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan output urin yang meningkat, tanda-tanda edema yang berkurang, dan tanda-tanda vital yang stabil. Untuk diagnosa "Pola napas tidak efektif", luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif dan mampu mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): SIKI merupakan panduan dalam menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. Intervensi yang dapat dilakukan untuk pasien ini antara lain: pemantauan input-output cairan, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, edukasi terkait penyakit ginjal dan manajemen cairan, serta pengaturan posisi untuk membantu drainase cairan.
Pengkajian lanjutan yang perlu dilakukan:
1. Pemeriksaan fungsi ginjal (nilai BUN, kreatinin, laju filtrasi glomerulus)
2. Pemeriksaan laboratorium elektrolit (natrium, kalium, klorida)
3. Pemantauan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu)
4. Pemeriksaan fisik lebih rinci terkait adanya edema, serta fungsi sistem kardiovaskular dan respirasi
5. Pengkajian riwayat dan kepatuhan pasien dalam pengobatan dan pembatasan cairan
Dengan demikian, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar PPNI untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan. Pengkajian lanjutan yang direkomendasikan akan membantu dalam perencanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dan tepat. -
Article No. 2781 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 35 tahun dirawat di ICU dengan ventilasi mekanik. Setelah 2 minggu doktermelakukan tracheostomy karena penggunaan ventilasi jangka panjang. Ketika melakukan perawatan tracheostomy didapatkan frekuensi nadi dan napas meningkat, bibir pasien pucat.Apakah tindakan yang perlu dilakuka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi klinis yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada tingkat normal.
Penyebab: Adanya penyakit pernapasan, penggunaan ventilasi mekanik jangka panjang, dan komplikasi dari tindakan trakeostomi.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Tujuan: Mengidentifikasi perubahan status kesehatan pasien.
Aktivitas: Memantau denyut nadi, frekuensi napas, dan warna kulit secara berkala.
2. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang efektif.
Aktivitas: Menjaga kebersihan kanula trakeostomi, melakukan suction, dan mengoptimalkan pengaturan ventilator.
3. Oksigenasi
Tujuan: Mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Aktivitas: Menyesuaikan parameter ventilator dan memantau kadar oksigen dalam darah.
Rencana Tindakan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Tindakan: Memantau denyut nadi, frekuensi napas, dan warna kulit pasien secara berkala.
Rasional: Untuk mendeteksi tanda-tanda perubahan status kesehatan pasien.
2. Suction Jalan Napas
Tindakan: Melakukan suction pada saluran pernapasan pasien.
Rasional: Untuk membersihkan jalan napas dari sekret dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
3. Pengaturan Ventilator
Tindakan: Menyesuaikan parameter ventilator sesuai kebutuhan pasien.
Rasional: Untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan mengurangi risiko komplikasi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu mengatasi gangguan pertukaran gas pada pasien dan mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal. -
Article No. 2782 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 51 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 jam yang lalu, dengan skala nyeri 5 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Tanda-tanda vital diperoleh TD 110/ 72 mmHg, frekuensi nadi143 x/menit, frekuensi napas 28 x/ menit. Kemudian dokter memberikan Aspirin ke pasien. Apakah apakah fungsi Aspirin ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan sindrom koroner akut, ditandai dengan nyeri dada sebelah kiri, skala nyeri 5, dan kualitas seperti tertindih beban berat.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Tanda dan gejala yang muncul pada kondisi ini adalah nyeri dada, skala nyeri 5, dan kualitas nyeri seperti tertindih beban berat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan utama dari penanganan nyeri akut adalah mengurangi atau menghilangkan nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan mencegah komplikasi akibat nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan pemantauan tanda-tanda vital.
Fungsi Aspirin:
Aspirin yang diberikan oleh dokter pada pasien ini memiliki fungsi utama sebagai antiplatelet. Aspirin dapat membantu mencegah pembentukan bekuan darah di pembuluh darah jantung, sehingga dapat mengurangi risiko serangan jantung pada pasien dengan sindrom koroner akut.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan peran Aspirin dalam penanganan kondisi pasien. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 2783 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 20 tahun dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran. Pasien mengalami asidosis metabolic.Dokter meresepkan bicarbonate untuk mengoreksinya.Apakah monitor yang diperlukan pada pemberian obat tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
Sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami asidosis metabolik, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Asidosis metabolik merupakan kondisi dimana terjadi penurunan pH darah akibat peningkatan kadar asam dalam tubuh, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan metabolisme, penyakit ginjal, atau kondisi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi tubuh.
Monitor yang Diperlukan:
Dalam pemberian terapi bikarbonat untuk mengoreksi asidosis metabolik, perawat perlu melakukan pemantauan yang ketat terhadap beberapa parameter, antara lain:
1. Tanda-tanda vital: Pemantauan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu secara berkala.
2. Status asam-basa: Pemantauan pH darah, kadar bikarbonat, dan kadar karbon dioksida (CO2) dalam darah melalui pemeriksaan gas darah.
3. Elektrolit: Pemantauan kadar natrium, kalium, klorida, dan magnesium dalam darah.
4. Intake dan output cairan: Pencatatan asupan dan pengeluaran cairan untuk menilai keseimbangan cairan.
5. Gejala klinis: Pemantauan tanda dan gejala terkait asidosis metabolik, seperti perubahan kesadaran, takipnea, dan mual/muntah.
Pemantauan yang cermat terhadap parameter-parameter tersebut akan membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas terapi bikarbonat dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah acuan yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah acuan untuk menetapkan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas dalam menangani pasien dengan asidosis metabolik. -
Article No. 2784 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 52 tahun di rawat di RS dengan diagnosis medik CKD. Hasilpengukuran didapatkan BB 68 Kg, TB 150 cm. Dan Hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai kreatinin serum 6,3 mg/dL.Berapakah hasil pengukuran GFR (Glomerulus Filtration Rate) pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) berhubungan dengan penyakit ginjal kronik.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) didefinisikan sebagai penurunan fungsi ginjal untuk menyaring darah, yang ditandai dengan nilai LFG di bawah normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah peningkatan LFG ke dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan fungsi ginjal, pengelolaan cairan dan elektrolit, serta edukasi pasien dan keluarga terkait penyakit ginjal kronik.
Nilai GFR (Glomerular Filtration Rate) pasien:
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, nilai kreatinin serum pasien adalah 6,3 mg/dL. Dengan menggunakan rumus estimasi GFR berdasarkan persamaan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD), maka diperoleh hasil:
GFR = 175 x (Kreatinin serum)^-1,154 x (Usia)^-0,203 x 0,742 (untuk pria)
GFR = 175 x (6,3)^-1,154 x (52)^-0,203 x 0,742
GFR ≈ 12 mL/min/1,73m^2
Nilai GFR yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan fungsi ginjal yang sangat signifikan, sesuai dengan diagnosis medis CKD (Chronic Kidney Disease).