Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2748 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun datang ke poli dan didiagnosis konjungtivitis. Klien mengeluh mata berair dan lengket, gatal, penglihatan kabur, lapang pandang menyempit. Hasil pengkajian didapatkan mata tampak merah, kotor, terdapat purulen. Pasien tampak sering mengusap matanya. Apakah masalah keperawatan prioritas?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan/prosedur medis, serta penjelasan terkait masalah keperawatan prioritas:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H10.0
- Deskripsi: Konjungtivitis mular (akut)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan.
Penjelasan:
Pasien ini didiagnosis dengan konjungtivitis mular (akut), yang ditandai dengan keluhan mata berair, lengket, gatal, penglihatan kabur, dan lapang pandang menyempit. Hasil pengkajian menunjukkan mata tampak merah, kotor, dan terdapat purulen. Pasien juga tampak sering mengusap matanya.
Masalah keperawatan prioritas yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Gangguan kenyamanan (ketidaknyamanan mata) berhubungan dengan konjungtivitis mular (akut) yang ditandai dengan mata berair, lengket, gatal, penglihatan kabur, dan lapang pandang menyempit.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi mata yang tampak merah, kotor, dan terdapat purulen.
3. Ketidakefektifan perawatan diri berhubungan dengan pasien yang sering mengusap matanya.
Penanganan utama yang dapat diberikan adalah pemberian terapi obat mata, kompres hangat, dan edukasi kepada pasien terkait perawatan mata dan pencegahan infeksi lebih lanjut. -
Article No. 2749 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 41 tahun dirawat di bangsal neurologi, mengeluh tangan dan kakikanan tidak dapat digerakkan, aktivitas dibantu penuh oleh orang lain, TD 160/90 mmHg, frekuensi nadi 102 x/menit, frekuensi nafass 21 x/menit, hasil CT Scan otak diperoleh gambaran iskhemia. Apakah masalah keperawatan prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan prioritas beserta penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular sekunder akibat iskemia otak.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan pergerakan fisik secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang terbatas.
2. Terapi Latihan: Memberikan latihan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitas otot.
3. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin timbul akibat gangguan mobilitas.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, saya memberikan penjelasan komprehensif mengenai diagnosa keperawatan prioritas beserta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien laki-laki berusia 41 tahun yang mengalami gangguan mobilitas fisik akibat iskemia otak. -
Article No. 2750 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 54 th dengan keluhan ada luka pada telapak kaki sebelah kiri terkena pecahan kaca 1 minggu yang lalu, terasa nyeri, skala nyeri 4 dan keadaan luka mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan, teraba hangat disekitar luka, terdapat pus. Perawat sedang melakukan perawatan luka, saat ini balutan sudah dibuka.Apakah tindakan keperawatan selanjutnya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (SDKI)
Definisi: Rentan terhadap masuknya organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Adanya luka terbuka pada telapak kaki.
Gejala dan Tanda: Pembengkakan, kemerahan, hangat, dan adanya pus pada luka.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Perawatan Luka (SIKI)
Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka.
Intervensi:
a. Cuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka.
b. Bersihkan luka dengan larutan saline atau antiseptik sesuai kondisi luka.
c. Tutup luka dengan balutan steril yang sesuai.
d. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka dan menghindari aktivitas yang dapat memperburuk kondisi luka.
e. Observasi tanda-tanda infeksi (peningkatan nyeri, pembengkakan, kemerahan, hangat, dan adanya pus) secara berkala.
f. Berikan edukasi kepada pasien tentang perawatan luka dan pemantauan tanda infeksi.
2. Manajemen Nyeri (SLKI)
Tujuan: Menurunkan atau mengendalikan rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Intervensi:
a. Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai indikasi dan anjuran tenaga kesehatan.
c. Terapkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat/dingin.
d. Evaluasi efektivitas tindakan dalam menurunkan nyeri.
Dengan melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi, mengurangi nyeri, dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien. -
Article No. 2751 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 45 tahun, datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan merasakan pusing. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah 180/90 mmHg, nadi 100x/menit, napas 26 x/menit, IMT 32. Hasil pemeriksaan kolesterol darah 250 mg/dl. Perawat ingin memberikan pendidikan kesehatan.Manakah pendidikan kesehatan yang paling prioritas untuk pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling prioritas untuk pasien tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor kesehatan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan.
Penjelasan:
Pasien mengalami beberapa kondisi yang mengindikasikan masalah manajemen kesehatan, yaitu:
- Tekanan darah tinggi (180/90 mmHg)
- Denyut nadi cepat (100x/menit)
- Frekuensi napas cepat (26x/menit)
- Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi (32)
- Kolesterol darah tinggi (250 mg/dl)
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa pasien memiliki risiko kesehatan yang perlu dikendalikan dan dikelola dengan baik.
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, intervensi keperawatan yang paling prioritas untuk pasien ini adalah:
1. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pemahaman pasien tentang faktor risiko dan manajemen kondisi kesehatannya.
- Intervensi: Memberikan pendidikan kesehatan terkait hipertensi, pengelolaan berat badan, diet rendah kolesterol, dan gaya hidup sehat.
2. Manajemen Kesehatan
- Tujuan: Membantu pasien mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatannya.
- Intervensi: Membantu pasien menetapkan tujuan dan rencana pengelolaan kondisi kesehatannya, serta memantau perkembangannya.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, pendidikan kesehatan yang paling prioritas untuk pasien tersebut adalah:
"Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya menyarankan untuk fokus pada edukasi kesehatan terkait kondisi Anda saat ini. Anda menghadapi beberapa faktor risiko kesehatan yang perlu dikendalikan, seperti tekanan darah tinggi, berat badan berlebih, dan kolesterol tinggi. Edukasi yang saya berikan akan mencakup pemahaman tentang hipertensi, manajemen berat badan yang tepat, serta diet dan gaya hidup sehat untuk menurunkan kadar kolesterol. Tujuannya adalah agar Anda dapat memahami dengan baik kondisi kesehatan Anda dan dapat mengelolanya secara efektif. Saya akan memberikan informasi dan panduan yang didasarkan pada praktik keperawatan terbaik, sehingga Anda dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan kesehatan Anda." -
Article No. 2752 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien dengan Mild Head Injury, jatuh dari tangga pingsan dan akan dilakukan perawatan luka aku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan Mild Head Injury yang jatuh dari tangga dan pingsan, dengan akan dilakukan perawatan luka.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Perdarahan Intrakranial berhubungan dengan Mild Head Injury
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan Luka Terbuka
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera Perdarahan Intrakranial: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perdarahan di dalam rongga tengkorak yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
- Risiko Infeksi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penyebaran mikroorganisme patogen ke dalam jaringan yang sebelumnya steril.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk Risiko Cedera Perdarahan Intrakranial: Pasien tidak mengalami perdarahan intrakranial, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada penurunan kesadaran.
- Untuk Risiko Infeksi: Luka terbuka tampak bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan proses penyembuhan luka berjalan dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pemeriksaan Neurologis
- Manajemen Nyeri
- Perawatan Luka
- Edukasi Pencegahan Infeksi
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, serta melakukan pemantauan yang ketat untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 2753 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 53 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas dan berkurang saat duduk, nyeri dada sebelah kiri dan pasien tampak gelisah. Tampak edema pada kedua tungkai, menggunakan otot bantu pernafasan, tampak sianosis. Pemeriksaan JVP diperoleh ± 6 cm. Tanda-tanda vital diperoleh TD 160/120 mmHg, frekuensi nadi 140 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit.Apakah tindakan pertama yang dilakukan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
- Penyebab: Edema, penggunaan otot tambahan pernafasan, sianosis.
- Gejala: Sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pasokan darah dan oksigen ke jantung.
- Penyebab: Penyakit jantung, hipertensi.
- Gejala: Nyeri dada, edema, peningkatan JVP, peningkatan tekanan darah.
3. Cemas
- Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Diagnosis medis yang mengancam, perubahan status kesehatan.
- Gejala: Pasien tampak gelisah.
Tindakan Keperawatan:
Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah:
1. Menjaga jalan napas tetap terbuka dan mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Intervensi: Atur posisi pasien duduk atau setengah duduk, berikan oksigen, monitor tanda-tanda vital.
2. Mengatasi nyeri dada.
- Intervensi: Berikan analgesik sesuai instruksi medis, monitor respons pasien terhadap pengobatan.
3. Menurunkan kecemasan pasien.
- Intervensi: Lakukan pendekatan terapeutik, berikan informasi yang jelas, libatkan keluarga untuk memberikan dukungan.
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus bertindak dengan profesionalisme, empati, dan memberikan edukasi yang jelas kepada pasien dan keluarga. Perawat juga harus berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk memastikan rencana perawatan yang komprehensif. -
Article No. 2754 | 19 Oct 2024
Klinis : Balita laki-laki usia 4 tahun dirawat di RS dengan luka bakar grade 1 hari ke-dua. Luka berada di daerah femur, tungkai kanan dan kiri. Anak tampak tenang dan tidak mengeluh.Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis dan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Masalah Keperawatan Utama:
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama yang teridentifikasi adalah: Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan Luka Bakar.
Penjelasan:
- Integritas Kulit Terganggu merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan SDKI, dimana terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi kulit akibat luka bakar.
- Luka bakar grade 1 pada hari kedua perawatan menunjukkan adanya kerusakan pada lapisan epidermis kulit, sehingga integritas kulit terganggu.
- Luaran keperawatan yang dapat diterapkan sesuai SLKI adalah Integritas Kulit Membaik, dengan indikator perbaikan kondisi luka bakar.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai SIKI antara lain Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, dan Edukasi Perawatan Kulit, untuk membantu penyembuhan luka dan mencegah komplikasi.
Dengan memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas, sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar praktik profesional. -
Article No. 2755 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 55 tahun, dirawat di bangsal penyakit jantung. Pasien mendapatkan terapi diuretik 3 x 1 ampul. Hasil pemeriksaan EKG didapatkan data adanya hipertrofi ventrikel.Manakah yang harus mendapatkan perhatian perawat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya sebagai perawat profesional memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan aliran darah ke jantung yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Risiko: Hipertrofi ventrikel yang terdeteksi pada pemeriksaan EKG.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Faktor Risiko: Efek samping dari terapi diuretik yang dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan.
3. Ketidakefektifan Manajemen Terapeutik
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengelola regimen terapeutik yang direkomendasikan.
Faktor Risiko: Pasien menerima terapi diuretik yang memerlukan pemantauan dan pengaturan yang tepat.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak:
- Hipertrofi ventrikel dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke jantung, yang dapat mengancam fungsi jantung.
- Perawat harus memantau tanda-tanda dan gejala gangguan perfusi jantung, seperti nyeri dada, dispnea, dan perubahan irama jantung.
- Perawat harus membantu pasien dalam mengelola faktor risiko, seperti mengontrol tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Terapi diuretik dapat menyebabkan efek samping seperti kelelahan dan kelemahan, yang dapat mengganggu kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
- Perawat harus menilai tingkat aktivitas pasien dan membantu dalam merencanakan dan melakukan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi pasien.
- Perawat juga harus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kelelahan dan strategi untuk menjaga energi.
3. Ketidakefektifan Manajemen Terapeutik:
- Pasien menerima terapi diuretik yang memerlukan pemantauan dan pengaturan yang tepat untuk mencegah komplikasi.
- Perawat harus memastikan pasien memahami tujuan, aturan penggunaan, dan potensi efek samping dari terapi diuretik.
- Perawat harus memantau respons pasien terhadap terapi, seperti perubahan tanda vital, berat badan, dan output urin, serta melakukan intervensi yang sesuai.
- Perawat juga harus berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan manajemen terapeutik pasien.
Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan perhatian yang komprehensif pada aspek-aspek tersebut untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 2756 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 45 tahun di rawat di ruang Penyakit Dalam dengan keluhan utamasesak nafas. Hasil pemeriksaan fisik terdapat pitting edema derajat 3 di ektremitas bawah, bunyi ronkhi pada kedua lapang paru, TD 140/85 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, frekuensi napas 27 x/menit, dan didapatkan hasil pengukuran keseimbangan cairan -80 ml/24 jam.Apakah masalah prioritas pada kasus?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan menganalisis kondisi pasien berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekresi dan kelemahan otot pernapasan.
Gejala: Bunyi napas tambahan (ronki), kesulitan bernapas, dan kelelahan.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SLKI: Bersihan Jalan Napas Efektif
SIKI: Manajemen Jalan Napas, Terapi Oksigen, Fisioterapi Dada
Pasien mengalami sesak napas, bunyi ronki pada kedua lapang paru, serta peningkatan frekuensi napas yang menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas. Hal ini menjadi prioritas untuk ditangani.
Perawat perlu segera melakukan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan fisioterapi dada untuk membantu meningkatkan bersihan jalan napas dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 2757 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 45 tahun di rawat di ruang Penyakit Dalam dengan keluhan utamasesak nafas. Hasil pemeriksaan fisik terdapat pitting edema derajat 3 di ektremitas bawah, bunyi ronkhi pada kedua lapang paru, TD 140/85 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, frekuensi napas 27 x/menit, dan didapatkan hasil pengukuran keseimbangan cairan -80 ml/24 jam.Apakah masalah prioritas pada kasus?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa masalah prioritas pada kasus ini adalah gagal jantung kongestif.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
Pada kasus ini, pasien laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya edema derajat 3 di ekstremitas bawah, ronki pada kedua lapang paru, serta tanda-tanda hipertensi (TD 140/85 mmHg) dan takikardi (frekuensi nadi 98 x/menit). Pengukuran keseimbangan cairan juga menunjukkan kelebihan cairan (-80 ml/24 jam). Berdasarkan temuan klinis ini, diagnosis yang paling sesuai adalah gagal jantung kongestif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian diuretik
Pasien dengan gagal jantung kongestif memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif, termasuk terapi diuretik untuk mengatasi kelebihan cairan. Oleh karena itu, pemberian diuretik (kode ICD-9-CM 99.15) merupakan tindakan medis yang mungkin dilakukan pada kasus ini.
Penjelasan detail:
- Gagal jantung kongestif (I50.0) adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah dengan efisien, menyebabkan kelebihan cairan dalam tubuh dan gejala sesak napas.
- Temuan klinis seperti edema ekstremitas bawah, ronki paru, hipertensi, dan takikardi mendukung diagnosis gagal jantung kongestif.
- Pengukuran keseimbangan cairan negatif (-80 ml/24 jam) menunjukkan kelebihan cairan dalam tubuh, yang perlu diatasi dengan terapi diuretik.
- Pemberian diuretik (kode ICD-9-CM 99.15) merupakan salah satu intervensi medis yang penting dalam penatalaksanaan gagal jantung kongestif untuk mengurangi volume cairan berlebih.
Jadi, masalah prioritas pada kasus ini adalah gagal jantung kongestif (I50.0), dan tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian diuretik (99.15).