Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2738 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien post Infark Miokard hari ke-3 dilakukan pemeriksaan ulang EKG dan CKMB.Manakah yang menunjukan hasil perbaikan kondisi pasien tersebut berdasarkan pemeriksaanEKG dan CKMB?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan jawaban dalam format yang terstruktur seperti yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark Miokard Akut, Tidak Dinyatakan Lebih Lanjut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.52
- Deskripsi: Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dalam kasus pasien post Infark Miokard hari ke-3 yang dilakukan pemeriksaan ulang EKG dan CKMB, pemeriksaan EKG dan CKMB dapat memberikan informasi mengenai perbaikan kondisi pasien.
Pemeriksaan EKG dapat menunjukkan perubahan pola gelombang yang dapat mengindikasikan perbaikan kondisi jantung setelah Infark Miokard. Hal ini dapat terlihat dari:
- Penurunan elevasi segmen ST
- Normalisasi gelombang T
- Penurunan amplitudo gelombang Q
Pemeriksaan CKMB (Creatine Kinase-MB) adalah tes darah yang dapat mengukur aktivitas enzim CKMB, yang merupakan indikator kerusakan otot jantung. Penurunan kadar CKMB dapat menunjukkan adanya perbaikan kondisi pasien setelah Infark Miokard, karena aktivitas CKMB akan menurun seiring dengan perbaikan kondisi jantung.
Jadi, pemeriksaan EKG dan CKMB pada hari ke-3 post Infark Miokard dapat memberikan informasi mengenai perbaikan kondisi pasien, yang dapat terlihat dari perbaikan pola gelombang EKG dan penurunan kadar CKMB. -
Article No. 2739 | 19 Oct 2024
Klinis : Tn A (41 thn) dirawat dengan stroke haemoraghic hari pertama. Tn A mengeluh sakit kepala dengan skala 10. Hasil pemeriksan fisik: kesadaran somnolen, tekanan darah 200/130 mmHg, nadi 135 x/ menit, RR : 28 x/ menit dan suhu37oC, pupil isokor, reflek kornea positif, kekuatan otot ektremitas kiri atas 3 kiri bawah 3, reflek Babinski positif. Hasil CT scan diperoleh informasi perdarahan intraventrikuler 1, 2, 3 dan 4.Manakah tindakan keperawatan utama yang tepat pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, saya Nurse Asisten, seorang pakar di bidang keperawatan. Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Tn A dengan stroke hemoragik hari pertama, serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan intraventrikuler, ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala skala 10, tekanan darah tinggi, dan penurunan kekuatan otot.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan perfusi jaringan serebral: Penurunan aliran darah ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- Faktor yang berhubungan: Perdarahan intraventrikuler, peningkatan tekanan intrakranial.
- Karakteristik definisi: Penurunan kesadaran, nyeri kepala, perubahan tanda-tanda vital, perubahan fungsi motorik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan serebral membaik, kesadaran membaik, nyeri kepala berkurang, tanda-tanda vital stabil, fungsi motorik membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi utama: Manajemen peningkatan tekanan intrakranial, manajemen perfusi serebral, manajemen nyeri.
- Tindakan keperawatan utama yang tepat: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan fungsi neurologis, pemberian oksigen, pemberian obat-obatan antihipertensi dan analgesik, perawatan head-of-bed elevation, kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan perdarahan.
Dengan memperhatikan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan keperawatan utama yang tepat untuk Tn A adalah pemantauan ketat tanda-tanda vital, fungsi neurologis, serta pemberian intervensi yang tepat untuk mengatasi peningkatan tekanan intrakranial, mempertahankan perfusi serebral, dan manajemen nyeri yang dialami. -
Article No. 2740 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 th dengan keluhan luka pada telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh -sembuh, luka sudah diderita selama 2 bulan, keluhan terasa nyeri seperti tertindih benda padat, skala nyeri 2 dan setelah dilakukan anamnesis keadaan luka saat melakukan perawatan luka didapatkan hasil luka kotor, diameter luka 3x2 cm kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat pada area luka, terdapat jaringan mati pada tepian luka, warna tepian luka kehitaman. Hasil pemeriksan laboratorium darah. Leukosit 14000 sel/mm3.Prioritas diagnosis keperawatan apa yang tepat untuk masalah pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan :
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk prioritas adalah:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Faktor yang Berhubungan: Ketidakmampuan untuk merawat luka, imobilisasi, dan infeksi.
Karakteristik Mayor: Luka pada telapak kaki, eksudat pada luka, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Integritas Kulit Terganggu merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang termasuk dalam domain Fisiologis Kompleks dan kelas Integritas Kulit & Jaringan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Beberapa luaran yang diharapkan adalah Luka Sembuh, Kerusakan Jaringan Minimal, dan Tidak Terjadi Infeksi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, dan Pencegahan Infeksi.
Dalam kasus ini, prioritas diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu. Hal ini didasarkan pada adanya luka pada telapak kaki yang tidak sembuh-sembuh, disertai dengan kondisi luka yang tidak baik, seperti eksudat, jaringan mati, dan warna tepian luka yang kehitaman. Selain itu, hasil laboratorium juga menunjukkan peningkatan kadar leukosit, yang mengindikasikan adanya proses infeksi.
Perawat perlu segera menangani masalah integritas kulit yang terganggu pada pasien ini melalui intervensi yang tepat, seperti perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi, untuk membantu proses penyembuhan luka dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 2741 | 19 Oct 2024
Klinis : TSeorang perempuan berusia 55 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 2 jam yang lalu, dengan skala nyeri 7 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan tidak berkurang saat beristirahat. Tanda-tanda vital diperoleh TD155/ 95 mmHg, frekuensi nadi 143 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit. Anda akan melakukan pengambilan sample darah untuk mengetahui nilai dari Troponin I.Apakah fungsi pemeriksaan Troponin pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut terkait iskemia miokard, ditandai dengan nyeri dada kiri, skala nyeri 7, dan kualitas seperti tertindih beban berat.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" mengacu pada kode SDKI 00132, yang didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa "Nyeri akut" adalah pasien melaporkan nyeri terkendali (SLKI 00132).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, relaksasi, dan lain-lain (SIKI 00132).
Fungsi pemeriksaan Troponin I pada pasien:
Troponin I adalah biomarker spesifik untuk kerusakan otot jantung (miokard). Pemeriksaan Troponin I dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis sindrom koroner akut, seperti infark miokard. Hasil Troponin I yang meningkat menunjukkan adanya nekrosis (kerusakan) sel-sel jantung, sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana yang tepat bagi pasien. -
Article No. 2742 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 th dengan keluhan luka pada telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh -sembuh, luka sudah diderita selama 2 bulan, keluhan terasa nyeri seperti tertindih benda padat, skala nyeri 2 dan setelah dilakukan anamnesis keadaan luka saat melakukan perawatan luka didapatkan hasil luka kotor, diameter luka 3x2 cm kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat pada area luka, terdapat jaringan mati pada tepian luka, warna tepian luka kehitaman. Hasil pemeriksan laboratorium darah. Leukosit 14000 sel/mm3.Prioritas diagnosis keperawatan apa yang tepat untuk masalah pasien tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta prioritas diagnosis keperawatan untuk kondisi pasien tersebut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L97.409
- Deskripsi: Ulkus tungkai bawah, tidak diklasifikasikan di tempat lain, tanpa komplikasi lainnya, bagian tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, jaringan mati
Berdasarkan informasi yang diberikan, prioritas diagnosis keperawatan yang tepat untuk masalah pasien tersebut adalah:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka pada telapak kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh, dengan karakteristik luka kotor, diameter 3x2 cm, kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman.
Penjelasan:
- Pasien mengalami luka pada telapak kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh selama 2 bulan, dengan karakteristik luka yang menunjukkan adanya infeksi.
- Luka memiliki diameter 3x2 cm dengan kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman, yang mengindikasikan adanya kerusakan integritas kulit.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (14.000 sel/mm3), yang juga mendukung diagnosis kerusakan integritas kulit akibat infeksi.
Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah "Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka pada telapak kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh." -
Article No. 2743 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita usia 25 tahun saat ini menderita HIV positif dan hamil 26 minggu. Pasien masih bingung memikirkan persalinannya karena takut bayinya akan tertular. Oleh perawat petugas VCT diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan ke bayi.Apakah yang harus dianjurkan perawat terkait masalah diatas ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan terinfeksi HIV pada bayi yang akan dilahirkan, ditandai dengan pasien mengungkapkan perasaan cemas dan takut.
SDKI:
Kecemasan adalah respon emosional dan perilaku individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak pasti dan tidak diharapkan.
SLKI:
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya secara terbuka
3. Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan
SIKI:
1. Berikan informasi yang akurat tentang HIV dan pencegahan penularan ke bayi
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutannya
3. Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
4. Libatkan keluarga dalam mendukung pasien
Sebagai perawat, saya akan berfokus pada memberikan pendidikan kesehatan yang komprehensif kepada pasien terkait pencegahan penularan HIV ke bayi. Saya akan memastikan pasien memahami bahwa dengan penanganan yang tepat, risiko penularan ke bayi dapat diminimalkan. Selain itu, saya akan mendorong pasien untuk terbuka mengungkapkan perasaannya dan melibatkan keluarga sebagai sumber dukungan. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengatasi kecemasan dan mengambil keputusan yang tepat terkait persalinannya. -
Article No. 2744 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita usia 25 tahun saat ini menderita HIV positif dan hamil 26 minggu. Pasien masih bingung memikirkan persalinannya karena takut bayinya akan tertular. Oleh perawat petugas VCT diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan ke bayi.Apakah yang harus dianjurkan perawat terkait masalah diatas ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O98.7
- Deskripsi: HIV-positif yang memperburuk komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V08
- Deskripsi: Status asimtomatik terinfeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV)
Sebagai petugas kesehatan, hal-hal yang dapat dianjurkan perawat terkait kondisi pasien ini adalah:
1. Pemberian pendidikan kesehatan dan konseling yang komprehensif terkait pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA):
- Memastikan pasien memahami risiko penularan HIV ke bayi selama kehamilan, persalinan, dan menyusui.
- Menjelaskan tentang penggunaan antiretroviral (ARV) profilaksis selama kehamilan dan persalinan, serta pilihan metode persalinan yang aman.
- Memberikan informasi tentang opsi-opsi pemberian ASI yang aman bagi bayi, seperti penggunaan susu formula atau ASI perah.
2. Dukungan psikologis dan emosional:
- Membantu mengatasi rasa takut dan kekhawatiran pasien terkait kemungkinan penularan HIV ke bayi.
- Memberikan ruang bagi pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kecemasannya secara terbuka.
- Merujuk pasien ke konselor atau kelompok dukungan sebaya jika diperlukan.
3. Koordinasi perawatan:
- Memastikan pasien mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif, termasuk pemantauan kehamilan dan pemberian ARV sesuai protokol.
- Berkoordinasi dengan tim obstetri dan pediatri untuk merencanakan persalinan yang aman dan penatalaksanaan bayi setelah lahir.
- Memastikan pasien dan bayi mendapatkan pemantauan dan perawatan lanjutan setelah persalinan.
Dengan pendekatan holistik yang berfokus pada pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, serta dukungan psikologis dan koordinasi perawatan yang baik, diharapkan pasien dapat merasa lebih tenang dan memiliki kehamilan yang aman bagi dirinya dan bayi. -
Article No. 2745 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 20 tahun dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran. Pasien mengalami asidosis metabolic.Dokter meresepkan bicarbonate untuk mengoreksinya.Apakah monitor yang diperlukan pada pemberian obat tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan asidosis metabolik.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko penurunan perfusi jaringan serebral merupakan kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi dan nutrisi jaringan otak. Dalam kasus ini, asidosis metabolik yang dialami pasien dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan serebral.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan pasien ini adalah pemulihan perfusi jaringan serebral, yang dapat ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran, stabilitas hemodinamik, dan normalisasi nilai-nilai laboratorium terkait asidosis metabolik.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh.
2. Pemantauan status neurologis, seperti tingkat kesadaran, refleks, dan fungsi saraf.
3. Pemantauan kadar elektrolit, gas darah, dan status asam-basa.
4. Pemberian terapi oksigen, jika diperlukan.
5. Pemberian terapi bikarbonat sesuai resep dokter, dengan pemantauan yang ketat terhadap efek samping dan respons terapi.
Pada pemberian terapi bikarbonat, hal-hal yang perlu dipantau adalah:
1. Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) secara berkala.
2. Kadar elektrolit, terutama kalium, karena bikarbonat dapat menyebabkan hipokalemia.
3. Nilai pH darah, untuk memastikan koreksi asidosis metabolik.
4. Gejala dan tanda efek samping, seperti mual, muntah, dan alkalosis.
Dengan pemantauan yang ketat dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari asidosis metabolik dan penurunan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 2746 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 61 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam. Hasil pengkajian didapatkan data klien tidak bisa bicara dan kesulitan menelan, turgor kulit jelek, pasien tidak mau minum sejak 8 jam yang lalu. Produksi urine 70 cc dalam 7 jam. TD 180/95 mmHg, frekuensi nadi90 x/menit, suhu 39°C, frekuensi napas 19 x/menit. Apakah masalah prioritas pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, masalah prioritas pada pasien ini adalah Risiko Kekurangan Volume Cairan yang berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kekurangan Volume Cairan adalah kondisi di mana individu rentan mengalami penurunan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Turgor kulit baik
3. Produksi urin meningkat
4. Tidak ada tanda dehidrasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan yang mendukung hidrasi
4. Anjurkan pasien minum secara bertahap
5. Monitor tanda-tanda vital dan tanda dehidrasi secara berkala
Kesimpulan, masalah prioritas pada pasien ini adalah Risiko Kekurangan Volume Cairan yang perlu segera diatasi melalui intervensi keperawatan yang komprehensif sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 2747 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun datang ke poli dan didiagnosis konjungtivitis. Klien mengeluh mata berair dan lengket, gatal, penglihatan kabur, lapang pandang menyempit. Hasil pengkajian didapatkan mata tampak merah, kotor, terdapat purulen. Pasien tampak sering mengusap matanya. Apakah masalah keperawatan prioritas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi seorang laki-laki berusia 33 tahun yang didiagnosis konjungtivitis.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus dan ketidaknyamanan mata.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik.
- Penyebab: Penurunan visus dan ketidaknyamanan mata akibat konjungtivitis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan yang ada.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Manajemen aktivitas: Mengidentifikasi aktivitas yang terbatas, menyediakan alat bantu, dan memantau toleransi klien terhadap aktivitas.
- Manajemen nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, memberikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Manajemen penglihatan: Memantau visus klien, memberikan intervensi untuk meningkatkan visus, dan mengajarkan klien untuk mengurangi aktivitas yang dapat memperburuk kondisi.
Intoleransi aktivitas menjadi diagnosa keperawatan prioritas karena penurunan visus dan ketidaknyamanan mata akibat konjungtivitis dapat membatasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang fokus pada manajemen aktivitas, nyeri, dan penglihatan akan sangat penting dalam membantu klien mencapai luaran yang diharapkan.