Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2715 | 19 Oct 2024
Klinis : nyeri pada perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri pada perut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 2011). Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk nyeri perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Pasien dapat mengontrol nyeri
3. Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi tanda dan gejala nyeri
- Tentukan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
- Berikan obat-obatan sesuai resep untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
2. Manajemen Faktor yang Memengaruhi Nyeri
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti kecemasan, depresi, atau stres
- Berikan intervensi untuk mengurangi faktor-faktor tersebut
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda, gejala, dan penanganan nyeri perut
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri yang efektif
Dalam pendekatan akademis, perawat berperan sebagai pakar yang memberikan informasi dan rekomendasi perawatan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PPNI. Tujuannya adalah membantu pasien mengatasi nyeri perut secara komprehensif. -
Article No. 2716 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki (40thn) dirawat dengan asma bronchial, dengan keluhan sesak nafas berat. Hasil pemeriksaan eosinophil meningkat diatas normal, leukosit normal dan Hb sedikit menurun dan kolesterol 250 mg/dl. Pasien mengatakan dalam keluarga terdapat 2 orang yang sedang terkena flu.Manakah penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut di atas?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut adalah alergi atau reaksi alergi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: N/A (tidak ada kode prosedur yang spesifik)
- Deskripsi: -
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan sesak napas berat, hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan eosinofil di atas normal, serta terdapat riwayat flu dalam keluarga, mengindikasikan bahwa penyebab utama serangan asma pada pasien adalah alergi atau reaksi alergi. Peningkatan eosinofil, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih, menunjukkan adanya respon inflamasi yang khas pada kondisi asma alergi.
Selain itu, riwayat flu dalam keluarga dapat memicu serangan asma pada pasien, karena infeksi virus pernapasan dapat memicu respons inflamasi pada saluran pernapasan dan memperburuk gejala asma. Hal ini terjadi karena sistem imun yang terstimulasi akibat infeksi virus dapat menyebabkan peningkatan reaksi alergi dan produksi mediator-mediator inflamasi.
Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah J45.9 (Asma, tidak spesifik), yang mencakup asma bronkial (bronchial asthma) tanpa spesifikasi lebih lanjut. Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 2717 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan 27 tahun dibawa ke UGD karena post kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajianfrekuensi nafas 10 x/menit, frekuensi nadi 120 x/menit, TD 90/55 mmHg, nilai GCS 8. Terdapat perdarahan masif, fraktur terbuka di femur dextra, dan hematom di daerah inguinal.Apakah tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan cairan tubuh?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S31.101A
- Deskripsi: Luka terbuka pada daerah inguinal, initial encounter
- Kode: S72.401A
- Deskripsi: Fraktur terbuka pada diafisis femur dextra, initial encounter
- Kode: R09.2
- Deskripsi: Hipotensi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Transfusi darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Untuk mempertahankan cairan tubuh pada pasien dengan kondisi ini, tindakan yang mungkin dilakukan adalah:
1. Resusitasi cairan: Pemberian cairan intravena (kristaloid atau koloid) secara cepat untuk mengatasi hipovolemia akibat perdarahan masif. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah.
2. Kontrol perdarahan: Upaya untuk mengendalikan perdarahan, misalnya dengan aplikasi tekanan langsung pada daerah perdarahan, penggunaan tourniquet, atau tindakan bedah jika diperlukan.
3. Stabilisasi fraktur: Aplikasi splint atau alat fiksasi eksternal untuk menstabilkan fraktur terbuka pada femur dextra, guna mencegah perdarahan lebih lanjut dan komplikasi lain.
4. Monitoring ketat: Pemantauan tanda-tanda vital secara kontinyu, seperti frekuensi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen, untuk mengevaluasi respons pasien terhadap tindakan resusitasi.
5. Pemberian oksigen: Suplementasi oksigen melalui kanula nasal atau masker oksigen untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
6. Pemberian analgetik dan antibiotik: Untuk mengelola nyeri dan mencegah infeksi akibat luka terbuka.
Tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara komprehensif untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa pasien. -
Article No. 2718 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki (50thn) dengan congestif heart failure, mengeluh sangat haus dan ingin minum terus.Manakah tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus tersebut di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan ketidakmampuan jantung memompa darah secukupnya, sebagaimana ditunjukkan dengan gejala pasien yang sangat haus dan ingin terus minum.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan kekurangan atau kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Karakteristik Definisi: Pasien mengeluhkan rasa haus yang berlebihan dan ingin terus minum.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan cairan yang memadai, dengan indikator seperti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan output urin yang adekuat.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Manajemen cairan, yang meliputi pemantauan intake dan output cairan, pembatasan cairan sesuai kebutuhan, serta pemberian obat-obatan diuretik jika diperlukan.
- Rasional: Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang memadai dan mengatasi gejala kelebihan cairan yang dialami pasien dengan gagal jantung kongestif.
Tindakan Utama:
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan utama yang harus dilakukan untuk mengatasi kondisi pasien laki-laki 50 tahun dengan gagal jantung kongestif yang mengeluhkan rasa haus yang berlebihan dan ingin terus minum adalah Manajemen Cairan. Tindakan ini mencakup pemantauan intake dan output cairan, pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan, serta pemberian obat-obatan diuretik jika diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal. -
Article No. 2719 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 55 tahun, dirawat di bangsal penyakit jantung. Pasien mendapatkan terapi diuretik 3 x 1 ampul. Hasil pemeriksaan EKG didapatkan data adanya hipertrofi ventrikel.Manakah yang harus mendapatkan perhatian perawat?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I51.7
- Deskripsi: Hipertrofi ventrikel
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.27
- Deskripsi: Pemberian diuretik
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 untuk Hipertrofi Ventrikel (I51.7):
- Hipertrofi ventrikel adalah kondisi di mana salah satu atau lebih bilik jantung mengalami pembesaran dan penebalan otot jantung. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk hipertensi, penyakit jantung bawaan, atau penyakit jantung lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure untuk Pemberian Diuretik (99.27):
- Pemberian diuretik adalah terapi untuk menangani berbagai kondisi medis, termasuk hipertensi, gagal jantung, dan edema. Diuretik bekerja dengan meningkatkan pengeluaran cairan dari tubuh melalui urin, sehingga dapat membantu menurunkan beban kerja jantung.
Berdasarkan informasi yang diberikan, perhatian perawat harus diberikan pada pengawasan dan pemantauan pasien selama pemberian terapi diuretik. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan, untuk memastikan tidak terjadi perubahan yang signifikan.
2. Pemantauan tanda-tanda dehidrasi, seperti rasa haus yang berlebihan, mulut kering, dan penurunan volume urin.
3. Pemantauan elektrolit, terutama kadar kalium, untuk mencegah komplikasi akibat gangguan keseimbangan elektrolit.
4. Pengkajian gejala dan tanda-tanda edema, untuk memastikan efektivitas terapi diuretik.
5. Edukasi kepada pasien mengenai pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, pemantauan gejala, dan pola makan yang sesuai.
6. Koordinasi dengan tim medis lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, untuk memastikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
Dengan pemantauan yang ketat dan pemberian perawatan yang sesuai, perawat dapat membantu mencegah komplikasi dan memaksimalkan hasil perawatan bagi pasien dengan hipertrofi ventrikel. -
Article No. 2720 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 51 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 jam yang lalu, dengan skala nyeri 5 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Tanda-tanda vital diperoleh TD 110/ 72 mmHg, frekuensi nadi143 x/menit, frekuensi napas 28 x/ menit. Kemudian dokter memberikan Aspirin ke pasien. Apakah apakah fungsi Aspirin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu nyeri dada sebelah kiri, skala nyeri 5, kualitas seperti tertindih beban berat, serta tanda-tanda vital yang abnormal (TD 110/72 mmHg, nadi 143 x/menit, napas 28 x/menit), maka diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah "Nyeri Akut".
Penjelasan singkat:
SDKI: Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan.
SLKI: Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut antara lain adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, dapat beristirahat dengan nyaman, dan dapat beraktivitas sesuai kemampuan.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri akut meliputi pemberian analgesik, manajemen lingkungan, distraksi, relaksasi, pemberian informasi, dan pemantauan tanda-tanda vital.
Fungsi Aspirin:
Aspirin yang diberikan oleh dokter merupakan salah satu jenis analgesik (obat pereda nyeri) yang dapat membantu mengurangi nyeri dada yang dirasakan oleh pasien. Aspirin bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin, sehingga dapat menurunkan rasa nyeri dan inflamasi. Selain itu, Aspirin juga memiliki efek antiplatelet yang dapat membantu mencegah pembentukan gumpalan darah, yang berkaitan dengan kondisi jantung koroner.
Diharapkan, dengan pemberian Aspirin dan intervensi keperawatan yang sesuai, pasien dapat memperoleh penanganan yang komprehensif untuk mengatasi nyeri dada yang dialaminya. -
Article No. 2721 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian didapatkan data pasien bicara tidak jelas (afasia motorik) dan kesulitan menelan, mulut tampak tidak simetri dan vagal positif. TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, suhu 37°C, frekuensi napas 18/menit. Pasien mengalami masalah keperawat gangguan menelan dan kerusakan komunikasi verbal. Apakah prioritas tindakan pada pasien di atas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disajikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Stroke iskemik, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.93
- Deskripsi: Disfagia, evaluasi dan manajemen
Pasien ini menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada diagnosis stroke iskemik, termasuk bicara tidak jelas (afasia motorik), kesulitan menelan, dan mulut yang tidak simetris. Selain itu, tanda-tanda vital seperti tekanan darah tinggi dan peningkatan frekuensi nadi juga mendukung diagnosis ini.
Prioritas tindakan yang perlu dilakukan pada pasien ini adalah:
1. Stabilisasi kondisi medis:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Pengelolaan hipertensi dan pengobatan yang sesuai
- Pemberian cairan dan nutrisi yang tepat melalui jalur yang aman (mis. selang nasogastrik) untuk mengatasi masalah menelan
2. Evaluasi dan manajemen disfagia:
- Melakukan tes menelan untuk menilai tingkat kesulitan menelan dan risiko aspirasi
- Perencanaan intervensi yang sesuai, seperti latihan menelan, modifikasi diet, atau pemberian nutrisi alternatif jika diperlukan
3. Evaluasi dan manajemen gangguan komunikasi:
- Penilaian status kognitif dan kemampuan komunikasi verbal
- Intervensi terapi wicara untuk membantu meningkatkan kemampuan komunikasi
4. Pemantauan dan pencegahan komplikasi:
- Pemantauan tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain yang mungkin terjadi
- Tindakan pencegahan, seperti perawatan kulit, mobilisasi dini, dan pencegahan trombosis vena dalam
Dengan pendekatan komprehensif yang mencakup stabilisasi kondisi medis, pengelolaan disfagia, intervensi komunikasi, serta pemantauan dan pencegahan komplikasi, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan yang optimal dan mencapai hasil yang baik dalam pemulihan. -
Article No. 2722 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian didapatkan data pasien bicara tidak jelas (afasia motorik) dan kesulitan menelan, mulut tampak tidak simetri dan vagal positif. TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, suhu 37°C, frekuensi napas 18/menit. Pasien mengalami masalah keperawat gangguan menelan dan kerusakan komunikasi verbal. Apakah prioritas tindakan pada pasien di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat senior, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Menelan (SDKI: Swallowing Impaired)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menelan makanan, cairan, atau obat-obatan dengan aman dan efektif.
- Penyebab: Kelemahan otot-otot yang terlibat dalam proses menelan, disfungsi sistem saraf pusat, atau kondisi medis lainnya.
- Karakteristik: Pasien mengalami kesulitan menelan, tersedak saat menelan, dan mulut tampak tidak simetris.
2. Kerusakan Komunikasi Verbal (SDKI: Verbal Communication Impaired)
- Definisi: Keterbatasan dalam pengiriman atau penerimaan pesan verbal yang efektif.
- Penyebab: Kerusakan sistem saraf pusat, seperti afasia motorik.
- Karakteristik: Pasien bicara tidak jelas (afasia motorik).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Fungsi Menelan (Swallowing Function Restoration)
- Luaran: Pasien dapat menelan makanan, cairan, dan obat-obatan dengan aman dan efektif.
2. Pemulihan Komunikasi Verbal (Verbal Communication Restoration)
- Luaran: Pasien dapat berkomunikasi secara verbal dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Disfagia (Dysphagia Management)
- Intervensi: Mengatur posisi pasien saat makan, membantu pasien menelan, memberikan makanan/cairan yang sesuai, dan memantau tanda-tanda kesulitan menelan.
2. Terapi Wicara (Speech Therapy)
- Intervensi: Membantu pasien berlatih berbicara, menggunakan alat bantu komunikasi, dan melatih fungsi artikulasi.
Prioritas Tindakan:
Berdasarkan data pasien, prioritas tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Disfagia untuk mengatasi masalah gangguan menelan.
2. Terapi Wicara untuk membantu pemulihan kemampuan komunikasi verbal pasien.
Selain itu, pemantauan tanda-tanda vital dan penanganan hipertensi juga perlu dipertimbangkan untuk mengelola kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh. -
Article No. 2723 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 th dengan keluhan luka pada telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh -sembuh, luka sudah diderita selama 2 bulan, keluhan terasa nyeri seperti tertindih benda padat, skala nyeri 2 dan setelah dilakukan anamnesis keadaan luka saat melakukan perawatan luka didapatkan hasil luka kotor, diameter luka 3x2 cm kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat pada area luka, terdapat jaringan mati pada tepian luka, warna tepian luka kehitaman. Hasil pemeriksan laboratorium darah. Leukosit 14000 sel/mm3.Prioritas diagnosis keperawatan apa yang tepat untuk masalah pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan:
Integritas Kulit Terganggu adalah keadaan di mana terdapat kerusakan pada kulit dan membran mukosa. Dalam kasus ini, pasien mengalami luka pada telapak kaki kiri yang tidak kunjung sembuh selama 2 bulan. Luka tersebut memiliki karakteristik kotor, diameter 3x2 cm, kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman. Selain itu, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (14.000 sel/mm3) yang mengindikasikan adanya proses infeksi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Integritas Kulit Terganggu didefinisikan sebagai kerusakan pada kulit dan membran mukosa. Tanda dan gejala yang terkait dengan diagnosa ini antara lain perubahan warna, tekstur, dan integritas kulit, serta adanya pembentukan luka.
Standar Label Keperawatan Indonesia (SLKI) menyebutkan bahwa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Integritas Kulit Terganggu meliputi perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi.
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan panduan mengenai intervensi-intervensi spesifik yang dapat dilakukan, seperti debridemen luka, aplikasi balutan, pemberian analgetik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan prioritas yang tepat untuk kasus ini adalah Integritas Kulit Terganggu, dan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 2724 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian didapatkan data pasien bicara tidak jelas (afasia motorik) dan kesulitan menelan, mulut tampak tidak simetri dan vagal positif. TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, suhu 37°C, frekuensi napas 18/menit. Pasien mengalami masalah keperawat gangguan menelan dan kerusakan komunikasi verbal. Apakah prioritas tindakan pada pasien di atas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Stroke, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.51
- Deskripsi: Terapi bicara dan bahasa
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 55 tahun mengalami stroke yang menyebabkan afasia motorik (kesulitan bicara) dan disfagia (kesulitan menelan). Gejala lainnya adalah mulut tampak tidak simetris dan adanya tanda-tanda gangguan fungsi nervus vagus. Kondisi ini sesuai dengan diagnosis stroke (kode ICD-10 I63.9).
Prioritas tindakan yang dapat diberikan pada pasien ini adalah:
1. Stabilisasi tanda-tanda vital, termasuk pemantauan tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan.
2. Terapi bicara dan bahasa (speech and language therapy) untuk mengatasi afasia motorik (kode ICD-9-CM 93.51).
3. Intervensi nutrisi dan penatalaksanaan disfagia, seperti modifikasi diet dan penggunaan alat bantu menelan.
4. Pemeriksaan neurologis lebih lanjut untuk menentukan lokasi dan etiologi stroke.
5. Terapi rehabilitasi yang komprehensif, termasuk fisioterapi dan okupasi terapi, untuk membantu pemulihan fungsi.
Penanganan yang tepat dan segera pada pasien ini diharapkan dapat membantu pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.