Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2708 | 19 Oct 2024
Klinis : eorang pasien laki-laki berusia 65 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis stroke nonhemorrhage (SNH). Hasil pengkajian perawat ditemukan kelemahan pada ekstremitas kiri, nyeri kepala, sulit bicara, TD:170/95 mmHg, frekuensi nadi 88 x/mnt, suhu tubuh: 37°C danfrekuensi nafas 18 x/menit. Perawat menegakkan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Apakah tindakan keperawatan yang tepat?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Stroke nonhemoragik, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.01
- Deskripsi: Pengukuran tekanan darah
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 65 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis stroke nonhemoragik (SNH). Hasil pengkajian menunjukkan adanya kelemahan pada ekstremitas kiri, nyeri kepala, sulit bicara, tekanan darah tinggi (170/95 mmHg), denyut nadi 88 x/mnt, suhu tubuh 37°C, dan frekuensi napas 18 x/mnt. Perawat menegakkan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Tindakan keperawatan yang tepat untuk kondisi ini mencakup:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin, termasuk tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi napas.
2. Pemberian oksigen, jika diperlukan, untuk memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat.
3. Manajemen nyeri kepala dengan pemberian analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
4. Terapi fisik dan okupasi untuk meningkatkan fungsi ekstremitas kiri yang lemah.
5. Terapi wicara untuk mengatasi kesulitan berbicara.
6. Pemberian obat-obatan antihipertensi, sesuai dengan instruksi dokter, untuk mengontrol tekanan darah.
7. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi stroke, gejala, dan manajemen perawatannya.
8. Kolaborasi dengan tim medis lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dan terapis, untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
Tujuan utama dari tindakan keperawatan ini adalah untuk memulihkan perfusi serebral yang efektif, mencegah komplikasi, dan memaksimalkan fungsi pasien. -
Article No. 2709 | 19 Oct 2024
Klinis : eorang pasien laki-laki usia 50 tahun dirawat di ICU. Pasien mengalami syok kardiogenik dan diberikan terapi oleh dokter Dopamin 10 mcg/kg/mnt melalui syringe pump. Berat badan pasien 60 kg. Sediaan obat 10 ml terdapat 200 mg dopamine. Diberikan dalam syringe 50ml.1 mg = 1000 mcg(Rumus : v = dosis x BB x 60 x Volume ) Sediaan obatBerapa volume yang diberikan setiap jam?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis pada pasien tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R57.0
- Deskripsi: Syok kardiogenik
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.07
- Deskripsi: Pemberian obat vasoaktif, seperti dopamin, melalui infus intravena
Untuk perhitungan volume pemberian dopamin per jam, dapat digunakan formula sebagai berikut:
Rumus: Volume (ml/jam) = (Dosis x Berat Badan x 60) / Konsentrasi Larutan
Diketahui:
- Dosis dopamin: 10 mcg/kg/menit
- Berat Badan Pasien: 60 kg
- Konsentrasi Larutan: 200 mg/10 ml = 20 mg/ml = 20.000 mcg/ml
Perhitungan:
Volume (ml/jam) = (10 mcg/kg/menit x 60 kg x 60 menit) / 20.000 mcg/ml
Volume (ml/jam) = 18 ml/jam
Jadi, volume dopamin yang diberikan setiap jam adalah 18 ml. -
Article No. 2710 | 19 Oct 2024
Klinis : anak laki-laki berusia 7 tahun dirawat di RS karena penyakit jantung bawaan. Pada pengkajian didapatkan: anak gelisah, sesak napas, terdapat retraksi dinding dada, frekuensi napas 40x/menit, sianosis pada bibir dan kuku, terdapat clubbing finger.Apakah masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang tepat untuk pasien anak laki-laki berusia 7 tahun dengan penyakit jantung bawaan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q21.9
- Deskripsi: Celah jantung bawaan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.61
- Deskripsi: Perbaikan celah jantung bawaan
Penjelasan detail:
Kode ICD-10 Q21.9 menggambarkan kondisi celah jantung bawaan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Pada kasus ini, pasien anak laki-laki berusia 7 tahun menunjukkan gejala-gejala yang khas dengan penyakit jantung bawaan, seperti sesak napas, retraksi dinding dada, dan sianosis pada bibir dan kuku, serta ditemukan tanda-tanda clubbing finger.
Kode ICD-9-CM 39.61 adalah untuk prosedur perbaikan celah jantung bawaan, yang mungkin diperlukan dalam penanganan kondisi pasien ini. Namun, tindakan lebih lanjut akan bergantung pada hasil pemeriksaan dan evaluasi yang lebih komprehensif oleh dokter spesialis.
Masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien adalah gangguan ventilasi dan oksigenasi, yang ditandai dengan gejala sesak napas, retraksi dinding dada, dan sianosis. Hal ini membutuhkan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempertahankan status oksigenasi yang optimal dan mencegah komplikasi. -
Article No. 2711 | 19 Oct 2024
Klinis : anak laki-laki berusia 7 tahun dirawat di RS karena penyakit jantung bawaan. Pada pengkajian didapatkan: anak gelisah, sesak napas, terdapat retraksi dinding dada, frekuensi napas 40x/menit, sianosis pada bibir dan kuku, terdapat clubbing finger.Apakah masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien anak laki-laki usia 7 tahun dengan penyakit jantung bawaan. Berdasarkan data pengkajian, pasien mengalami gejala-gejala seperti sesak napas, retraksi dinding dada, peningkatan frekuensi napas, dan sianosis pada bibir dan kuku. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada pola napas yang tidak efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif sesuai kebutuhan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital (Frekuensi napas, irama, kedalaman, dan usaha napas)
2. Berikan oksigen sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit jantung bawaan
Dengan penerapan standar SDKI - SLKI - SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar untuk mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan. -
Article No. 2712 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode-kode yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Biopsi paru atau bronkus, jarum terbuka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis) sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru yang disarankan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan pasien. Kode ini digunakan untuk mewakili tuberkulosis paru yang telah dikonfirmasi secara mikrobiologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Biopsi paru atau bronkus, jarum terbuka) dapat digunakan jika dokter mempertimbangkan untuk melakukan prosedur pengambilan sampel jaringan paru atau bronkus untuk konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan histologis. Prosedur ini dapat membantu dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.
Dokumentasi yang lengkap dan akurat dari kode-kode ini dalam rekam medis pasien akan membantu dalam proses perawatan, manajemen kasus, dan pengkodean yang tepat. -
Article No. 2713 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki (40thn) dirawat dengan asma bronchial, dengan keluhan sesak nafas berat. Hasil pemeriksaan eosinophil meningkat diatas normal, leukosit normal dan Hb sedikit menurun dan kolesterol 250 mg/dl. Pasien mengatakan dalam keluarga terdapat 2 orang yang sedang terkena flu.Manakah penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut di atas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien laki-laki berusia 40 tahun yang dirawat dengan asma bronchial dengan keluhan sesak napas berat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan bronkospasme.
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami sesak napas berat yang merupakan manifestasi dari asma bronchial. Hal ini disebabkan oleh bronkospasme atau penyempitan jalan napas akibat peradangan dan produksi mukus yang berlebihan. Kondisi ini menyebabkan jalan napas menjadi tidak efektif dalam proses pertukaran gas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pembersihan jalan napas yang efektif untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Jalan napas tetap paten.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Edukasi Pengendalian Asma
Penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut adalah infeksi virus flu yang sedang dialami oleh 2 orang dalam keluarganya. Infeksi virus pernapasan dapat memicu proses peradangan dan bronkospasme pada pasien asma, sehingga menyebabkan serangan asma yang berat.
Kesimpulan, diagnosa keperawatan utama adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan bronkospasme, dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan edukasi pengendalian asma. Penyebab utama serangan asma adalah infeksi virus flu pada keluarga pasien. -
Article No. 2714 | 19 Oct 2024
Klinis : nyeri pada perut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan membantu Anda dengan kode ICD-10 untuk diagnosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi nyeri pada perut.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.9
- Deskripsi: Nyeri perut, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R10.9 merupakan kode yang digunakan untuk menegakkan diagnosis nyeri perut yang tidak terspesifikasi. Nyeri perut adalah gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gastritis, appendisitis, pankreatitis, obstruksi usus, dan lain-lain. Kode ini digunakan ketika tidak ada penjelasan spesifik mengenai penyebab nyeri perut yang dialami pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk nyeri perut.
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM prosedur tidak ada yang secara spesifik terkait dengan nyeri perut sebagai diagnosis utama. Penanganan nyeri perut biasanya meliputi evaluasi diagnostik, pengobatan simtomatik, dan penanganan penyebab mendasar (jika dapat diidentifikasi). Prosedur yang mungkin dilakukan dapat mencakup pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pencitraan (misalnya, ultrasonografi, CT scan), endoskopi, laparoskopi, dan lain-lain, tergantung pada kondisi yang mendasari. -
Article No. 2715 | 19 Oct 2024
Klinis : nyeri pada perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri pada perut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 2011). Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk nyeri perut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat nyeri menurun
2. Pasien dapat mengontrol nyeri
3. Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi tanda dan gejala nyeri
- Tentukan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
- Berikan obat-obatan sesuai resep untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
2. Manajemen Faktor yang Memengaruhi Nyeri
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti kecemasan, depresi, atau stres
- Berikan intervensi untuk mengurangi faktor-faktor tersebut
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda, gejala, dan penanganan nyeri perut
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri yang efektif
Dalam pendekatan akademis, perawat berperan sebagai pakar yang memberikan informasi dan rekomendasi perawatan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PPNI. Tujuannya adalah membantu pasien mengatasi nyeri perut secara komprehensif. -
Article No. 2716 | 19 Oct 2024
Klinis : Laki-laki (40thn) dirawat dengan asma bronchial, dengan keluhan sesak nafas berat. Hasil pemeriksaan eosinophil meningkat diatas normal, leukosit normal dan Hb sedikit menurun dan kolesterol 250 mg/dl. Pasien mengatakan dalam keluarga terdapat 2 orang yang sedang terkena flu.Manakah penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut di atas?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama munculnya serangan asma pada pasien tersebut adalah alergi atau reaksi alergi.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: N/A (tidak ada kode prosedur yang spesifik)
- Deskripsi: -
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan sesak napas berat, hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan eosinofil di atas normal, serta terdapat riwayat flu dalam keluarga, mengindikasikan bahwa penyebab utama serangan asma pada pasien adalah alergi atau reaksi alergi. Peningkatan eosinofil, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih, menunjukkan adanya respon inflamasi yang khas pada kondisi asma alergi.
Selain itu, riwayat flu dalam keluarga dapat memicu serangan asma pada pasien, karena infeksi virus pernapasan dapat memicu respons inflamasi pada saluran pernapasan dan memperburuk gejala asma. Hal ini terjadi karena sistem imun yang terstimulasi akibat infeksi virus dapat menyebabkan peningkatan reaksi alergi dan produksi mediator-mediator inflamasi.
Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah J45.9 (Asma, tidak spesifik), yang mencakup asma bronkial (bronchial asthma) tanpa spesifikasi lebih lanjut. Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 2717 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan 27 tahun dibawa ke UGD karena post kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajianfrekuensi nafas 10 x/menit, frekuensi nadi 120 x/menit, TD 90/55 mmHg, nilai GCS 8. Terdapat perdarahan masif, fraktur terbuka di femur dextra, dan hematom di daerah inguinal.Apakah tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan cairan tubuh?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S31.101A
- Deskripsi: Luka terbuka pada daerah inguinal, initial encounter
- Kode: S72.401A
- Deskripsi: Fraktur terbuka pada diafisis femur dextra, initial encounter
- Kode: R09.2
- Deskripsi: Hipotensi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Transfusi darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Untuk mempertahankan cairan tubuh pada pasien dengan kondisi ini, tindakan yang mungkin dilakukan adalah:
1. Resusitasi cairan: Pemberian cairan intravena (kristaloid atau koloid) secara cepat untuk mengatasi hipovolemia akibat perdarahan masif. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan volume darah dan tekanan darah.
2. Kontrol perdarahan: Upaya untuk mengendalikan perdarahan, misalnya dengan aplikasi tekanan langsung pada daerah perdarahan, penggunaan tourniquet, atau tindakan bedah jika diperlukan.
3. Stabilisasi fraktur: Aplikasi splint atau alat fiksasi eksternal untuk menstabilkan fraktur terbuka pada femur dextra, guna mencegah perdarahan lebih lanjut dan komplikasi lain.
4. Monitoring ketat: Pemantauan tanda-tanda vital secara kontinyu, seperti frekuensi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen, untuk mengevaluasi respons pasien terhadap tindakan resusitasi.
5. Pemberian oksigen: Suplementasi oksigen melalui kanula nasal atau masker oksigen untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
6. Pemberian analgetik dan antibiotik: Untuk mengelola nyeri dan mencegah infeksi akibat luka terbuka.
Tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara komprehensif untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa pasien.