Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2913 | 19 Oct 2024
Klinis : Saat dikaji Tn.K mengatakan hal negatif seperti tidak berguna lagi, kurang percaya diri, tidak bisa menjalankan perannya sebagai orangtua, merasa asing, malu, sedih, takut, cemas, tidak mau melihat dan menyentuh kakinya yang fraktur. Tn.K tampak sedih jika diajak berbicara kontak mata kurang saat diajak berkomunikasi dan aktifitas social pasien berkurang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan untuk Tn. K, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional adalah penilaian negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang terjadi dalam situasi tertentu, seperti kondisi kesehatan yang buruk, perubahan peran, atau pengalaman yang menyakitkan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan harga dirinya kembali sesuai dengan kondisi yang sedang dialami.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, mengidentifikasi sumber dan penyebab harga diri rendah, membantu pasien mengembangkan perasaan positif terhadap dirinya, dan meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sosial.
Penjelasan tambahan:
Tn. K menunjukkan tanda-tanda gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional, seperti mengatakan hal-hal negatif tentang dirinya, kurang percaya diri, merasa tidak berguna, dan menghindari kontak dengan orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fraktur yang dialaminya, sehingga mempengaruhi peran dan aktivitasnya sehari-hari. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu Tn. K memulihkan harga dirinya dan beradaptasi dengan kondisi saat ini. -
Article No. 2914 | 19 Oct 2024
Klinis : Diagnosa Keperawatan sesuai SDKI Dan SLKI: 1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional Penjelasan Singkat: o SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional adalah penilaian negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang terjadi dalam situasi tertentu, seperti kondisi kesehatan yang buruk, perubahan peran, atau pengalaman yang menyakitkan. o SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan harga dirinya kembali sesuai dengan kondisi yang sedang dialami. o SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, mengidentifikasi sumber dan penyebab harga diri rendah, membantu pasien mengembangkan perasaan positif terhadap dirinya, dan meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sosial. o Penjelasan tambahan: Tn. K menunjukkan tanda-tanda gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional, seperti mengatakan hal-hal negatif tentang dirinya, kurang percaya diri, merasa tidak berguna, dan menghindari kontak dengan orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fraktur yang dialaminya, sehingga mempengaruhi peran dan aktivitasnya sehari-hari. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu Tn. K memulihkan harga dirinya dan beradaptasi dengan kondisi saat ini.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: F54
- Deskripsi: Faktor psikologis dan perilaku yang terkait dengan gangguan atau penyakit yang diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Intervensi yang mungkin dilakukan adalah konseling dan terapi psikologis, yang tidak memiliki kode spesifik dalam ICD-9-CM.
Penjelasan:
Berdasarkan penjelasan yang diberikan, kondisi Tn. K dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 F54 - Faktor psikologis dan perilaku yang terkait dengan gangguan atau penyakit yang diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini mencakup kondisi di mana faktor psikologis memainkan peran penting dalam perkembangan atau pemeliharaan suatu gangguan fisik atau kondisi medis.
Dalam kasus Tn. K, gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional yang dialaminya dapat disebabkan oleh kondisi fraktur yang mempengaruhi peran dan aktivitasnya sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, mengidentifikasi sumber dan penyebab harga diri rendah, membantu pasien mengembangkan perasaan positif terhadap dirinya, dan meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sosial. Namun, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk intervensi tersebut, karena intervensi yang dilakukan lebih berfokus pada aspek psikologis dan konseling. -
Article No. 2915 | 19 Oct 2024
Klinis : Diagnosa Keperawatan sesuai SDKI Dan SLKI: 1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional Penjelasan Singkat: o SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional adalah penilaian negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang terjadi dalam situasi tertentu, seperti kondisi kesehatan yang buruk, perubahan peran, atau pengalaman yang menyakitkan. o SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan harga dirinya kembali sesuai dengan kondisi yang sedang dialami. o SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, mengidentifikasi sumber dan penyebab harga diri rendah, membantu pasien mengembangkan perasaan positif terhadap dirinya, dan meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sosial. o Penjelasan tambahan: Tn. K menunjukkan tanda-tanda gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional, seperti mengatakan hal-hal negatif tentang dirinya, kurang percaya diri, merasa tidak berguna, dan menghindari kontak dengan orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fraktur yang dialaminya, sehingga mempengaruhi peran dan aktivitasnya sehari-hari. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu Tn. K memulihkan harga dirinya dan beradaptasi dengan kondisi saat ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi "Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional":
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional adalah penilaian negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang terjadi dalam situasi tertentu, seperti kondisi kesehatan yang buruk, perubahan peran, atau pengalaman yang menyakitkan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan harga dirinya kembali sesuai dengan kondisi yang sedang dialami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, mengidentifikasi sumber dan penyebab harga diri rendah, membantu pasien mengembangkan perasaan positif terhadap dirinya, dan meningkatkan partisipasi pasien dalam aktivitas sosial.
Penjelasan Tambahan:
Tn. K menunjukkan tanda-tanda gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional, seperti mengatakan hal-hal negatif tentang dirinya, kurang percaya diri, merasa tidak berguna, dan menghindari kontak dengan orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fraktur yang dialaminya, sehingga mempengaruhi peran dan aktivitasnya sehari-hari. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu Tn. K memulihkan harga dirinya dan beradaptasi dengan kondisi saat ini. -
Article No. 2916 | 19 Oct 2024
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar-samar disertai dengan respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ansietas merupakan ancaman yang dianggap berasal dari dalam diri, yang dapat menyebabkan ketegangan psikologis dan fisiologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ansietas antara lain: Tingkat Ansietas Terkontrol, Kemampuan Mengatasi Ansietas, Respon Emosional Terkendali, dan Perilaku Adaptif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani ansietas mencakup: Manajemen Ansietas, Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif, Terapi Spiritual, Edukasi Kesehatan, dan Konseling. Tujuannya adalah untuk membantu klien mengatasi respons ansietas, mengurangi stimulasi yang menyebabkan ansietas, dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengelola ansietas.
Dalam konteks akademis, sebagai seorang perawat pakar, saya menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang diagnosa keperawatan ansietas, serta penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan praktik berbasis bukti. -
Article No. 2699 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien mengeluhkan pusing dan merasa lemas setelah menjalani operasi seksio sesarea sekitar 12 jam yang lalu. Pasien merasa tidak mampu berdiri atau berjalan tanpa bantuan. Ny. G menjalani persalinan dengan seksio sesarea karena indikasi plasenta previa totalis. Operasi berjalan dengan baik tanpa komplikasi besar. Setelah operasi, pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan mulai mengalami pusing dan merasa lemas saat berusaha duduk atau berdiri. Pasien juga melaporkan pusing berputar ketika mencoba menggerakkan kepala terlalu cepat. Pasien merasa sangat lelah dan mengeluh tidak bertenaga Riwayat Kehamilan Ini adalah kehamilan kedua Ny. G. Kehamilan sebelumnya berakhir dengan persalinan normal pada usia 38 minggu tanpa komplikasi. Kehamilan ini diawasi secara rutin, dan pada usia kehamilan 36 minggu, pasien didiagnosis dengan plasenta previa totalis, yang menyebabkan rekomendasi untuk menjalani operasi seksio sesarea pada usia kehamilan 39 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan pada tingkat kemandirian yang diinginkan.
- Penyebab: Kelemahan fisik setelah operasi seksio sesarea.
- Gejala: Pasien merasa tidak mampu berdiri atau berjalan tanpa bantuan, merasa pusing dan lemas saat berusaha duduk atau berdiri.
2. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume cairan tubuh yang sesuai atau komposisi elektrolit dalam rentang yang normal.
- Penyebab: Kehilangan cairan dan elektrolit selama dan setelah operasi.
- Gejala: Pasien merasa pusing berputar ketika mencoba menggerakkan kepala terlalu cepat, merasa lelah dan tidak bertenaga.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi dan menentukan masalah keperawatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI untuk membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah keperawatan pasien.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terukur, dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 2700 | 19 Oct 2024
Klinis : Nama: Ny. G Usia: 30 tahun Gravida: G2P1A0 Usia Kehamilan: 39 minggu Pasien mengeluhkan pusing dan merasa lemas setelah menjalani operasi seksio sesarea sekitar 12 jam yang lalu. Pasien merasa tidak mampu berdiri atau berjalan tanpa bantuan. Ny. G menjalani persalinan dengan seksio sesarea karena indikasi plasenta previa totalis. Operasi berjalan dengan baik tanpa komplikasi besar. Setelah operasi, pasien dipindahkan ke ruang perawatan dan mulai mengalami pusing dan merasa lemas saat berusaha duduk atau berdiri. Pasien juga melaporkan pusing berputar ketika mencoba menggerakkan kepala terlalu cepat. Pasien merasa sangat lelah dan mengeluh tidak bertenaga Riwayat Kehamilan Ini adalah kehamilan kedua Ny. G. Kehamilan sebelumnya berakhir dengan persalinan normal pada usia 38 minggu tanpa komplikasi. Kehamilan ini diawasi secara rutin, dan pada usia kehamilan 36 minggu, pasien didiagnosis dengan plasenta previa totalis, yang menyebabkan rekomendasi untuk menjalani operasi seksio sesarea pada usia kehamilan 39 minggu Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi atau diabete Riwayat Penyakit Sebelumnya: Ny. G tidakmemiliki riwayat penyakit serius sebelumnya, namun dilaporkan bahwa ia mengalami anemia ringan selama kehamilan ini Kesadaran: Compos mentis Tekanan darah: 100/65 mmHg Nadi: 88x/menit. Suhu: 36,7°C. RR: 20x/menit BB: 63 kg. Konjungtiva: Pucat Kulit: Pucat Luka operasi: Luka operasi SC tampak kering, tanpa tanda-tanda infeksi atau perdarahan aktif. Perdarahan postpartum: Lochia rubra, sedang, tidak ada bekuan darah besar Hb: 9,5 g/dL (anemia ringan) Hematokrit: 30% Elektrolit darah: Normal. Pemeriksaan EKG: Normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. G:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
2. Risiko Perfusi Jaringan Cerebral Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas, seperti pengaturan aktivitas, mobilisasi dini, peningkatan energi, dan edukasi.
2. Risiko Perfusi Jaringan Cerebral Tidak Efektif
- SDKI: Rentan mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi, nutrisi, dan fungsi serebral.
- SLKI: Tingkat oksigenasi, nutrisi, dan fungsi serebral yang adekuat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif, seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen hipovolemia, dan penyediaan lingkungan yang aman.
Penjelasan:
Ny. G mengalami pusing dan merasa lemas setelah menjalani operasi seksio sesarea. Dia merasa tidak mampu berdiri atau berjalan tanpa bantuan, menunjukkan adanya intoleransi aktivitas. Selain itu, keluhan pusing berputar saat menggerakkan kepala terlalu cepat mengindikasikan risiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh anemia ringan yang dialami Ny. G selama kehamilan, serta perubahan hemodinamik akibat operasi seksio sesarea. -
Article No. 2701 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang anak berusia 3 tahun datang dengan keluhan pembengkakan pinggang kiri dan demam berulang selama 4 bulan. Bengkak di pinggang kiri semakin membesar, namun tidak disertai nyeri, tidak ada pembengkakan di bagian tubuh lain, tidak ada hematuria, tidak ada penurunan produksi urin, tidak ada pembengkakan pada kaki atau wajah, tidak ada batuk atau kesulitan bernapas, tidak ada kehilangan berat badan.atau kehilangan nafsu makan. Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami kejadian serupa pada kerabatnya. Pada pemeriksaan, perut tampak distensi, disertai kepenuhan pada sisi kiri dan distensi vena dinding perut anterior. Teraba massa pada panggul kiri yang tidak nyeri tekan. Pasien menderita takikardia dengan denyut nadi 140 kali per menit. Tekanan darahnya normal dan 100/60 mm Hg. Alat kelamin luar normal. Hitung darah lengkap normal dengan volume sel padat 30%, dengan perbedaan WBC normal. Nitrogen urea darah dan kreatinin normal. Urinalisis juga normal. Diagnosis klinisnya adalah nefroblastoma kiri:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
a. Resiko Perdarahan Terkait Nefroblastoma
b. Nyeri Akut Terkait Nefroblastoma
c. Intoleransi Aktivitas Terkait Penurunan Kapasitas Fungsional
2. Penjelasan Singkat:
a. Resiko Perdarahan Terkait Nefroblastoma:
- Nefroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel ginjal, yang dapat menyebabkan perdarahan internal.
- Pasien berisiko mengalami perdarahan internal akibat pertumbuhan tumor yang semakin membesar.
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah memantau tanda-tanda perdarahan dan memberikan perawatan yang tepat.
b. Nyeri Akut Terkait Nefroblastoma:
- Nefroblastoma dapat menyebabkan nyeri akut pada area pinggang kiri karena adanya massa tumor.
- Meskipun pada kasus ini tidak dilaporkan adanya nyeri, tetap perlu diwaspadai kemungkinan timbulnya nyeri akibat tumor.
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah menilai intensitas nyeri, memberikan manajemen nyeri yang sesuai, dan memantau respons pasien terhadap terapi.
c. Intoleransi Aktivitas Terkait Penurunan Kapasitas Fungsional:
- Nefroblastoma dapat menyebabkan penurunan kapasitas fungsional pasien karena adanya pembengkakan dan massa tumor di abdomen.
- Pasien dapat mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah menilai kemampuan fungsional pasien, membantu mengoptimalkan aktivitas, dan memberikan edukasi tentang manajemen energi.
3. Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai:
- SLKI: Pemulihan Perdarahan, Penurunan Nyeri, Peningkatan Kemampuan Aktivitas
- SIKI: Manajemen Perdarahan, Manajemen Nyeri, Fasilitasi Aktivitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, rencana pengobatan, dan melibatkan pasien serta keluarga dalam pengambilan keputusan. Perawat juga harus menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam memberikan intervensi yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 2702 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang anak berusia 3 tahun datang dengan keluhan pembengkakan pinggang kiri dan demam berulang selama 4 bulan. Bengkak di pinggang kiri semakin membesar, namun tidak disertai nyeri, tidak ada pembengkakan di bagian tubuh lain, tidak ada hematuria, tidak ada penurunan produksi urin, tidak ada pembengkakan pada kaki atau wajah, tidak ada batuk atau kesulitan bernapas, tidak ada kehilangan berat badan.atau kehilangan nafsu makan. Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami kejadian serupa pada kerabatnya. Pada pemeriksaan, perut tampak distensi, disertai kepenuhan pada sisi kiri dan distensi vena dinding perut anterior. Teraba massa pada panggul kiri yang tidak nyeri tekan. Pasien menderita takikardia dengan denyut nadi 140 kali per menit. Tekanan darahnya normal dan 100/60 mm Hg. Alat kelamin luar normal. Hitung darah lengkap normal dengan volume sel padat 30%, dengan perbedaan WBC normal. Nitrogen urea darah dan kreatinin normal. Urinalisis juga normal. Diagnosis klinisnya adalah nefroblastoma kiri:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan temuan klinis yang dipaparkan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Gangguan Proses Kehidupan berhubungan dengan kondisi nefroblastoma (Wilms' tumor).
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Gangguan Proses Kehidupan: Keadaan di mana individu berisiko mengalami gangguan dalam kelangsungan tumbuh kembang yang normal, termasuk perkembangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit/kondisi medis yang mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu dapat mempertahankan proses kehidupan yang normal.
- Kriteria hasil: Individu menunjukkan perkembangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang sesuai usia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Pemantauan tumbuh kembang, pemberian informasi dan edukasi tentang proses tumbuh kembang, kolaborasi dengan tim medis terkait.
Dengan diagnosis keperawatan ini, perawat dapat memfokuskan intervensi pada pemantauan tumbuh kembang pasien, pemberian informasi dan edukasi kepada keluarga, serta melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk meningkatkan prognosis pasien. -
Article No. 2703 | 19 Oct 2024
Klinis : ibu hamil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ibu hamil:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan eliminasi cairan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan keseimbangan cairan individu.
3. Risiko Kecemasan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami kekhawatiran, ketakutan, atau keprihatinan yang tidak proporsional dengan stimulus yang ada.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi dan mengelola kecemasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengurangi atau mengatasi kecemasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem standar untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh individu, keluarga, atau komunitas. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem standar untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem standar untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, komprehensif, dan berkualitas bagi ibu hamil. -
Article No. 2704 | 19 Oct 2024
Klinis : ibu hamil trimester 1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Maternal
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi ibu hamil trimester 1, terdapat risiko ketidakseimbangan nutrisi maternal. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis selama kehamilan, seperti mual, muntah, dan selera makan yang dapat berfluktuasi. Selain itu, kebutuhan nutrisi meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Risiko, dengan definisi risiko memiliki asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Faktor risiko: Perubahan fisiologis (mual, muntah, selera makan berfluktuasi), peningkatan kebutuhan nutrisi, kondisi sosial ekonomi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Nutrisi
2. Pengetahuan tentang Nutrisi
3. Perilaku Pencegahan Komplikasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
2. Edukasi Nutrisi
3. Pemantauan Nutrisi
Sebagai perawat, saya akan membantu ibu hamil trimester 1 ini untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisinya, memberikan edukasi tentang nutrisi yang tepat selama kehamilan, serta memantau perkembangan dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat ketidakseimbangan nutrisi.