Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18390 | 10 Jun 2025
Klinis : mual sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi mual dan sakit kepala:
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (Nausea) (00134)
Definisi: Perasaan tidak nyaman dan tidak menyenangkan di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Nyeri Kepala (Headache) (00120)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Mual (Nausea) (10020)
Definisi: Perasaan tidak nyaman dan tidak menyenangkan di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
2. Nyeri Kepala (Headache) (10069)
Definisi: Rasa sakit atau tidak nyaman di kepala yang dapat bervariasi dalam intensitas, frekuensi, dan lokasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Mual (Nausea Control) (20201)
Definisi: Kemampuan untuk mengatasi atau mengurangi rasa mual.
2. Manajemen Nyeri (Pain Management) (20114)
Definisi: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi sensasi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mual (Nausea Management) (54006)
Definisi: Mencegah, mengurangi, atau mengatasi rasa mual.
2. Manajemen Nyeri (Pain Management) (23003)
Definisi: Pengaturan aktivitas dan lingkungan untuk memaksimalkan penggunaan teknik nonfarmakologis dan farmakologis dalam mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
Dalam konteks akademis dengan persona pakar/perawat, penjelasan singkat untuk setiap kode adalah sebagai berikut:
1. Mual (Nausea) (00134/10020): Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obat-obatan, infeksi, atau kondisi medis lainnya.
2. Nyeri Kepala (Headache) (00120/10069): Rasa sakit atau tidak nyaman di kepala yang dapat bervariasi dalam intensitas, frekuensi, dan lokasi. Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, ketegangan otot, atau kondisi medis lainnya.
3. Kontrol Mual (Nausea Control) (20201): Kemampuan pasien untuk mengatasi atau mengurangi rasa mual dengan menggunakan teknik manajemen mual yang tepat.
4. Manajemen Nyeri (Pain Management) (20114/23003): Kemampuan pasien untuk mengontrol atau mengurangi sensasi nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang tepat, baik farmakologis maupun non-farmakologis.
5. Manajemen Mual (Nausea Management) (54006): Intervensi keperawatan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi rasa mual pada pasien, seperti pemberian antiemetik, terapi relaksasi, atau pengaturan lingkungan.
6. Manajemen Nyeri (Pain Management) (23003): Intervensi keperawatan untuk mengatur aktivitas dan lingkungan pasien untuk memaksimalkan penggunaan teknik nonfarmakologis dan farmakologis dalam mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri. -
Article No. 18391 | 10 Jun 2025
Klinis : sakit kepala , mual
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala dan mual.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala dan mual, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain). Gejala yang muncul pada pasien adalah sakit kepala dan mual.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pengurangan Nyeri: Pengurangan dalam intensitas, frekuensi, durasi, dan/atau lokasi nyeri yang dialami pasien.
2. Kontrol Mual: Kemampuan pasien untuk mengenali dan mengelola sensasi mual sehingga dapat mencegah atau mengurangi episode muntah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri.
- Berikan analgesik sesuai dengan kondisi pasien dan instruksi dokter.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi, dan pijatan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengoptimalkan pengelolaan nyeri.
2. Manajemen Mual dan Muntah:
- Kaji faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk mual dan muntah, seperti obat-obatan, riwayat, dan stressor.
- Berikan antiemetik sesuai dengan instruksi dokter.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi mual, seperti teknik relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Berikan intervensi untuk mencegah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit akibat muntah.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengoptimalkan pengelolaan mual dan muntah.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri Akut merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai karena pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat sakit kepala. Mual juga merupakan salah satu gejala yang sering menyertai kondisi nyeri akut. Diagnosa ini berfokus pada penanganan masalah kesehatan utama yang dialami oleh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengurangan Nyeri: Luaran ini bertujuan untuk mengurangi intensitas, frekuensi, durasi, dan/atau lokasi nyeri yang dialami pasien. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mengelola nyeri pasien.
2. Kontrol Mual: Luaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengenali dan mengelola sensasi mual sehingga dapat mencegah atau mengurangi episode muntah. Pencapaian luaran ini akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mengelola mual pasien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Pengkajian nyeri yang komprehensif bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik nyeri secara rinci, sehingga dapat ditentukan intervensi yang tepat.
- Pemberian analgesik sesuai dengan instruksi dokter bertujuan untuk mengurangi nyeri secara farmakologis.
- Teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, kompres hangat/dingin, distraksi, dan pijatan, bertujuan untuk mengurangi nyeri secara non-farmakologis.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan nyeri secara komprehensif.
2. Manajemen Mual dan Muntah:
- Pengkajian faktor-faktor penyebab mual dan muntah bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab yang dapat diatasi.
- Pemberian antiemetik sesuai instruksi dokter bertujuan untuk mengurangi mual dan mencegah muntah secara farmakologis.
- Teknik non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat, bertujuan untuk mengurangi mual secara non-farmakologis.
- Intervensi untuk mencegah dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit bertujuan untuk mencegah komplikasi akibat muntah.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan mual dan muntah secara komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala dan mual. Jangan ragu untuk bertanya jika masih ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 18392 | 10 Jun 2025
Klinis : mual sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi **mual dan sakit kepala** dengan pendekatan akademis dan persona sebagai pakar keperawatan:
---
### **Diagnosis Keperawatan**
**Kode DX.0007: Mual**
**Definisi**: Sensasi tidak nyaman di epigastrium atau tenggorokan dengan keinginan untuk muntah.
**Kode DX.0013: Nyeri Akut** *(khusus sakit kepala)*
**Definisi**: Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang timbul secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
1. **Kode LO.5.1: Tingkat Mual Menurun**
- **Kriteria Evaluasi**:
- Frekuensi mual berkurang.
- Skala mual (misal: skala 0-10) menurun.
2. **Kode LO.2.1: Tingkat Nyeri Terkontrol** *(untuk sakit kepala)*
- **Kriteria Evaluasi**:
- Skala nyeri (misal: NRS/VAS) menurun.
- Klien melaporkan peningkatan kenyamanan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
1. **Kode NI.1.8: Manajemen Mual**
- **Tindakan**:
- Identifikasi penyebab mual (misal: medikasi, gangguan lambung).
- Berikan posisi nyaman (misal: semi-Fowler).
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian antiemetik jika diperlukan.
2. **Kode NI.1.4: Manajemen Nyeri** *(untuk sakit kepala)*
- **Tindakan**:
- Assess karakteristik nyeri (lokasi, durasi, intensitas).
- Berikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi.
- Ajarkan distraksi atau relaksasi.
- Kolaborasi pemberian analgesik jika diperlukan.
---
### **Catatan Akademis**
- **Pendekatan Holistik**: Asesmen harus mencakup faktor fisik (misal: dehidrasi, hipoglikemia) dan psikologis (stres) sebagai penyebab mual/sakit kepala.
- **Evidence-Based Practice**: Intervensi didasarkan pada bukti klinis, seperti pemberian jahe untuk mual ringan atau terapi non-farmakologis untuk nyeri kepala tegang.
- **Dokumentasi**: Gunakan skala valid (misal: PQRST untuk nyeri, FLACC untuk pasien non-verbal) untuk evaluasi objektif.
Semoga informasi ini dapat menjadi pandangan klinis yang komprehensif. Untuk penerapan spesifik, sesuaikan dengan kondisi klien dan kebijakan institusi.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)*
**Referensi**:
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Edisi I. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. -
Article No. 18393 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi kejang demam sederhana.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang demam sederhana adalah "Resiko Cedera Berhubungan dengan Peningkatan Suhu Tubuh". Kondisi ini ditandai dengan adanya demam tinggi yang dapat memicu terjadinya kejang. Pasien berisiko mengalami cedera, seperti jatuh, terluka, atau kehilangan kesadaran, selama episode kejang.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
2. Tidak mengalami cedera selama episode kejang.
3. Menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen demam dan pencegahan kejang.
4. Menunjukkan penurunan kecemasan terkait episode kejang.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Demam
- Mengkaji suhu tubuh pasien secara rutin.
- Memberikan obat penurun demam sesuai instruksi dokter.
- Mengompres pasien untuk menurunkan suhu tubuh.
- Memberikan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
2. Pencegahan Cedera
- Menempatkan pasien di tempat yang aman dan nyaman.
- Menjaga agar tidak ada benda keras atau tajam di sekitar pasien.
- Menyediakan alat keselamatan, seperti matras, untuk mencegah cedera saat kejang.
- Memantau pasien secara ketat selama episode kejang.
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi tentang penyebab dan penanganan kejang demam.
- Mengajarkan teknik manajemen demam di rumah.
- Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang perlu segera dilaporkan.
4. Manajemen Kecemasan
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
- Mengidentifikasi dan mengatasi sumber kecemasan pasien.
- Melibatkan keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan rasa aman pasien.
Penjelasan di atas menggambarkan pendekatan komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mencegah komplikasi, meningkatkan pengetahuan pasien, dan mengurangi kecemasan terkait kondisi kejang demam sederhana. -
Article No. 18394 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana dengan hipertermi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi kejang demam sederhana dengan hipertermi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh di atas 38°C akibat proses infeksi.
Definisi: Keadaan di mana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas 38°C.
Batasan karakteristik: Suhu tubuh di atas 38°C, kulit hangat, wajah kemerahan, menggigil.
2. Risiko kejang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Definisi: Rentan mengalami kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh.
Faktor risiko: Riwayat kejang demam, usia 6 bulan - 5 tahun, peningkatan suhu tubul.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
- Kriteria hasil: Suhu tubuh 36,5°C - 37,5°C.
- Indikator: Suhu tubuh menurun, kulit terasa sejuk, anak tidak menggigil.
2. Tidak terjadi kejang
- Kriteria hasil: Tidak terjadi kejang selama perawatan.
- Indikator: Anak tidak mengalami kejang, tanda-tanda vital stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen hipertermia
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Tingkatkan asupan cairan
- Jaga lingkungan tetap nyaman
2. Pencegahan kejang
- Identifikasi tanda-tanda awal kejang
- Berikan obat antiepilepsi sesuai indikasi
- Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang
- Edukasi keluarga tentang penanganan saat kejang
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali normal dan kejang dapat dicegah, sehingga luaran yang diharapkan dapat tercapai. Perawat berperan penting dalam memantau kondisi pasien, memberikan intervensi yang tepat, serta melibatkan keluarga dalam penatalaksanaan pasien. -
Article No. 18395 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana dengan hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi kejang demam sederhana dengan hipertermi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang (NANDA-I kode 00200)
Definisi: Keadaan rentan mengalami kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 02021
- Definisi: Keadaan rentan mengalami kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00200
- Definisi: Pasien bebas dari kejang selama masa perawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 01501
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kejang.
2. Hipertermia (NANDA-I kode 00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SDKI:
- Kode: 02020
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SLKI:
- Kode: 00007
- Definisi: Suhu tubuh dalam batas normal selama masa perawatan.
SIKI:
- Kode: 01503
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Penjelasan singkat:
Kejang demam sederhana dengan hipertermi merupakan kondisi di mana pasien mengalami kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang, serta peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kejang dan Hipertermia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pencegahan dan penanganan kejang, serta upaya penurunan suhu tubuh yang meningkat. -
Article No. 18396 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana dengan hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan permintaan Anda:
**Diagnosa Keperawatan untuk Kejang Demam Sederhana dengan Hipertermi**
**1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode DX: 00007**
**Hipertermi** *(Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal akibat proses penyakit atau faktor eksternal)*
**Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):**
Hipertermi pada kejang demam sederhana terjadi akibat disregulasi suhu tubuh sekunder dari infeksi atau inflamasi. Kriteria mayor meliputi suhu tubuh >38°C (aksila) atau >38,5°C (rektal), kulit kemerahan, dan peningkatan frekuensi nadi.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
**Kode LO: 0801**
**Kontrol Suhu Tubuh**
- Kriteria evaluasi:
- Suhu tubuh kembali ke rentang normal (36,5–37,5°C) dalam 24–48 jam.
- Tidak ada komplikasi (dehidrasi, kejang berulang).
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
**Kode IN: 3920**
**Manajemen Hipertermi**
- Intervensi:
- Kompres hangat/tepid sponge bath (hindari alkohol/es).
- Pemberian antipiretik sesuai protokol (contoh: parasetamol 10–15 mg/kgBB).
- Monitor intake-output cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Observasi tanda vital tiap 2–4 jam.
---
**2. Diagnosa Keperawatan Sekunder**
**Kode DX: 00151**
**Risiko Cedera** *(Berhubungan dengan aktivitas kejang yang tidak terkontrol)*
**SDKI:**
Faktor risiko meliputi durasi kejang >5 menit, riwayat kejang sebelumnya, dan penurunan kesadaran.
**SLKI:**
**Kode LO: 1902**
**Keamanan Fisik**
- Kriteria: Pasien bebas dari trauma fisik selama/epasca kejang.
**SIKI:**
**Kode IN: 6540**
**Pengawasan Kejang**
- Intervensi:
- Posisi lateral selama kejang.
- Hindari restrain.
- Catat durasi dan karakteristik kejang.
---
**3. Diagnosa Tambahan**
**Kode DX: 00146**
**Ansietas Orang Tua** *(Respons emosional terhadap kondisi anak)*
**SDKI:**
Ditandai dengan verbalisasi kekhawatiran, ekspresi wajah tegang, atau pertanyaan berulang.
**SLKI:**
**Kode LO: 1401**
**Koping Keluarga**
- Kriteria: Orang tua mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan memahami penatalaksanaan kejang demam.
**SIKI:**
**Kode IN: 5230**
**Edukasi Kesehatan**
- Intervensi:
- Ajarkan teknik kompres dan pemberian antipiretik.
- Jelaskan tanda bahaya (kejang >5 menit, leher kaku).
---
**Catatan Akademis:**
- Rekomendasi intervensi harus disesuaikan dengan *evidence-based practice* dan kebijakan institusi.
- Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu pada *PPNI Edisi 2017–2020*.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan klinis dan akademis Anda. -
Article No. 18397 | 10 Jun 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis diare dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis non-infeksi, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.93
- Deskripsi: Penyedotan usus (Intestinal suction)
Penjelasan:
Kode ICD-10 K52.9 (Gastroenteritis dan kolitis non-infeksi, tidak dispesifikasi) digunakan untuk menegakkan diagnosis diare yang tidak disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Kondisi ini dapat terjadi akibat faktor-faktor seperti alergi makanan, reaksi obat, atau penyebab lain yang belum teridentifikasi.
Kode ICD-9-CM 45.93 (Penyedotan usus) merujuk pada tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi diare, yaitu dengan melakukan penyedotan cairan atau isi usus untuk memberikan dukungan cairan dan elektrolit bagi pasien. Prosedur ini dilakukan melalui selang yang dimasukkan ke dalam usus (nasogastrik atau rektum) untuk mengeluarkan kelebihan cairan, mengatasi dehidrasi, dan memperbaiki keseimbangan elektrolit. -
Article No. 18398 | 10 Jun 2025
Klinis : dada debar2 dialami os memberat sejak 2hari ini, os lemas (+) gampang lelah jika aktivitas, mual (+) tidak mau makan, demam dan meriang (+) batuk (-) sesak nafas (+). nyeri kaki (+) kaki bengkak (-). BAK & BAB (+) N. sebelumnya os sudah berobat, namun keluhan tdk berkurang. Riwayat Penyakit Dahulujantung bengkak, DM OSens : CM TD : 75/43 HR : 83x RR : 24x Temp : 39C SPO2 : 91% VAS : 8
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disajikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung dan pembuluh darah yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit jantung, diabetes mellitus, edema.
Tanda dan Gejala: Dada berdebar-debar, lemas, mudah lelah, mual, demam, sesak napas, nyeri kaki.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Kemampuan jantung dan pembuluh darah untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan tubuh.
Kriteria Hasil:
- Tanda vital dalam batas normal (TD 100-140/60-90 mmHg, HR 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit, Temp 36,5-37,5°C)
- Oksigenasi darah adekuat (SpO2 ? 95%)
- Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung (tidak ada edema, dada tidak berdebar-debar, tidak ada sesak napas)
- Tidak ada nyeri dada atau gejala lain yang menunjukkan iskemia jantung
- Tingkat aktivitas sesuai dengan kemampuan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kardiovaskular
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi jantung dan pembuluh darah.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan posisi yang meningkatkan aliran darah ke jantung
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskular
- Berikan edukasi tentang manajemen aktivitas dan istirahat yang tepat
- Kolaborasi pemeriksaan diagnostik yang diperlukan (EKG, ekokardiografi, dll.)
2. Manajemen Demam
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau suhu tubuh secara teratur
- Berikan kompres hangat atau dingin untuk menurunkan demam
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Berikan obat penurun demam sesuai indikasi
3. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Gunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, dll.)
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen nyeri
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan. Diharapkan intervensi keperawatan yang dirancang dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatan pasien secara holistik. -
Article No. 18399 | 10 Jun 2025
Klinis : Dr. Ji Eun Shin: Seorang pria berusia 66 tahun dirawat di rumah sakit ini karena diare, penurunan berat badan, dan hipotensi. Pasien dalam kondisi sehat hingga sebulan sebelum masuk rumah sakit ini, dan mengonsumsi obat untuk penyakit yang mendasarinya seperti hipertensi dan diabetes. Diare terjadi empat minggu sebelum masuk rumah sakit ini. Diarenya encer, 4 hingga 5 kali sehari, bahkan di malam hari, dan disertai nyeri perut ringan yang menyebar tanpa nyeri tekan. Dia tidak memiliki alergi yang diketahui dan tidak memiliki riwayat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau daging mentah. Dia tidak mengonsumsi obat baru. Gejalanya memburuk pada hari kunjungan, yang diikuti oleh kelemahan umum yang parah dan penurunan berat badan sebesar 4 kg. Saat diperiksa, suhunya 35,1°C, denyut jantung 99 kali per menit, tekanan darah 66/29 mmHg, laju pernapasan 20 kali per menit, dan saturasi oksigen 100% saat ia menghirup udara sekitar. Kulitnya kering dan kedua ekstremitasnya dingin. Suara paru-parunya jernih, dan ada sedikit nyeri tekan pada perut. Ia mengeluhkan kelemahan umum, tetapi kesadarannya cukup waspada untuk berkomunikasi. Tidak ada temuan khusus dalam hitung darah lengkap. Dalam kimia darah, nitrogen urea (117,6 mg per desiliter) dan kreatinin (11,62 mg per desiliter) meningkat. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit ginjal kronis, dan tidak ada temuan abnormal yang terlihat dalam hasil laboratorium sebelumnya yang dilakukan tiga bulan sebelum masuk rumah sakit. Selain itu, glukosa serum adalah 204 mg per desiliter dan total badan keton adalah 909,8 ?mol per liter. Dalam panel gas darah arteri, pH adalah 6,985 dan HCO3 diukur di bawah 10 mmol per liter, yang menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang parah menyertainya. Anion gap dihitung pada 22,3 mmol per liter;
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dengan menggunakan format SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kekurangan volume cairan (SDKI: 00027)
- Definisi: Kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Kode SLKI: 00901 Keseimbangan Cairan
- Kode SIKI: 6350 Manajemen Cairan
b. Ketidakseimbangan elektrolit (SDKI: 00195)
- Definisi: Perubahan dalam komposisi dan konsentrasi elektrolit yang dapat mengganggu fungsi fisiologis.
- Kode SLKI: 00605 Keseimbangan Elektrolit
- Kode SIKI: 6440 Manajemen Elektrolit
c. Asidosis metabolik (SDKI: 00403)
- Definisi: Penurunan pH darah dan peningkatan kadar asam di dalam tubuh akibat gangguan metabolisme.
- Kode SLKI: 00907 Keseimbangan Asam-Basa
- Kode SIKI: 6680 Manajemen Asam-Basa
d. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (SDKI: 00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Kode SLKI: 00210 Kontrol Nyeri
- Kode SIKI: 1400 Manajemen Nyeri
e. Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
- Kode SLKI: 00005 Toleransi Aktivitas
- Kode SIKI: 0180 Manajemen Energi
Penjelasan singkat:
- Kekurangan volume cairan: Terjadi karena diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
- Ketidakseimbangan elektrolit: Terjadi akibat gangguan homeostasis elektrolit, yang ditandai dengan peningkatan nitrogen urea dan kreatinin.
- Asidosis metabolik: Disebabkan oleh akumulasi asam dalam tubuh akibat diare dan dehidrasi, ditandai dengan penurunan pH darah dan HCO3.
- Gangguan rasa nyaman: Nyeri perut ringan yang menyebar tanpa nyeri tekan.
- Intoleransi aktivitas: Terjadi karena kelemahan umum dan penurunan berat badan yang signifikan.