Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2922 | 20 Oct 2024
Klinis : sesak, lemah RR 40 x/menit . bronkopneumonia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola napas tidak efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Tanda dan Gejala:
- Sesak napas
- Frekuensi napas meningkat (RR 40 x/menit)
- Penggunaan otot bantu napas
2. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
Tanda dan Gejala:
- Lemah
- Kelelahan yang berlebihan setelah aktivitas
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang berisi rumusan luaran/hasil intervensi keperawatan yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Luaran keperawatan ini disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang berisi rumusan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam upaya mencapai luaran keperawatan yang telah ditetapkan. Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan terukur, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. -
Article No. 2923 | 20 Oct 2024
Klinis : stroke
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi stroke.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskular akibat stroke
Penjelasan:
Gangguan mobilitas fisik merupakan diagnosa keperawatan yang umum ditemukan pada pasien stroke. Kelemahan neuromuskular akibat stroke dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan koordinasi akibat stroke
Penjelasan:
Pasien stroke memiliki risiko jatuh yang tinggi karena adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi sebagai dampak dari kerusakan neurologis. Hal ini dapat meningkatkan risiko cedera dan komplikasi lainnya.
3. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi otak akibat stroke
Penjelasan:
Stroke dapat menyebabkan gangguan komunikasi, seperti afasia, disfasia, atau disartria, bergantung pada area otak yang terkena. Hal ini dapat menghambat kemampuan pasien dalam berekspresi, memahami, dan berinteraksi dengan lingkungan.
4. Gangguan persepsi berhubungan dengan kerusakan fungsi otak akibat stroke
Penjelasan:
Stroke dapat menyebabkan gangguan persepsi, seperti hemianopsia, neglect, atau agnosis, yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam menerima, menginterpretasi, dan merespons stimulus dari lingkungan.
5. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan menelan akibat stroke
Penjelasan:
Pasien stroke berisiko mengalami defisit nutrisi karena adanya gangguan menelan (disfagia) sebagai dampak dari kerusakan otak. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengonsumsi makanan dan minuman secara aman, sehingga perlu dilakukan intervensi yang tepat.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh PPNI untuk memandu perawat dalam proses pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, dan evaluasi asuhan keperawatan yang berkualitas. -
Article No. 2924 | 20 Oct 2024
Klinis : Tn. B Laki-laki seorang wiraswasta berumur 30 tahun datang ke Poli kulit dengan keluhan gatal serta munculnya bentol kemerahan di tangan kanan bagian atas sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan gatal dan nyeri dan sebelumnya disertai demam. Awalnya pasien merasa gatal pada area tangan kanan dan muncul bintik-bintik kecil kemerahan. Kemudian setelah beberapa hari bintik- bintik kecil mulai membesar dan terasa nyeri, apalagi ketika disentuh atau bersentuhan dengan pakaian. Selain itu, pasin juga mengeluhkan adanya pusing dan sakit kepala, selama gejala ini muncul. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pendengaran, gangguan pengecapan, dan nyeri pada mata akibat gejala ini. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, diabaetas melitus, alergi obat-obatan dan makanan, penyakit jantung. Selain itu, tidak ada riwayat stres mental, trauma, radioterapi, dan tidak ada terpapar penyakit cacar maupun herpes zoster. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien dalam sakit sedang, kesadaran compos mentis, dengan kondisi tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x per menit, laju respirasi 20x per menit, suhu axilla 36,7oC, VAS 7. Pada pemeriksaan fisik head to toe Tidak didapatkan konjunctiva anemis dan sklera ikterik pada pemeriksaan mata. Tidak didapatkan adanya bunyi napas ronkhi maupun wheezing, dan dinding dada simetris bilateral pada pemeriksaan thoraks. Dari pemeriksaan abdomen, tidak didapatkan adanya pembengkakan, tidak ada distensi, tidak ada nyeri tekan, dan peristaltik usus positif dengann kesan normal. Dari pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral hangat, dan status dermatologis tampak papul eritema berukuran miliar sampai lentikular pada lengan kanan atas. Selain itu pasien diberikan acyclovir 5x 800 mg/hari selama 7 hari, Cetirizine 1x10 mg, asam mefenamat 3x500 mg, dan Paracetamol tab 3x500 mg (KP)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. B:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan gatal
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, diakibatkan oleh keterbatasan fisik atau psikologis.
- Faktor yang berhubungan: Nyeri, gatal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Toleransi aktivitas: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan tanpa mengalami hambatan yang signifikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi nyeri yang dialami pasien.
- Manajemen gatal: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi gatal yang dialami pasien.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi virus herpes
SDKI:
- Gangguan integritas kulit: Kerusakan atau perubahan pada struktur dan fungsi kulit.
- Faktor yang berhubungan: Infeksi virus herpes.
SLKI:
- Integritas kulit: Kondisi utuh dan sehat dari struktur dan fungsi kulit.
SIKI:
- Perawatan luka: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kondisi luka.
- Manajemen infeksi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
Penjelasan Singkat:
Tn. B mengalami gejala gatal, munculnya bentol kemerahan di tangan kanan, disertai demam, pusing, dan sakit kepala. Berdasarkan tanda dan gejala, pasien diduga mengalami infeksi virus herpes yang menyebabkan gangguan integritas kulit dan intoleransi aktivitas akibat nyeri dan gatal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, manajemen gatal, perawatan luka, dan manajemen infeksi. -
Article No. 2925 | 20 Oct 2024
Klinis : Tn. I, seorang pria berusia 65 tahun, mengalami hipertensi yang terdiagnosis sejak sekitar 10 tahun lalu. Ia tinggal di Kampung, bersama istrinya, Ny. R. Dalam pengkajian, Tn. I mengeluhkan nyeri kepala yang dirasakannya seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri mencapai 5 (dari 0-10) dan disertai perasaan sedih akibat kondisi kesehatannya. Tanda vital menunjukkan tekanan darahnya tinggi, yaitu 170/100 mmHg. Selain itu, Tn. I memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi makanan tinggi garam serta lemak, yang berkontribusi pada kondisi hipertensinya. Keluarga Tn. I menunjukkan defisit pengetahuan mengenai penyakit hipertensi, termasuk penyebab, tanda, gejala, dan diet yang tepat. Keluarga tidak sepenuhnya memahami cara merawat anggota keluarga yang sakit, yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi Tn. I. Diagnosa keperawatan ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. I, berdasarkan informasi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan hipertensi yang ditandai dengan keluhan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 (0-10).
2. Risiko ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan defisit pengetahuan keluarga terhadap penyakit hipertensi, penyebab, tanda, gejala, dan diet yang tepat serta ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi Tn. I.
3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Tn. I).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan pasien.
- Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi pada Tn. I sesuai dengan SDKI, yaitu Nyeri Akut, Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan, dan Perubahan Proses Keluarga.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
- Luaran keperawatan yang dapat diterapkan pada Tn. I antara lain pengurangan nyeri, peningkatan pengetahuan keluarga tentang hipertensi, dan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada Tn. I antara lain manajemen nyeri, edukasi kesehatan tentang hipertensi, dan peningkatan koping keluarga.
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan membantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpusat pada pasien serta keluarganya. -
Article No. 2926 | 20 Oct 2024
Klinis : Ibu pasien mengatakan bahwa pasien belum sekolah karena kondisi kesehatan pasien Ibu pasien mengatakan bahwa pasien selalu menangis melihat anak seusianya pergi sekolah Ibu pasien mengatakan bahwa pasien suka membeli peralatan sekolah Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah bisa berhitung, namun belum bisa membaca
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan belajar terganggu
Penjelasan singkat:
SDKI: Kesiapan belajar terganggu didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kemampuan belajar dengan harapan yang dimiliki. Dalam kasus ini, pasien menunjukkan tanda-tanda seperti belum siap untuk bersekolah, menangis saat melihat anak seusianya pergi bersekolah, dan tertarik dengan peralatan sekolah, namun belum mampu membaca.
SLKI: Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan kesiapan belajar yang optimal, seperti mampu mengikuti pembelajaran di sekolah dan menunjukkan kemajuan akademik sesuai usianya.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Melakukan asesmen komprehensif terhadap kemampuan belajar pasien.
2. Memberikan konseling dan dukungan psikologis kepada pasien dan keluarga.
3. Mengembangkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan pasien.
4. Berkolaborasi dengan tenaga pendidik untuk mengoptimalkan pembelajaran pasien.
5. Memantau perkembangan belajar pasien secara berkala.
Harapannya, dengan intervensi yang tepat, pasien dapat mencapai kesiapan belajar yang optimal dan mampu mengikuti pembelajaran di sekolah sesuai dengan usianya. -
Article No. 2927 | 20 Oct 2024
Klinis : Kasus 3 Pasien Tn. N berusia 42 tahun datang ke Poliklinik THT RS X pada Jumat, 18 Oktober 2024 bersama seorang anaknya dengan keluhan nyeri pada telinga kanan skala 5 dan keluar cairan berwarna kekuningan sejak satu minggu yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat terus menerus sejak 1 hari sebelum datang ke RS, dan semakin nyeri ketika bagian telinga ditekan. Pasien juga mengeluhkan telinga kanan terasa penuh, mengalami kehilangan pendengaran secara tiba-tiba pada telinga kanan, dan mengalami distorsi sensori pendengaran. Awalnya pasien merasa gatal pada bagian dalam telinga ± 6 bulan yang lalu, kemudian pasien sering membersihkan telinga menggunakan cotton bud dan jari tangan, dan pasien mengatakan bahwa sering terlalu dalam ketika memasukkan cotton bud. Pasien pernah berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama sekitar 1 bulan lalu, diberikan obat tetes telinga dan obat oral moksifloksasin dan siprofloksasin selama satu minggu. Akan tetapi pasien tidak menyelesaikan pengobatan antibiotiknya karena nyerinya membaik. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan/minuman, maupun obat. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: edema (-/-), hiperemis (-/-), nyeri tekan (+/-), otore (+/-) kental berwarna kekuningan hampir menutupi meatus akustikus eksternus (MAE) secara total, membran timpani (sulit dinilai karena tertutup otore). Setelah dilakukan pembersihan otore pada MAE, membran timpani dapat tervisualisasi dan tampak perforasi sentral dan terdapat kemerahan disekiarnya. Hasil pemeriksaan hematologi didapatkan WBC 13,2, Hb 11,2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan integritas kulit/jaringan yang berhubungan dengan infeksi telinga (otitis media)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kerusakan pada struktur dan fungsi kulit dan/atau jaringan yang disebabkan oleh agen infeksi.
Karakteristik Utama:
- Adanya luka/kerusakan pada kulit/jaringan
- Adanya infeksi pada kulit/jaringan
- Adanya tanda-tanda peradangan (nyeri, kemerahan, pembengkakan, panas)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
- Integritas kulit/jaringan membaik
- Tanda-tanda infeksi berkurang
- Nyeri berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik, antifungal, atau antiviral
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
2. Perawatan Luka
- Pembersihan luka
- Aplikasi obat topikal
- Penyediaan balutan luka yang adekuat
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Teknik nonfarmakologis (kompres hangat, massage)
Penjelasan Singkat:
Pasien Tn. N mengalami gangguan integritas kulit/jaringan yang berhubungan dengan infeksi pada telinga (otitis media). Hal ini ditandai dengan adanya nyeri, keluarnya cairan berwarna kekuningan, hiperemis, dan perforasi membran timpani. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen infeksi, perawatan luka, dan manajemen nyeri untuk membantu penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 2928 | 20 Oct 2024
Klinis : siki perawatan telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perawatan telinga.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori: Pendengaran
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan persepsi sensori: pendengaran adalah ketidakmampuan untuk menerima, mengolah, menginterpretasi, atau merespons stimulasi auditori secara akurat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah klien dapat mempertahankan kemampuan mendengar secara optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Sensori: Pendengaran
2. Pembelajaran: Terapi Sensori
3. Perawatan Telinga
4. Peningkatan Komunikasi: Pendengaran
Sebagai seorang pakar perawat, saya dapat menjelaskan bahwa intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk membantu klien mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mendengar secara optimal. Hal ini dapat dilakukan melalui manajemen dan perawatan telinga, serta pembelajaran terkait terapi sensori dan komunikasi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 2929 | 20 Oct 2024
Klinis : Klien 3 kali terbangun untuk buang air kecil di malam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yakni klien terbangun 3 kali di malam hari untuk buang air kecil, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Pola Eliminasi Urine Terganggu
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola eliminasi urine terganggu adalah ketidakmampuan untuk mengontrol, mengatur, atau mengosongkan kandung kemih secara memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola eliminasi urine membaik
2. Frekuensi berkemih menurun
3. Kemampuan mengontrol berkemih meningkat
4. Kualitas tidur membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
2. Perawatan Kandung Kemih
3. Peningkatan Tidur
4. Edukasi Kesehatan
Penjelasan singkat dari masing-masing komponen:
1. SDKI menjelaskan bahwa kondisi klien mengalami pola eliminasi urine terganggu, yakni ketidakmampuan untuk mengontrol, mengatur, atau mengosongkan kandung kemih secara memadai.
2. SLKI menetapkan luaran yang diharapkan, seperti pola eliminasi urine yang membaik, frekuensi berkemih yang menurun, kemampuan mengontrol berkemih yang meningkat, serta kualitas tidur yang membaik.
3. SIKI memberikan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen inkontinensia urin, perawatan kandung kemih, peningkatan tidur, serta edukasi kesehatan.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar untuk mengatasi masalah pola eliminasi urine terganggu pada klien. -
Article No. 2930 | 20 Oct 2024
Klinis : Klien mengatakan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil Klien mengatakan bangun di malam hari hingga 3x untuk buang air kecil Klien mengeluh tidak puas dengan tidurnya karena sering terbangun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, klien mengalami gangguan pola tidur, yang ditandai dengan keluhan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil sebanyak 3 kali atau lebih, serta merasa tidak puas dengan kualitas tidurnya.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), gangguan pola tidur didefinisikan sebagai "Penurunan kemampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang adekuat dan restoratif".
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjabarkan beberapa luaran yang terkait dengan gangguan pola tidur, antara lain:
1. Pemeliharaan Pola Tidur
2. Kualitas Tidur
3. Durasi Tidur
Sedangkan, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pola tidur, seperti:
1. Manajemen Tidur
2. Terapi Relaksasi
3. Edukasi Higiene Tidur
Sebagai perawat, kami dapat membantu klien mengatasi gangguan pola tidurnya melalui pendekatan holistik, mencakup aspek fisik, psikologis, dan gaya hidup. Penting untuk melakukan asesmen yang menyeluruh dan membuat rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. -
Article No. 2931 | 20 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien ini adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif
Dalam kasus ini, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, dan pemeriksaan rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Dengan gejala-gejala ini, diagnosis awal yang diberikan adalah tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri Mycobacterium tuberculosis
Dalam kasus tuberkulosis paru, pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan sputum untuk deteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab infeksi. Kode ICD-9-CM 87.44 merujuk pada prosedur pemeriksaan sputum untuk diagnosis tuberkulosis.
Catatan: Kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang diberikan di atas merupakan kode-kode yang umum digunakan untuk diagnosis dan prosedur terkait dengan tuberkulosis paru. Namun, diperlukan evaluasi dan penegakan diagnosis lebih lanjut oleh dokter yang menangani pasien untuk memastikan diagnosis dan tindakan yang tepat.