Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3043 | 21 Oct 2024
Klinis : perfusi jaringan renal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perfusi jaringan renal, dengan nada akademis sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Renal Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perfusi Jaringan Renal Tidak Efektif adalah ketidakcukupan aliran darah ke ginjal, yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi ginjal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Perfusi Jaringan Renal Membaik, yang ditandai dengan peningkatan aliran darah ginjal, produksi urin yang adekuat, dan fungsi ginjal yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien.
2. Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi farmakologis.
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga hidrasi dan melakukan aktivitas sesuai toleransi.
5. Evaluasi secara berkala efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai, diharapkan dapat membantu memulihkan perfusi jaringan renal pasien secara efektif. -
Article No. 3044 | 21 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, umur 26 tahun, melahirkan anak pertamanya 3 hari yang lalu. Klien mengeluh nyeri pada payudaranya terutama saat disentuh. Bayi klien tidak mau menghisap ASI. Klien dan suaminya terlihat bingung karena bayinya tidak berhenti menangis. Dari hasil pemeriksaan fisik terlihat payudara besar dan tegang, payudara teraba keras dan hangat, serta mengeluarkan ASI saat dipijat. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat, lochia berwarna merah. Klien mengatakan bahwa ia belum BAB sejak melahirkan bayinya. Menyusui Tidak Efektif [D.0029]
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Menyusui Tidak Efektif [D.0029]
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Menyusui Tidak Efektif [D.0029] adalah ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan perilaku menyusui yang efektif dan memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perilaku Menyusui Efektif
2. Keseimbangan Cairan
3. Rasa Nyaman
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Laktasi
2. Perawatan Payudara
3. Konseling Laktasi
4. Dukungan Keluarga
Penjelasan Kasus:
Pada kasus ini, seorang perempuan berusia 26 tahun yang baru melahirkan 3 hari lalu mengalami masalah menyusui. Klien mengeluh nyeri pada payudaranya, terutama saat disentuh, dan bayinya tidak mau menghisap ASI. Pemeriksaan fisik menunjukkan payudara yang besar, tegang, dan keras serta mengeluarkan ASI saat dipijat. Selain itu, klien juga belum BAB sejak melahirkan. Berdasarkan gejala yang ada, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Menyusui Tidak Efektif [D.0029]. -
Article No. 3045 | 21 Oct 2024
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya bersifat mendadak, dengan intensitas yang bervariasi, dan berlangsung dalam waktu singkat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan nyeri akut meliputi pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri akut mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik sesuai indikasi, penerapan teknik nonfarmakologis (seperti relaksasi, pijat, kompres hangat/dingin), dan edukasi kepada pasien serta keluarga mengenai pengelolaan nyeri.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan standar-standar tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengelola nyeri akut yang dialami. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mencapai penurunan tingkat nyeri, penguasaan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 3046 | 21 Oct 2024
Klinis : Kasus 2 Nn. H, 26 tahun datang ke poli CAPD dengan mengeluh cairan dialisat kemerahan sejak tadi malam. Tidak ada nyeri, keluhan dirasakan tiba-tiba. TD 110/70 mmHg, HR 72x/mnt, RR 18 x/mnt, Suhu 36,8 ˚C, BB 48 kg, TB 145 cm. Klien rutin melakukan pergantian cairan dianeal 4x/hari (1,5% - 1,5% - 1,5% - 2,5%), dilakukan pergantian cairan dengan dialisat 2,5%, volume keluar 2100 ml (20 menit), volume masuk 2000 ml (10 menit), warna cairan kemerahan, tidak tampak fibrin, tidak tampak kemerahan pada luka exit site.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur CAPD
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko infeksi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Berhubungan dengan: Prosedur CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) yang menyediakan akses ke rongga peritoneal, sehingga meningkatkan risiko infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tidak terjadi infeksi
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
- Edukasi tentang prosedur CAPD yang benar
- Perawatan akses peritoneal
- Pemberian antibiotik sesuai indikasi
Dalam kasus ini, klien mengalami keluhan cairan dialisat yang kemerahan, yang dapat mengindikasikan adanya risiko infeksi. Oleh karena itu, perawat perlu melakukan pemantauan tanda-tanda infeksi, memberikan edukasi tentang prosedur CAPD yang benar, serta melakukan perawatan akses peritoneal. Pemberian antibiotik juga dapat menjadi intervensi yang perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 3047 | 21 Oct 2024
Klinis : Kasus 2 Nn. H, 26 tahun datang ke poli CAPD dengan mengeluh cairan dialisat kemerahan sejak tadi malam. Tidak ada nyeri, keluhan dirasakan tiba-tiba. TD 110/70 mmHg, HR 72x/mnt, RR 18 x/mnt, Suhu 36,8 ˚C, BB 48 kg, TB 145 cm. Klien rutin melakukan pergantian cairan dianeal 4x/hari (1,5% - 1,5% - 1,5% - 2,5%), dilakukan pergantian cairan dengan dialisat 2,5%, volume keluar 2100 ml (20 menit), volume masuk 2000 ml (10 menit), warna cairan kemerahan, tidak tampak fibrin, tidak tampak kemerahan pada luka exit site.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi Peritoneum berhubungan dengan pergantian cairan dialisat yang tidak tepat
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Infeksi Peritoneum adalah kondisi di mana individu rentan terhadap masuknya agen patogen pada rongga peritoneum, yang dapat mengakibatkan inflamasi dan komplikasi.
- SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia): Risiko Infeksi Peritoneum adalah kondisi di mana individu rentan terhadap masuknya agen patogen pada rongga peritoneum, yang dapat mengakibatkan inflamasi dan komplikasi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pencegahan Infeksi Peritoneum, di mana perawat melakukan tindakan untuk mencegah dan mengendalikan masuknya agen patogen pada rongga peritoneum.
Berdasarkan kasus, Nn. H mengalami cairan dialisat yang kemerahan sejak tadi malam, yang dapat menunjukkan adanya risiko infeksi peritoneum. Hal ini perlu segera diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 3048 | 21 Oct 2024
Klinis : Kasus 1 Nn. K, 26 tahun datang ke poli CAPD dengan mengeluh cairan dialisat keruh sejak tadi malam. Terdapat nyeri pada perut nyeri, keluhan dirasakan hilang timbul. TD 110/70 mmHg, HR 102x/mnt, RR 24 x/mnt, Suhu 37,8 ˚C, BB 48 kg, TB 145 cm. Klien rutin melakukan pergantian cairan dianeal 4x/hari (1,5% - 1,5% - 1,5% - 2,5%), dilakukan pergantian cairan dengan dialisat 2,5%, volume keluar 2100 ml (20 menit), volume masuk 2000 ml (10 menit), warna cairan keruh, tidak tampak fibrin, tampak kemerahan pada luka exit site.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi Nn. K:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan proses dialisis peritoneal
Penjelasan Singkat:
Nn. K mengalami risiko infeksi yang ditandai dengan cairan dialisat yang keruh, nyeri perut, peningkatan tanda vital (suhu 37,8°C, HR 102x/mnt), dan kemerahan pada luka exit site. Kondisi ini dapat disebabkan oleh proses dialisis peritoneal yang memungkinkan terjadinya kontaminasi dan infeksi.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI: Risiko Infeksi
SLKI: Manajemen Kesehatan
SIKI: Asuhan Keperawatan Infeksi -
Article No. 3049 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. W berusia 72 tahun, memiliki status janda, beragama islam, memiliki pendidikan terakhir SD datang ke rumah sakit bersama dengan anaknya pada tanggal 27 Februari 2022 pada pukul 16.00 WIB dengan kondisi tampak lemas. Ny. W mengeluh tidak bisa menahan BAK sehingga keluar secara tidak sadar sebelum ia sampai di toilet. Anak Ny. W mengatakan mulai mengalami hal ini sekitar 10 tahun yang lalu. Anak Ny.W juga mengatakan urinenya keluar sedikit-sedikit tetapi sering dengan frekuensi 13-15x/hari urine yang keluar sedikit tapi sering dan berwarna kuning jernih. dan sering terjadi di malam hari. Ny.W mengatakan pada saat awal mula ia mengalami hal ini, ia merasakan sakit di daerah ari-arinya ketika ia buang air kecil. Anak Ny. W juga mengatakan beberapa bulan lalu klien sempat mengkonsumsi obat- obatan yang diberikan oleh dokter tempat klien berobat, tetapi efek samping yang dirasakan klien ialah buang air kecilnya semakin tidak tertahankan dan keluar tanpa disadari dan membuat klien menjadi pelupa. Ny. W tidak mampu untuk berdiri dan berjalan lama-lama, sehingga jika untuk ke toilet kadang dibantu oleh anaknya, tetapi jika anaknya sedang sibuk, ia berjalan sendiri dengan perlahan-lahan menuju toilet. Anak Ny. W mengatakan saat ini Ny. W memakai pempers, namun ia mengatakan tidak nyaman memakai pempers, karena membuat kulitnya terasa gatal. Ny. W mengatakan ia tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat, binatang, maupun lingkungan. Keluarga klien mengatakan dahulu klien sempat memiliki riwayat jatuh dari motor juga mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit. Ny. W makan 2x sehari dengan nasi, sayur dan lauk, nafsu makannya menurun. Ia dulu memiliki kebiasaan minum kopi sebelum makan, tetapi sekarang tidak lagi. Ny. W mengatakan ia menyukai makanan yang bersantan dan asinan, minum 7-8 gelas/hari, memiliki berat badan 49 kg dengan tinggi 150 cm. Ny. W mengatakan ia tidur 6-7 jam/hari. Ny. W mengatakan ia selalu bangun setiap jam 3 pagi untuk melaksanakan shalat tahajud, dan tidur kembali sampai jam 05.00 WIB untuk melaksanakan shalat subuh. Ny. W mengatakan ia tidur siang sekitar 1,5 jam sehari. Ny. W mengatakan dengan pergerakan tubuhnya yang sekarang, ia tidak mampu untuk berolahraga ataupun beraktivitas berat. Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah 127/76 mmHg, nadi 70x/menit, pernapasan 19x/menit, suhu 36,50C. Klien memiliki TB 150 cm dan BB 49 kg. Kepala tampak bersih, rambut tumbuh uban dan tidak mudah rontok. Mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Penglihatan klien sudah mulai kabur. Hidung tampak simetris, bersih dan tidak ada gangguan penciuman. Telinga simetris, tidak memiliki gangguan pendengaran dan tidak ada serumen. Mulut klien tampak bersih, bibir tampak kering, terkadang berbicara terlalu pelan dan kurang jelas, serta gigi yang sudah tidak lengkap. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Dada dan abdomen klien normal, tidak terdapat kelainan. Ekstremitas atas simetris kiri dan kanan, CRT<2 detik, dan akral hangat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. W:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urine
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengontrol pengeluaran urine secara sukarela.
SDKI:
- Gejala dan Tanda: Kebocoran urine, urine keluar sedikit-sedikit tetapi sering, frekuensi berkemih meningkat, rasa mendesak untuk berkemih, riwayat ketidakmampuan menahan berkemih.
- Faktor Risiko: Usia lanjut, perubahan fungsi neurologis, kelemahan otot panggul, riwayat infeksi saluran kemih, obstruksi saluran kemih.
SLKI:
- Tujuan: Klien dapat mengontrol pengeluaran urine.
- Kriteria Hasil: Frekuensi berkemih normal, tidak ada kebocoran urine, klien dapat menahan berkemih.
SIKI:
- Intervensi: Atur pola berkemih, latihan otot panggul, terapi farmakologis, manajemen inkontinensia.
2. Risiko Jatuh
Definisi: Rentan mengalami cedera fisik akibat perubahan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh yang aman.
SDKI:
- Gejala dan Tanda: Gangguan keseimbangan, gangguan mobilitas fisik, penggunaan alat bantu jalan, riwayat jatuh.
- Faktor Risiko: Usia lanjut, gangguan sensorik, gangguan kognitif, kelemahan otot, riwayat jatuh.
SLKI:
- Tujuan: Klien bebas dari cedera akibat jatuh.
- Kriteria Hasil: Klien dapat mempertahankan posisi tubuh yang aman, tidak terjadi insiden jatuh.
SIKI:
- Intervensi: Asesmen risiko jatuh, modifikasi lingkungan, latihan keseimbangan dan mobilitas, penggunaan alat bantu, edukasi klien dan keluarga.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI:
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, perubahan frekuensi makan.
- Faktor Risiko: Masalah menelan, gangguan pencernaan, penurunan sensasi pengecapan, depresi.
SLKI:
- Tujuan: Klien dapat mempertahankan berat badan yang optimal.
- Kriteria Hasil: Berat badan stabil, tidak ada penurunan berat badan, nafsu makan baik.
SIKI:
- Intervensi: Asesmen status nutrisi, manajemen diet, terapi nutrisi, konseling gizi, kolaborasi dengan ahli gizi.
Penjelasan singkat:
Ny. W mengalami inkontinensia urine yang ditandai dengan keluhan tidak dapat menahan BAK sehingga keluar secara tidak sadar. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan fungsi neurologis dan kelemahan otot panggul akibat usia lanjut. Ny. W juga memiliki risiko jatuh yang tinggi karena gangguan mobilitas fisik dan riwayat jatuh. Selain itu, Ny. W mengalami perubahan nutrisi dengan penurunan berat badan dan nafsu makan yang mungkin terkait dengan masalah menelan, gangguan pencernaan, atau depresi. -
Article No. 3050 | 21 Oct 2024
Klinis : 1) Diagnosa keperawatan a. Risiko defisit nutrisi d.d ketidak mampuan menelan makanan, kurangnya asupan nutrisi pasien sering tersedak saat makan (D. 0032) b. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral d.d pasien pelo sering tersedak saat makan dan minum (D. 0119) c. Risiko gangguan integritas kulit dan jaringan d.d penurunan mobilitas dan terjadi kelemahan pada ekstremitas kanan kiri pasien. (D. 0139) d. penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral akibat stroke d.d sakit , tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, tingkat kesadaran menurun, refleks neurologis terganggu(D.0066) (Dewi) e. Resiko aspirasi b.d Gangguan menelan f. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan, kurangnya asupan nutrisi pasien sering tersedak saat makan (D. 0032)
- SDKI: Risiko Defisit Nutrisi
- SLKI: Asupan Nutrisi
- SIKI: Peningkatan Asupan Nutrisi
b. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral d.d pasien pelo sering tersedak saat makan dan minum (D. 0119)
- SDKI: Gangguan Komunikasi Verbal
- SLKI: Komunikasi
- SIKI: Fasilitasi Komunikasi
c. Risiko gangguan integritas kulit dan jaringan d.d penurunan mobilitas dan terjadi kelemahan pada ekstremitas kanan kiri pasien. (D. 0139)
- SDKI: Risiko Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan
- SLKI: Integritas Kulit dan Jaringan
- SIKI: Peningkatan Integritas Kulit dan Jaringan
d. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral akibat stroke d.d sakit , tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, tingkat kesadaran menurun, refleks neurologis terganggu (D.0066)
- SDKI: Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
- SLKI: Kapasitas Adaptif Intrakranial
- SIKI: Peningkatan Kapasitas Adaptif Intrakranial
e. Risiko aspirasi b.d Gangguan menelan
- SDKI: Risiko Aspirasi
- SLKI: Pola Nafas
- SIKI: Pencegahan Aspirasi
f. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas
- SIKI: Peningkatan Mobilitas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah daftar diagnosis keperawatan yang diakui secara nasional di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah daftar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang teridentifikasi pada diagnosis keperawatan. -
Article No. 3051 | 21 Oct 2024
Klinis : 1) Diagnosa keperawatan a. Risiko defisit nutrisi d.d ketidak mampuan menelan makanan, kurangnya asupan nutrisi pasien sering tersedak saat makan (D. 0032) b. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral d.d pasien pelo sering tersedak saat makan dan minum (D. 0119) c. Risiko gangguan integritas kulit dan jaringan d.d penurunan mobilitas dan terjadi kelemahan pada ekstremitas kanan kiri pasien. (D. 0139) d. penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral akibat stroke d.d sakit , tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, tingkat kesadaran menurun, refleks neurologis terganggu(D.0066) (Dewi) e. Resiko aspirasi b.d Gangguan menelan f. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan, kurangnya asupan nutrisi pasien sering tersedak saat makan (D.0032)
- SDKI: Risiko Defisit Nutrisi
- SLKI: Intake Nutrisi
- SIKI: Manajemen Disfagia
2. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral d.d pasien pelo sering tersedak saat makan dan minum (D.0119)
- SDKI: Gangguan Komunikasi Verbal
- SLKI: Komunikasi
- SIKI: Terapi Wicara
3. Risiko gangguan integritas kulit dan jaringan d.d penurunan mobilitas dan terjadi kelemahan pada ekstremitas kanan kiri pasien (D.0139)
- SDKI: Risiko Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan
- SLKI: Integritas Kulit dan Jaringan
- SIKI: Perawatan Luka
4. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral akibat stroke d.d sakit, tekanan darah meningkat dengan tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, tingkat kesadaran menurun, refleks neurologis terganggu (D.0066)
- SDKI: Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
- SLKI: Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
5. Risiko aspirasi b.d Gangguan menelan
- SDKI: Risiko Aspirasi
- SLKI: Jalan Napas
- SIKI: Manajemen Disfagia
6. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas
- SIKI: Latihan Gerak
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah kumpulan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 3052 | 21 Oct 2024
Klinis : memberontak, tangan tremor, lemas, teriak, tertawa, menangis frustasi, tidak dapat mengontrol amarah, ngamuk memukul-mukul barang disekitar, lupa tentang kejadian yang terjadi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
Perilaku kekerasan adalah respon maladaptif terhadap stres, kemarahan, atau frustasi yang ditandai dengan tindakan atau ancaman untuk melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
SDKI:
Definisi: Perilaku individu yang menunjukkan tindakan atau ancaman untuk melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Karakteristik Definitif:
1. Memukul, menendang, atau melempar benda
2. Mengumpat atau berkata kasar
3. Menolak menerima bantuan
4. Menunjukkan ekspresi wajah marah
5. Suara keras atau keras
SLKI:
1. Perilaku mengontrol diri membaik
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Tidak terjadi cidera pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan
4. Pasien mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang tepat
SIKI:
1. Ciptakan lingkungan yang aman
2. Kaji tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
4. Lakukan manajemen marah
5. Libatkan keluarga dalam perawatan
Sebagai perawat, saya akan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar profesi untuk membantu pasien mengatasi perilaku kekerasan yang dialaminya. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengontrol perilakunya, tidak mencederai diri sendiri atau orang lain, serta dapat beradaptasi dengan situasi yang menyulitkan.