Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3036 | 21 Oct 2024
Klinis : Klien mengatakan komunikaai dengan sang bapak kurang baik klien tampak stress
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Komunikasi Verbal Efektif adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan verbal secara efektif.
- Faktor yang mempengaruhi: Adanya hambatan fisik, psikologis, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Komunikasi Verbal Efektif: Kemampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan verbal secara efektif.
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan:
1. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi verbal efektif.
2. Fasilitasi komunikasi verbal efektif.
3. Kolaborasi dengan ahli terkait untuk membantu komunikasi verbal efektif.
Dalam kasus ini, klien mengalami gangguan komunikasi verbal efektif dengan sang bapak, yang menyebabkan stres pada klien. Perawat dapat melakukan assessment untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat komunikasi, memberi fasilitasi komunikasi, dan berkolaborasi dengan ahli (konselor, psikolog, dll) jika diperlukan untuk membantu klien meningkatkan komunikasi yang efektif. -
Article No. 3037 | 21 Oct 2024
Klinis : Klien mengatakan komunikaai dengan sang bapak kurang baik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z64.4
- Deskripsi: Masalah yang berkaitan dengan hubungan orang tua-anak
Dalam konteks ini, kode ICD-10 Z64.4 "Masalah yang berkaitan dengan hubungan orang tua-anak" dapat digunakan untuk mengkodekan keluhan pasien tentang komunikasi yang kurang baik dengan sang bapak. Kondisi ini dapat mencakup masalah dalam interaksi, pemahaman, atau ketegangan dalam hubungan antara pasien dan orang tuanya.
Sayangnya, tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik sesuai dengan kondisi ini, karena kode-kode tersebut lebih berfokus pada prosedur atau tindakan medis. Kondisi ini lebih terkait dengan aspek psikososial dan hubungan interpersonal, yang tidak tercakup dalam kode ICD-9-CM.
Dalam situasi ini, pendekatan yang mungkin lebih sesuai adalah melalui konseling atau terapi keluarga, untuk membantu pasien dan keluarganya mengatasi masalah komunikasi dan hubungan yang kurang baik. Namun, jika terdapat komplikasi medis atau gejala psikologis yang terkait, maka kode diagnosis tambahan mungkin diperlukan untuk menggambarkan keadaan klinis yang lebih lengkap. -
Article No. 3038 | 21 Oct 2024
Klinis : Tn. C berusia 50 tahun dirawat di ruang bedah, post pemasangan WSD hari ke-3 atas indikasi efusi pleura. Pasien mengeluh sesak nafas, nyeri di area pemasangan selang dada skla 3 dari 10. Hasil pengkajian: Tampak produk drain berwana kekuningan, undulasi (+), balutan tampak ada yang terkelupas karena keringat dan tampak kotor, jahitan kuat tidak ada yang lepas, luka tampak masih basah, luka di area insersi tampak kotor dan tidak ada ruam, tidak ada pus. Hasil pemeriksaan fisik: suara nafas meredup dikedua lapang paru, ekspansi paru tidak maksimal, TD: 120/80 mmHg, frekuensi napas 28x/menit, frekuensi nadi: 85 x/menit, suhu 37,40c. Sebutkan diagnosa nya kemudian berhubungannya dan juga di buktikannya pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Tn. C. Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. C.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan efusi pleura ditandai dengan sesak napas, suara napas meredup di kedua lapang paru, dan ekspansi paru tidak maksimal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertukaran gas yang adekuat
2. Frekuensi napas dalam rentang normal
3. Oksigenasi jaringan yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan oksigenasi
3. Pemberian oksigen sesuai indikasi
4. Perawatan selang dada
2. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pemasangan selang dada ditandai dengan keluhan nyeri di area pemasangan selang dada skala 3 dari 10.
SDKI:
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI:
1. Ekspresi nyeri yang terkontrol
2. Pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri yang adekuat
3. Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan nyeri
SIKI:
1. Manajemen nyeri
2. Pemberian analgetik sesuai indikasi
3. Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan selang dada ditandai dengan balutan yang terkelupas akibat keringat, tampak kotor, dan insersi selang dada yang kotor.
SDKI:
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu terhadap infeksi yang disebabkan oleh organisme patogen.
SLKI:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Kemampuan pasien untuk merawat area insersi selang dada
3. Tidak ada komplikasi infeksi terkait pemasangan selang dada
SIKI:
1. Perawatan luka
2. Perawatan selang dada
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka dan selang dada
Semoga penjelasan ini dapat membantu Tn. C dalam proses penyembuhannya. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih. -
Article No. 3039 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. B berusia 48 tahun dirawat di ruang bedah setelah dilakukan operasi pembuatan trakeostomi hari ke -3. Hasil pemeriksaan menunjukan balutan tampak kotor, hasil pemeriksaan fisik: TD 128/80 mmHg, frekuensi napas 30x/menit, frekuensi nadi: 79 x/menit, suhu 37,60c. Sebutkan diagnosa, berhubungannya, dan buktikannya dari kasus tersebut dengan lengkap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kasus Ny. B berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif
- Bukti: Balutan tampak kotor, menunjukkan adanya potensi kontaminasi atau infeksi pada luka operasi.
2. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Pembedahan Trakeostomi
- Bukti: Frekuensi napas 30x/menit, menunjukkan adanya perubahan pada pola napas.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik Akibat Pembedahan
- Bukti: Kondisi Ny. B yang baru menjalani operasi trakeostomi, sehingga memiliki keterbatasan dalam aktivitas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi Ny. B, terdapat tiga diagnosa keperawatan yang dapat diidentifikasi, yaitu risiko infeksi, gangguan pola napas, dan intoleransi aktivitas. Masing-masing diagnosa didukung oleh bukti dari data yang diperoleh. Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 3040 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. R berusia 40 tahun dirawat dengan GEA. Hasil pengkajian didapatkan muntah setiap kali makan dan minum sejak 2 hari yang lalu, buang air besar cair 5-6 kali sehari. Mata cekung, bibir kering, mukosa mulut kering, dan pasien mengeluh haus. Tekanan 90/60 mmHg, Nadi 120x/mnt, Temperatur: 37,8°C. Pasien mendapat Instruksi Loading Cairan RL 1 Liter dalam 1 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang telah Anda deskripsikan, maka dapat disimpulkan bahwa Ny. R mengalami Diare Akut Gastroenteritis (GEA). Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare akut.
Penjelasan Singkat:
Ny. R mengalami gejala-gejala seperti muntah, buang air besar cair yang berulang, mata cekung, bibir kering, dan mukosa mulut kering, yang menunjukkan adanya defisit volume cairan akibat diare akut. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00027
Judul: Defisit Volume Cairan
Definisi: Kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi intake, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01601
Judul: Keseimbangan Cairan
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang diperlukan untuk fungsi fisiologis yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6680
Judul: Manajemen Cairan
Definisi: Pemberian, pemantauan, dan penyesuaian cairan dan elektrolit untuk mempertahankan atau mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi
3. Berikan cairan IV sesuai instruksi (RL 1 L dalam 1 jam)
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya rehidrasi dan pencegahan kehilangan cairan lebih lanjut. -
Article No. 3041 | 21 Oct 2024
Klinis : Tn. M berusia 48 tahun dating ke IGD dengan keluhan nafas sesak dan terkadang batuk. Klien sering mengalami hal yang sama terutama saat udara dingin. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan dan sulit tidur sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan; auskultasi paru terdengar wheezing, Tekanan darah 130/80 mmhg, frekwensi nadi : 85x/mnt. Suhu 37°C, frekwensi nafas 32x/mnt. Saturasi oksigen 90%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, untuk Tn. M, dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Gangguan Pola Tidur
2. Penjelasan Singkat:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Ciri-ciri: Terdapat wheezing, peningkatan frekuensi napas, dan penurunan saturasi oksigen.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Ciri-ciri: Penurunan nafsu makan dan keluhan tidak nafsu makan.
c. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau disfungsi.
- Ciri-ciri: Keluhan sulit tidur sejak 2 hari lalu.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) merupakan panduan yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memandu praktik keperawatan yang berlandaskan bukti. -
Article No. 3042 | 21 Oct 2024
Klinis : Tn. M berusia 48 tahun dating ke IGD dengan keluhan nafas sesak dan terkadang batuk. Klien sering mengalami hal yang sama terutama saat udara dingin. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan dan sulit tidur sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan; auskultasi paru terdengar wheezing, Tekanan darah 130/80 mmhg, frekwensi nadi : 85x/mnt. Suhu 37°C, frekwensi nafas 32x/mnt. Saturasi oksigen 90%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan untuk Tn. M, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk memelihara pembersihan sekret/cairan dari saluran napas untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret dan pemeliharaan jalan napas yang bebas obstruksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan menjaga agar tetap bebas dari obstruksi.
2. Diagnosa Keperawatan: Pola Tidur Terganggu
- SDKI: Perubahan kualitas atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi tidur yang adekuat dan istirahat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi pola tidur yang adekuat dan beristirahat.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Tindakan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Penjelasan singkat:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Berdasarkan gejala sesak napas, wheezing, dan peningkatan frekuensi napas yang dialami Tn. M.
- Pola Tidur Terganggu: Berdasarkan keluhan sulit tidur yang dialami Tn. M sejak 2 hari terakhir.
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Berdasarkan keluhan tidak nafsu makan yang dialami Tn. M. -
Article No. 3043 | 21 Oct 2024
Klinis : perfusi jaringan renal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perfusi jaringan renal, dengan nada akademis sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Renal Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perfusi Jaringan Renal Tidak Efektif adalah ketidakcukupan aliran darah ke ginjal, yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi ginjal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Perfusi Jaringan Renal Membaik, yang ditandai dengan peningkatan aliran darah ginjal, produksi urin yang adekuat, dan fungsi ginjal yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital dan status hemodinamik pasien.
2. Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi farmakologis.
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga hidrasi dan melakukan aktivitas sesuai toleransi.
5. Evaluasi secara berkala efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai, diharapkan dapat membantu memulihkan perfusi jaringan renal pasien secara efektif. -
Article No. 3044 | 21 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, umur 26 tahun, melahirkan anak pertamanya 3 hari yang lalu. Klien mengeluh nyeri pada payudaranya terutama saat disentuh. Bayi klien tidak mau menghisap ASI. Klien dan suaminya terlihat bingung karena bayinya tidak berhenti menangis. Dari hasil pemeriksaan fisik terlihat payudara besar dan tegang, payudara teraba keras dan hangat, serta mengeluarkan ASI saat dipijat. Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat, lochia berwarna merah. Klien mengatakan bahwa ia belum BAB sejak melahirkan bayinya. Menyusui Tidak Efektif [D.0029]
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Menyusui Tidak Efektif [D.0029]
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Menyusui Tidak Efektif [D.0029] adalah ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan perilaku menyusui yang efektif dan memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perilaku Menyusui Efektif
2. Keseimbangan Cairan
3. Rasa Nyaman
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Laktasi
2. Perawatan Payudara
3. Konseling Laktasi
4. Dukungan Keluarga
Penjelasan Kasus:
Pada kasus ini, seorang perempuan berusia 26 tahun yang baru melahirkan 3 hari lalu mengalami masalah menyusui. Klien mengeluh nyeri pada payudaranya, terutama saat disentuh, dan bayinya tidak mau menghisap ASI. Pemeriksaan fisik menunjukkan payudara yang besar, tegang, dan keras serta mengeluarkan ASI saat dipijat. Selain itu, klien juga belum BAB sejak melahirkan. Berdasarkan gejala yang ada, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Menyusui Tidak Efektif [D.0029]. -
Article No. 3045 | 21 Oct 2024
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya bersifat mendadak, dengan intensitas yang bervariasi, dan berlangsung dalam waktu singkat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan nyeri akut meliputi pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri akut mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik sesuai indikasi, penerapan teknik nonfarmakologis (seperti relaksasi, pijat, kompres hangat/dingin), dan edukasi kepada pasien serta keluarga mengenai pengelolaan nyeri.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan standar-standar tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengelola nyeri akut yang dialami. Tujuan utamanya adalah membantu pasien mencapai penurunan tingkat nyeri, penguasaan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari.