Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3026 | 21 Oct 2024
Klinis : Pasien baru dari IRD atas nama Tn. P usia 52 th masuk dengan diagnosa CKD st V + HD reguler. Pasien mengatakan sesak nafas terutama saat berbaring dan aktifitas,tampak edema pada kedua kaki,tampak anemis, JVP meningkat,kencing sedikit bahkan tidak keluar beberapa hari ini,pada auskultasi paru terdengar suara ronchi. Ttv ts : 180/90 mmhg , sh : 37 °c N : 108 x/mnt RR : 26 x/mnt spo2 : 97 % dengan o2 nasal 5 lpm . Hasil laborat didapatkan Wbc : 5,9 Hb: 8,1, Plt : 214 Bun : 80,4 Sc : 14,5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn. P usia 52 tahun dengan diagnosa medis CKD (Chronic Kidney Disease) stadium V dan menjalani hemodialisis (HD) reguler, mengalami beberapa kondisi sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Kelebihan volume cairan (00026)
b. Penurunan curah jantung (00195)
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
d. Risiko infeksi (00004)
Penjelasan singkat:
a. Kelebihan volume cairan (00026):
- Ditandai dengan sesak napas terutama saat berbaring, edema pada kedua kaki, dan jumlah urin yang sedikit bahkan tidak keluar beberapa hari.
- Disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal pada pasien CKD stadium V yang menyebabkan gangguan dalam pengaturan cairan dan elektrolit.
b. Penurunan curah jantung (00195):
- Ditandai dengan sesak napas, edema, dan JVP (Jugular Venous Pressure) yang meningkat.
- Disebabkan oleh kelebihan volume cairan dan penurunan fungsi jantung akibat CKD.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031):
- Ditandai dengan suara ronchi pada auskultasi paru.
- Disebabkan oleh akumulasi sekret di saluran napas akibat kelebihan cairan dan penurunan fungsi paru.
d. Risiko infeksi (00004):
- Disebabkan oleh penurunan sistem imun akibat CKD dan komplikasi yang dapat terjadi selama hemodialisis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan panduan dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3027 | 21 Oct 2024
Klinis : Pasien baru dari IRD atas nama Tn. P usia 52 th masuk dengan diagnosa CKD st V + HD reguler. Pasien mengatakan sesak nafas terutama saat berbaring dan aktifitas,tampak edema pada kedua kaki,tampak anemis, JVP meningkat,kencing sedikit bahkan tidak keluar beberapa hari ini,pada auskultasi paru terdengar suara ronchi. Ttv ts : 180/90 mmhg , sh : 37 °c N : 108 x/mnt RR : 26 x/mnt spo2 : 97 % dengan o2 nasal 5 lpm . Hasil laborat didapatkan Wbc : 5,9 Hb: 8,1, Plt : 214 Bun : 80,4 Sc : 14,5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis yang dipaparkan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
1. Diagnosis Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan:
Pasien mengalami kelebihan volume cairan yang ditandai dengan sesak napas terutama saat berbaring dan aktifitas, edema pada kedua kaki, dan peningkatan JVP. Hal ini berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal pada pasien dengan CKD stage V yang sedang menjalani hemodialisis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami kelebihan cairan dalam satu atau lebih kompartemen tubuh.
Karakteristik Utama: Edema, sesak napas, peningkatan JVP.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Bebas dari edema, sesak napas, dan peningkatan JVP.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen cairan, manajemen obat, observasi tanda-tanda vital.
2. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Pasien mengalami intoleransi aktivitas yang ditandai dengan sesak napas terutama saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan penurunan fungsi jantung dan paru akibat kelebihan volume cairan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Karakteristik Utama: Sesak napas saat beraktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa sesak napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen energi, terapi aktivitas, serta latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Diagnosis Keperawatan: Anemia
Penjelasan:
Pasien mengalami anemia yang ditandai dengan tampak anemis. Hal ini terkait dengan penurunan produksi eritropoietin akibat penyakit ginjal kronis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kondisi di mana jumlah dan/atau fungsi eritrosit tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan.
Karakteristik Utama: Tampak anemis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Kadar Hb dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen anemia, terapi nutrisi, serta edukasi terkait anemia pada penyakit ginjal kronis.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi pasien tersebut. -
Article No. 3028 | 21 Oct 2024
Klinis : Nn. H, 26 tahun datang ke poli CAPD dengan mengeluh cairan dialisat kemerahan sejak tadi malam. Tidak ada nyeri, keluhan dirasakan tiba-tiba. TD 110/70 mmHg, HR 72x/mnt, RR 18 x/mnt, Suhu 36,8 ˚C, BB 48 kg, TB 145 cm. Klien rutin melakukan pergantian cairan dianeal 4x/hari (1,5% - 1,5% - 1,5% - 2,5%), dilakukan pergantian cairan dengan dialisat 2,5%, volume keluar 2100 ml (20 menit), volume masuk 2000 ml (10 menit), warna cairan kemerahan, tidak tampak fibrin, tidak tampak kemerahan pada luka exit site.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi Peritoneal
- SDKI: Risiko Infeksi Peritoneal
- SLKI: Kontrol Infeksi
- SIKI: Perawatan Akses Peritoneal
Penjelasan:
Klien mengeluhkan cairan dialisat yang kemerahan sejak semalam. Hal ini dapat menunjukkan adanya risiko terjadinya infeksi pada rongga peritoneal. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dan tanda-tanda infeksi lainnya. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Memantau tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan, pembengkakan)
- Memastikan teknik steril saat melakukan pertukaran cairan dialisat
- Merawat exit site dengan baik
- Memberikan edukasi kepada klien tentang pencegahan infeksi
2. Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Ketidakseimbangan Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Perawatan Akses Peritoneal
Penjelasan:
Klien menunjukkan adanya ketidakseimbangan cairan yang ditandai dengan cairan dialisat yang kemerahan dan volume cairan yang keluar lebih banyak daripada volume yang masuk. Hal ini dapat disebabkan oleh kebocoran atau gangguan pada membran peritoneal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Memantau input dan output cairan
- Mengidentifikasi penyebab ketidakseimbangan cairan
- Melakukan pergantian cairan dialisat sesuai indikasi
- Memberikan edukasi kepada klien tentang pengelolaan cairan dialisat
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa ini harus disesuaikan dengan kondisi klien setelah dilakukan pengkajian yang lebih mendalam. Perawat juga perlu mempertimbangkan diagnosa lain yang mungkin terkait dengan kondisi klien. -
Article No. 3029 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit tenggorokan dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan sakit tenggorokan dan demam, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan beserta penjelasan singkatnya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Penjelasan:
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain). Dalam kondisi pasien dengan keluhan sakit tenggorokan dan demam, terdapat kemungkinan adanya infeksi atau peradangan pada daerah tenggorokan yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
2. Hipertermia
Penjelasan:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai respons fisiologis terhadap stimulus tertentu. Dalam kondisi pasien dengan keluhan demam, terdapat peningkatan suhu tubuh di atas normal yang merupakan tanda adanya proses infeksi atau peradangan dalam tubuh.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan:
Risiko Infeksi adalah rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan. Dalam kondisi pasien dengan keluhan sakit tenggorokan dan demam, terdapat kemungkinan adanya infeksi pada daerah tenggorokan yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Setiap diagnosa keperawatan di atas memiliki Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 3030 | 21 Oct 2024
Klinis : Nn. H, 26 tahun datang ke poli CAPD dengan mengeluh cairan dialisat kemerahan sejak tadi malam. Tidak ada nyeri, keluhan dirasakan tiba-tiba. TD 110/70 mmHg, HR 72x/mnt, RR 18 x/mnt, Suhu 36,8 ˚C, BB 48 kg, TB 145 cm. Klien rutin melakukan pergantian cairan dianeal 4x/hari (1,5% - 1,5% - 1,5% - 2,5%), dilakukan pergantian cairan dengan dialisat 2,5%, volume keluar 2100 ml (20 menit), volume masuk 2000 ml (10 menit), warna cairan kemerahan, tidak tampak fibrin, tidak tampak kemerahan pada luka exit site.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Nn. H adalah:
1. Infeksi Saluran Peritoneum
SDKI: Risiko Infeksi
SLKI: Pengelolaan Infeksi
SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Nn. H datang dengan keluhan cairan dialisat yang berwarna kemerahan sejak tadi malam. Hal ini menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi pada saluran peritoneum, yang merupakan komplikasi umum dalam perawatan CAPD. Risiko infeksi perlu diidentifikasi dan ditangani dengan tepat untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
2. Gangguan Keseimbangan Cairan
SDKI: Hipervolemia
SLKI: Manajemen Cairan
SIKI: Manajemen Cairan
Penjelasan:
Klien rutin melakukan pergantian cairan dianeal 4x/hari, dan pada saat pemeriksaan ditemukan volume keluar cairan dialisis yang cukup besar (2100 ml dalam 20 menit). Hal ini dapat menggambarkan adanya gangguan keseimbangan cairan atau hipervolemia. Manajemen cairan yang tepat diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan klien.
Terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang menggambarkan definisi, karakteristik, dan faktor-faktor terkait dari suatu diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang menggambarkan hasil yang diharapkan dari suatu intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang menggambarkan tindakan atau aktivitas keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan terarah dalam menangani kondisi Nn. H. -
Article No. 3031 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. W berusia 72 tahun, memiliki status janda, beragama islam, suku guci, serta memiliki pendidikan terakhir SD datang ke rumah sakit bersama dengan anaknya pada tanggal 27 Februari 2022 pada pukul 16.00 WIB dengan kondisi tampak lemas. Ny. W mengeluh tidak bisa menahan BAK sehingga keluar secara tidak sadar sebelum ia sampai di toilet. Anak Ny. W mengatakan mulai mengalami hal ini sekitar 10 tahun yang lalu. Anak Ny.W juga mengatakan urinenya keluar sedikit-sedikit tetapi sering dengan frekuensi 13-15x/hari urine yang keluar sedikit tapi sering dan berwarna kuning jernih. dan sering terjadi di malam hari. Ny.W mengatakan pada saat awal mula ia mengalami hal ini, ia merasakan sakit di daerah ari-arinya ketika ia buang air kecil. Anak Ny. W juga mengatakan beberapa bulan lalu klien sempat mengkonsumsi obat- obatan yang diberikan oleh dokter tempat klien berobat, tetapi efek samping yang dirasakan klien ialah buang air kecilnya semakin tidak tertahankan dan keluar tanpa disadari dan membuat klien menjadi pelupa. Ny. W tidak mampu untuk berdiri dan berjalan lama-lama, sehingga jika untuk ke toilet kadang dibantu oleh anaknya, tetapi jika anaknya sedang sibuk, ia berjalan sendiri dengan perlahan-lahan menuju toilet. Anak Ny. W mengatakan saat ini Ny. W memakai pempers, namun ia mengatakan tidak nyaman memakai pempers, karena membuat kulitnya terasa gatal. Ny. W mengatakan ia tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat, binatang, maupun lingkungan. Keluarga klien mengatakan dahulu klien sempat memiliki riwayat jatuh dari motor juga mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit. Ny. W makan 2x sehari dengan nasi, sayur dan lauk, nafsu makannya menurun. Ia dulu memiliki kebiasaan minum kopi sebelum makan, tetapi sekarang tidak lagi. Ny. W mengatakan ia menyukai makanan yang bersantan dan asinan, minum 7-8 gelas/hari, memiliki berat badan 49 kg dengan tinggi 150 cm. Ny. W mengatakan ia tidur 6-7 jam/hari. Ny. W mengatakan ia selalu bangun setiap jam 3 pagi untuk melaksanakan shalat tahajud, dan tidur kembali sampai jam 05.00 WIB untuk melaksanakan shalat subuh. Ny. W mengatakan ia tidur siang sekitar 1,5 jam sehari. Ny. W mengatakan dengan pergerakan tubuhnya yang sekarang, ia tidak mampu untuk berolahraga ataupun beraktivitas berat. Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah 127/76 mmHg, nadi 70x/menit, pernapasan 19x/menit, suhu 36,50C. Klien memiliki TB 150 cm dan BB 49 kg. Kepala tampak bersih, rambut tumbuh uban dan tidak mudah rontok. Mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Penglihatan klien sudah mulai kabur. Hidung tampak simetris, bersih dan tidak ada gangguan penciuman. Telinga simetris, tidak memiliki gangguan pendengaran dan tidak ada serumen. Mulut klien tampak bersih, bibir tampak kering, terkadang berbicara terlalu pelan dan kurang jelas, serta gigi yang sudah tidak lengkap. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Dada dan abdomen klien normal, tidak terdapat kelainan. Ekstremitas atas simetris kiri dan kanan, CRT<2 detik, dan akral hangat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Ny. W sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin (00016)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan berkemih.
Faktor yang Berhubungan: penurunan kontrol otot dasar panggul, gangguan neurologis, penuaan.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Faktor yang Berhubungan: nyeri, ketidaknyamanan, perubahan pola aktivitas.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting secara mandiri.
Faktor yang Berhubungan: penurunan fungsi muskuloskeletal dan neurologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin (00016)
- Karakteristik Definisi: urine keluar secara tidak disengaja, frekuensi berkemih yang meningkat, rasa tidak nyaman saat berkemih.
- Faktor Risiko: usia lanjut, penurunan kontrol sfingter, penurunan mobilitas, riwayat jatuh, penyakit kronis.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Karakteristik Definisi: keluhan sulit memulai/mempertahankan tidur, terlalu banyak tidur, kualitas tidur yang buruk.
- Faktor Risiko: nyeri, kecemasan, perubahan pola aktivitas.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
- Karakteristik Definisi: ketergantungan dalam aktivitas toileting, gangguan mobilitas, gangguan kognitif.
- Faktor Risiko: penurunan fungsi muskuloskeletal, penurunan fungsi neurologis, penurunan daya ingat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin (00016)
- Luaran: Kontrol Berkemih, Integritas Kulit, Kenyamanan.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Luaran: Pola Tidur, Istirahat, Energi.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
- Luaran: Kemampuan Perawatan Diri, Integritas Kulit, Mobilitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin (00016)
- Intervensi: Manajemen Inkontinensia Urin, Perawatan Kulit, Terapi Latihan.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Intervensi: Manajemen Pola Tidur, Manajemen Rasa Nyaman, Terapi Aktivitas.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
- Intervensi: Perawatan Diri: Toileting, Peningkatan Mobilitas, Terapi Aktivitas.
Secara singkat, diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. W adalah inkontinensia urin, gangguan pola tidur, dan defisit perawatan diri: toileting. Penjelasan terkait SDKI, SLKI, dan SIKI juga telah saya berikan sesuai dengan masing-masing diagnosa keperawatan. -
Article No. 3032 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Penglihatan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang mengganggu fungsi penglihatan secara normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit, cedera, atau kondisi lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Penglihatan adalah:
1. Pasien melaporkan peningkatan fungsi penglihatan.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman.
3. Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan penglihatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Penglihatan meliputi:
1. Pengkajian fungsi penglihatan
2. Pemberian terapi sesuai kondisi (misalnya pemberian obat tetes mata, pengaturan pencahayaan, penggunaan alat bantu penglihatan)
3. Edukasi dan konseling terkait kondisi penglihatan dan manajemen diri
4. Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti dokter spesialis mata) untuk penanganan lebih lanjut
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi untuk mengatasi Gangguan Penglihatan pada pasien. -
Article No. 3033 | 21 Oct 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "pola nafas tidak efektif" dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Pola Nafas Tidak Efektif adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk menarik atau mengeluarkan udara secara adekuat, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida.
Faktor Terkait:
- Kelelahan otot-otot pernapasan
- Hambatan jalan napas
- Perubahan mekanis dinding dada
- Gangguan neurologis
Karakteristik Definisi:
- Perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan
- Penggunaan otot-otot bantu pernapasan
- Pernapasan cuping hidung
- Kesulitan berbicara
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian yang komprehensif. Untuk diagnosa "Pola Nafas Tidak Efektif", SDKI menyediakan definisi, faktor terkait, dan karakteristik definisi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau tujuan keperawatan yang ingin dicapai dalam proses asuhan keperawatan. Untuk kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", SLKI dapat membantu perawat dalam menetapkan luaran yang diharapkan, seperti peningkatan pola nafas, peningkatan aktivitas pernapasan, dan perbaikan pertukaran gas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Untuk kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", SIKI menyediakan berbagai intervensi yang dapat dilakukan, seperti pemberian oksigen, latihan pernapasan, penggunaan alat bantu pernapasan, dan manajemen jalan napas.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah "Pola Nafas Tidak Efektif". -
Article No. 3034 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan pasien tidak mengerti tentang penyakit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, sesuai dengan format yang Anda berikan, berikut adalah informasi mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi pasien yang tidak mengerti tentang penyakitnya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z71.1
- Deskripsi: Konsultasi kesehatan untuk penjelasan dan pemahaman terhadap kondisi.
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z71.1 digunakan untuk mengindikasikan bahwa pasien membutuhkan konsultasi kesehatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi atau penyakitnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pasien memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya, sehingga dapat melakukan perawatan dan pengobatan yang sesuai.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.75
- Deskripsi: Konseling medis.
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 93.75 digunakan untuk mengindikasikan bahwa telah dilakukan konseling medis terhadap pasien. Konseling medis ini bertujuan untuk memberikan informasi, penjelasan, dan pemahaman yang lebih baik kepada pasien mengenai kondisi atau penyakitnya, serta langkah-langkah perawatan dan pengobatan yang perlu dilakukan.
Dengan adanya konseling medis, diharapkan pasien dapat memperoleh pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya, sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pengobatan dan perawatan dirinya. -
Article No. 3035 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan pasien tidak mengerti tentang penyakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya:
Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Kurang Pengetahuan adalah ketidakadekuatan informasi kognitif yang berkaitan dengan suatu topik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang memadai terkait penyakitnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi tingkat pengetahuan pasien saat ini terkait penyakitnya.
2. Berikan pendidikan kesehatan dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Evaluasi pemahaman pasien setelah pemberian informasi.
4. Libatkan keluarga dalam proses edukasi agar dapat mendukung pasien.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan pemahaman pasien yang komprehensif.
Tujuan akhirnya adalah agar pasien dapat memahami penyakitnya sehingga dapat terlibat aktif dalam perawatan dan pengambilan keputusan yang tepat.