Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3182 | 22 Oct 2024
Klinis : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan kode
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, atau mendapatkan bantuan untuk memelihara kesehatan." Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pengetahuan, keterampilan, motivasi, atau sumber daya yang memadai untuk melakukan perawatan kesehatan yang efektif.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjelaskan bahwa luaran yang diharapkan dari penanganan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan adalah pasien dapat menunjukkan pemeliharaan kesehatan yang efektif, yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan, motivasi, dan perilaku perawatan diri yang sesuai.
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti edukasi kesehatan, konseling, fasilitasi perawatan diri, pengaturan lingkungan, dan koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mendukung pasien dalam memelihara kesehatan secara efektif.
Secara keseluruhan, Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan merupakan kondisi yang membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif, dengan tujuan membantu pasien untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi dalam menjaga kesehatan mereka secara optimal. -
Article No. 3183 | 22 Oct 2024
Klinis : Perawatan Rawat Inap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi perawatan rawat inap dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI: Termasuk faktor risiko seperti prosedur invasif, kondisi kronis, dan imunitas terganggu.
SLKI: Intervensi meliputi manajemen risiko infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan edukasi pasien/keluarga.
SIKI: Tindakan perawatan luka, pemberian antibiotik, dan pemantauan asepsis.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Tidak mampu untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
SDKI: Faktor risiko seperti sekresi berlebih, kelemahan otot pernapasan, dan penyakit pernapasan.
SLKI: Intervensi meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan fisioterapi dada.
SIKI: Tindakan seperti suction, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan.
3. Gangguan Pola Tidur
Definisi: Penurunan kualitas dan kuantitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan.
SDKI: Faktor risiko seperti nyeri, cemas, dan lingkungan yang tidak mendukung.
SLKI: Intervensi meliputi manajemen lingkungan, relaksasi, dan edukasi.
SIKI: Tindakan seperti terapi musik, teknik relaksasi, dan pemberian obat hipnotik.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam perawatan rawat inap sangat penting untuk mengidentifikasi masalah keperawatan, merencanakan intervensi yang tepat, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang efektif sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3072 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien jantung dengan tensi 180/120
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien jantung dengan tekanan darah 180/120 mmHg, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi Tidak Terkontrol
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang tidak terkendali.
- Karakteristik Mayor: Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
- Faktor Berhubungan: Peningkatan asupan garam, kelebihan berat badan, kurang aktivitas fisik, stres, konsumsi alkohol berlebihan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Tekanan Darah Terkendali
- Kriteria Hasil: Tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Hipertensi
- Aktivitas: Mengkaji tekanan darah secara berkala, mengidentifikasi faktor risiko, memberikan edukasi gaya hidup sehat, memantau kepatuhan pengobatan, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam konteks ini, pasien dengan kondisi jantung dan tekanan darah 180/120 mmHg memerlukan penanganan segera untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 3073 | 21 Oct 2024
Klinis : Bayi laki-laki lahir pada usia gestasi 28 minggu secara SC atas indikasi perdarahan karena plasenta previA. Saat lahir bayi mengalami asfiksia berat dan telah dilakukan tindakan resusitasi neonatus. Saat pengkajian bayi di rawat di ruang NICU dengan alat bantu napas CPAP (continous airway pressure) dengan setting FiO2 30% dan PEEP 6 cmH20. Saat pengkajian didapat frekuensi napas 63x/menit. Perawat menduga ada masalah pernapasan pada bayi tersebut. Data pengkajian dari pemeriksaan fisik yang perlu dilengkapi yaitu Select one: O a. pemeriksaan analisis gas darah dari bayi O b. frekuensi nadi per menit c. penggunaan otot bantu napas d. pemeriksaan suara napas bayi O e. berat badan bayi saat ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi laki-laki lahir pada usia gestasi 28 minggu yang mengalami asfiksia berat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pola napas yang memadai untuk mendukung kehidupan.
Penyebab: Asfiksia berat, prematuritas.
Gejala dan Tanda: Frekuensi napas tidak normal, penggunaan otot bantu napas, analisis gas darah tidak normal.
Rencana Asuhan Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital, termasuk frekuensi, irama, dan kedalaman napas.
- Berikan oksigen melalui CPAP dengan setting yang sesuai.
- Pantau penggunaan otot bantu napas.
- Lakukan pemeriksaan analisis gas darah untuk menilai oksigenasi dan ventilasi.
- Berikan tindakan resusitasi jika diperlukan.
2. Risiko Gangguan Termoregulasi (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Penyebab: Prematuritas, lingkungan yang tidak hangat.
Gejala dan Tanda: Suhu tubuh di luar rentang normal.
Rencana Asuhan Keperawatan:
- Pantau suhu tubuh bayi secara berkala.
- Pertahankan suhu lingkungan yang sesuai untuk membantu stabilisasi suhu tubuh bayi.
- Berikan inkubator atau penghangat bayi jika diperlukan.
3. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Penyebab: Asfiksia berat, prematuritas.
Gejala dan Tanda: Warna kulit pucat, akral dingin, nadi perifer lemah.
Rencana Asuhan Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital, terutama nadi dan warna kulit.
- Berikan tindakan resusitasi jika diperlukan.
- Pertahankan suhu lingkungan yang sesuai untuk membantu stabilisasi perfusi. -
Article No. 3074 | 21 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan anemia sel sabit. Hasil pengkajian: pasien mengeluh lemas, sesak napas, dada terasa berat ketika bernapas, konjungtiva anemis, hepatomegaly, splenomegaly, mengeluh nyeri pada kedua tangan dan kaki, skala nyeri 4, terdapat piting edema minimal pada kedua tungkai bawah. Keluhan nyeri pada kedua tangan dan kaki dirasakan hilang timbul sejak satu tahun yang lalu dan nyeri disertai dengan rasa baal pada bibir, pipi dan nyeri kepala. Pasien mengatakan selama ini mengonsumsi obat anti nyeri dan vitamin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb 7,6 g/dL, HCT 21,7%, MCV 91,5 fL, MCH 33,0 pg, dan MCHC 36,1 g/dL), Leukosit 18.370 sel/mm3, dan peningkatan enzim hepar (SGOT 73 U/L, SGPT 33 U/L), PLT 447.000 sel/µl. Pada pemeriksaan gambaran darah tepi, didapatkan gambaran eritrosit populasi dimorfik, sel pensil, sel target, ovalosit, fragmentosit, eritrosit polikrom, dan sel sabit. Jumlah leukosit terkesan meningkat dengan morfologi normal, sementara jumlah trombosit terkesan cukup dan terdapat giant platelet. Pada pemeriksaan elektroforesis hemoglobin, didapatkan kadar HbA 19,3%, HbF 11,1%, HbA2 1,9%, dan HbS 67,7%.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D57.1
- Deskripsi: Anemia sel sabit dengan krisis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah, tak terspesifikasi
Penjelasan:
Pasien laki-laki usia 30 tahun didiagnosis dengan anemia sel sabit dengan krisis berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan:
- Keluhan lemas, sesak napas, dan nyeri pada tangan dan kaki yang hilang timbul sejak satu tahun lalu
- Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis, hepatomegali, splenomegali, dan pitting edema minimal pada tungkai bawah
- Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 7,6 g/dL, HCT 21,7%, morfologi eritrosit menunjukkan populasi dimorfik, sel pensil, sel target, ovalosit, fragmentosit, eritrosit polikrom, dan sel sabit. Peningkatan jumlah leukosit dan trombosit (terdapat giant platelet)
- Pemeriksaan elektroforesis hemoglobin menunjukkan kadar HbS 67,7%
Kode ICD-10 D57.1 (Anemia sel sabit dengan krisis) sesuai dengan kondisi klinis pasien. Tidak ada tindakan medis spesifik yang disebutkan, namun dapat dipertimbangkan pemberian transfusi darah (Kode ICD-9-CM 99.04) untuk mengatasi anemia. -
Article No. 3075 | 21 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan anemia sel sabit. Hasil pengkajian: pasien mengeluh lemas, sesak napas, dada terasa berat ketika bernapas, konjungtiva anemis, hepatomegaly, splenomegaly, mengeluh nyeri pada kedua tangan dan kaki, skala nyeri 4, terdapat piting edema minimal pada kedua tungkai bawah. Keluhan nyeri pada kedua tangan dan kaki dirasakan hilang timbul sejak satu tahun yang lalu dan nyeri disertai dengan rasa baal pada bibir, pipi dan nyeri kepala. Pasien mengatakan selama ini mengonsumsi obat anti nyeri dan vitamin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb 7,6 g/dL, HCT 21,7%, MCV 91,5 fL, MCH 33,0 pg, dan MCHC 36,1 g/dL), Leukosit 18.370 sel/mm3, dan peningkatan enzim hepar (SGOT 73 U/L, SGPT 33 U/L), PLT 447.000 sel/µl. Pada pemeriksaan gambaran darah tepi, didapatkan gambaran eritrosit populasi dimorfik, sel pensil, sel target, ovalosit, fragmentosit, eritrosit polikrom, dan sel sabit. Jumlah leukosit terkesan meningkat dengan morfologi normal, sementara jumlah trombosit terkesan cukup dan terdapat giant platelet. Pada pemeriksaan elektroforesis hemoglobin, didapatkan kadar HbA 19,3%, HbF 11,1%, HbA2 1,9%, dan HbS 67,7%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi seorang laki-laki usia 30 tahun dengan anemia sel sabit:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia sel sabit yang ditandai dengan keluhan lemas, sesak napas, dan dada terasa berat saat bernapas.
2. Nyeri kronik berhubungan dengan komplikasi anemia sel sabit yang ditandai dengan nyeri pada kedua tangan dan kaki dengan skala 4.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anemia sel sabit yang ditandai dengan konjungtiva anemis, hepatomegali, dan splenomegali.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Kemampuan seseorang yang terbatas untuk melakukan aktivitas rutin atau yang diinginkan.
- SLKI: Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Manajemen energi, mobilisasi.
2. Nyeri kronik
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Manajemen nyeri.
- SIKI: Manajemen nyeri, terapi relaksasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Peningkatan status nutrisi.
- SIKI: Manajemen nutrisi, pemantauan laboratorium.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berfokus pada masalah intoleransi aktivitas, nyeri kronik, dan ketidakseimbangan nutrisi yang berhubungan dengan kondisi anemia sel sabit pada pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mengacu pada standar SLKI dan SIKI untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 3076 | 21 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 30 tahun dirawat di rumah sakit dengan anemia sel sabit. Hasil pengkajian: pasien mengeluh lemas, sesak napas, dada terasa berat ketika bernapas, konjungtiva anemis, hepatomegaly, splenomegaly, mengeluh nyeri pada kedua tangan dan kaki, skala nyeri 4, terdapat piting edema minimal pada kedua tungkai bawah. Keluhan nyeri pada kedua tangan dan kaki dirasakan hilang timbul sejak satu tahun yang lalu dan nyeri disertai dengan rasa baal pada bibir, pipi dan nyeri kepala. Pasien mengatakan selama ini mengonsumsi obat anti nyeri dan vitamin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb 7,6 g/dL, HCT 21,7%, MCV 91,5 fL, MCH 33,0 pg, dan MCHC 36,1 g/dL), Leukosit 18.370 sel/mm3, dan peningkatan enzim hepar (SGOT 73 U/L, SGPT 33 U/L), PLT 447.000 sel/µl. Pada pemeriksaan gambaran darah tepi, didapatkan gambaran eritrosit populasi dimorfik, sel pensil, sel target, ovalosit, fragmentosit, eritrosit polikrom, dan sel sabit. Jumlah leukosit terkesan meningkat dengan morfologi normal, sementara jumlah trombosit terkesan cukup dan terdapat giant platelet. Pada pemeriksaan elektroforesis hemoglobin, didapatkan kadar HbA 19,3%, HbF 11,1%, HbA2 1,9%, dan HbS 67,7%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita oleh pasien laki-laki berusia 30 tahun dengan anemia sel sabit, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, dan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan patofisiologi penyakit anemia sel sabit.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia sel sabit.
3. Risiko perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan anemia sel sabit.
4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anemia sel sabit.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan patofisiologi penyakit anemia sel sabit:
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia sel sabit:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Intoleransi Aktivitas
3. Risiko perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan anemia sel sabit:
- SDKI: Perubahan Perfusi Jaringan
- SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perubahan Perfusi Jaringan
4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anemia sel sabit:
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Peningkatan Keseimbangan Nutrisi
- SIKI: Manajemen Ketidakseimbangan Nutrisi
Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar asuhan keperawatan yang terdiri dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Standar ini digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandarisasi. -
Article No. 3077 | 21 Oct 2024
Klinis : Salah satu tanda dari TOF ini adalah Spell. Berikut ini adalah tindakan pertama yang dapat kita lakukan pada bayi yang meunjukkan tanda-tana spell yaitu? Select one: O a. memberikan posisi semi-prone O b. memberikan posisi prone O c. memberikan posisi knee chest position d. memberikan posisi litotomi O e. memberikan posisi setengah duduk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan kelainan anatomi jantung (Tetralogi Fallot).
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Gangguan Pertukaran Gas adalah ketidakmampuan tubuh untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida yang adekuat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pertukaran gas yang adekuat, yang ditandai dengan nilai saturasi oksigen yang normal dan kadar karbondioksida yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Tindakan yang dapat dilakukan adalah memberikan posisi semi-prone (miring ke samping dengan kepala agak terangkat).
Penjelasan tindakan:
Pada bayi dengan tanda-tanda spell (serangan sianosis dan dispnea), tindakan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan posisi semi-prone. Posisi ini membantu meningkatkan aliran darah ke paru-paru dan mengurangi kerja jantung, sehingga dapat memperbaiki pertukaran gas.
Posisi semi-prone lebih direkomendasikan daripada posisi prone (tengkurap) atau posisi lainnya, karena posisi ini dapat membantu mempertahankan jalan napas yang terbuka dan memudahkan bayi untuk bernapas.
Jadi, jawaban yang tepat adalah a. memberikan posisi semi-prone. -
Article No. 3078 | 21 Oct 2024
Klinis : Diagnosis pasti untuk ditegakannya adanya infeksi bakteri Streptokokus B hemolitikus grup A untuk memastikan terjadinya GNAPS yaitu dengan pemeriksaan... Select one: O a. pemeriksaan urinalisis untuk mengetahui proteinuria O b. Uji serologis ASTO O c. pemeriksaan urinalisis untuk mengetahui hematuria O d. pemeriksaan darah lengkap O e. biakan bakteri streptokokus ẞ hemolitikus grup A
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Infeksi Bakteri Streptokokus B Hemolitikus Grup A
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Perkembangan atau kemungkinan perkembangan reaksi inflamasi atau imunologi akibat invasi organisme patogen.
- Faktor Risiko: Pemaparan pada patogen, sistem imun yang tidak adekuat, prosedur invasif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi terkontrol.
- Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda inflamasi atau infeksi, tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, perawatan luka, pencegahan infeksi, pemberian terapi antibiotik jika diperlukan.
- Rasional: Untuk mencegah dan mendeteksi dini tanda-tanda infeksi, serta memastikan pemberian terapi yang tepat.
Untuk memastikan adanya infeksi bakteri Streptokokus B hemolitikus grup A, pemeriksaan yang tepat adalah biakan bakteri Streptokokus ẞ hemolitikus grup A. Pemeriksaan ini akan dapat mengidentifikasi secara pasti keberadaan bakteri penyebab GNAPS (Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus). -
Article No. 3079 | 21 Oct 2024
Klinis : Post op laparotomy
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien post op laparotomy.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang diuraikan dalam istilah semacam itu.
- Gejala dan Tanda: Keluhan nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, peningkatan tanda-tanda vital, gerakan protektif.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengancam kesehatan.
- Gejala dan Tanda: Peningkatan suhu tubuh, peningkatan jumlah leukosit, perubahan warna, konsistensi, dan jumlah eksudat pada luka operasi.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Rentan terhadap kerusakan, perubahan, atau kehilangan epidermis dan/atau dermis.
- Gejala dan Tanda: Luka operasi, edema, hematoma, dan perubahan warna kulit.
4. Risiko Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Rentan terhadap pembatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja atau tidak disengaja dari satu atau lebih ekstremitas.
- Gejala dan Tanda: Keterbatasan dalam rentang gerak, kelemahan otot, dan ketidakseimbangan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menetapkan diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Penggunaan SDKI - SLKI - SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam memberikan perawatan yang terstandar, terukur, dan berkualitas bagi pasien.