Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3165 | 22 Oct 2024
Klinis : hemiparese
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hemiparese
Penjelasan singkat:
Standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hemiparese didefinisikan sebagai gangguan motorik atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh akibat kerusakan pada pusat saraf. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan dan fungsi pada satu sisi tubuh.
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dalam penanganan hemiparese adalah untuk memaksimalkan fungsi dan kemandirian pasien dalam aktivitas sehari-hari. Luaran yang diharapkan meliputi peningkatan mobilitas, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan fungsional.
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Fisioterapi dan latihan pergerakan untuk meningkatkan kekuatan otot dan koordinasi.
2. Pelatihan aktivitas sehari-hari dan penggunaan alat bantu untuk meningkatkan kemandirian.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, prognosis, dan manajemen hemiparese.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan terapis okupasi, untuk optimalisasi penanganan.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam penanganan kondisi hemiparese. -
Article No. 3166 | 22 Oct 2024
Klinis : klien mengatakan bingung tidak bisa menjaga anaknya karena harus bekerja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kesiapan Peningkatan Koping
Penjelasan:
Kesiapan Peningkatan Koping adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kemampuan individu untuk mengendalikan, mengelola, dan memulihkan dirinya dari stressor yang dihadapi. Dalam kasus ini, klien mengatakan bingung tidak bisa menjaga anaknya karena harus bekerja, menunjukkan adanya kesulitan dalam mengelola stressor yang dihadapi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Klien mampu mengidentifikasi sumber stres
- Klien mampu menerapkan strategi koping yang efektif
- Klien mampu menggunakan sumber dukungan yang tersedia
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Identifikasi stressor yang dihadapi klien
- Kaji kemampuan klien dalam mengelola stressor
- Bantu klien mengidentifikasi strategi koping yang efektif
- Fasilitasi klien untuk memperoleh dukungan dari keluarga, teman, atau sumber lainnya
- Edukasi klien tentang manajemen stres dan pengasuhan anak
Sebagai seorang perawat, saya dapat membantu klien dalam mengidentifikasi sumber stres, mengevaluasi strategi koping yang digunakan, dan memfasilitasi klien untuk mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. Tujuannya adalah agar klien dapat mengelola stressor dengan lebih baik dan mampu meningkatkan kemampuan dalam pengasuhan anak. -
Article No. 3167 | 22 Oct 2024
Klinis : Edukasi untuk pasien risiko hipovolemik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan risiko hipovolemik.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Hipovolemia
Definisi:
Risiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Kehilangan cairan yang berlebihan (misalnya perdarahan, diare, muntah, atau dehidrasi)
2. Penurunan asupan cairan
3. Gangguan mekanisme pengaturan cairan dan elektrolit
Tujuan Keperawatan:
1. Pasien tidak mengalami penurunan volume cairan intravaskuler yang mengancam kesehatan.
2. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan hipovolemia.
3. Pasien dapat melakukan tindakan pencegahan dan penanganan hipovolemia.
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji tanda dan gejala hipovolemia (misalnya penurunan tekanan darah, takikardi, oliguria, penurunan turgor kulit)
2. Monitor intake dan output cairan secara ketat
3. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang:
a. Faktor risiko hipovolemia
b. Tanda dan gejala hipovolemia
c. Pentingnya menjaga asupan cairan yang adekuat
d. Tindakan pencegahan dan penanganan hipovolemia
Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Tekanan Darah Sistolik
2. Tekanan Darah Diastolik
3. Frekuensi Nadi
4. Jumlah Urin
5. Turgor Kulit
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemantauan Intake dan Output Cairan
3. Edukasi Kesehatan
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat memahami risiko hipovolemik, mengenali tanda dan gejala, serta dapat melakukan tindakan pencegahan dan penanganan hipovolemia secara efektif. -
Article No. 3168 | 22 Oct 2024
Klinis : DS;- DO ;pelepasan plasenta spontan 7 menit setelah bayi lahir perdarahan kurang lebih 300 cc Hb 10 g/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Aktif
Penjelasan:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien mengalami pelepasan plasenta spontan 7 menit setelah bayi lahir dengan perdarahan kurang lebih 300 cc dan Hb 10 g/dl. Ini menunjukkan adanya risiko perdarahan aktif yang perlu segera ditangani.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Definisi: Risiko mengalami kehilangan darah yang berlebihan melebihi jumlah normal.
Karakteristik Definisi: Perdarahan aktif, kontraksi uterus yang tidak adekuat, retensio plasenta, laserasi jalan lahir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tidak terjadi perdarahan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Pengeluaran lochea dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau perdarahan
- Lakukan manajemen kontraksi uterus
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan perdarahan
Dengan pendekatan akademis dan persona pakar/perawat, diagnosa dan penjelasan ini dapat diberikan kepada pasien atau keluarganya untuk memastikan pemahaman dan pengelolaan kondisi yang tepat. -
Article No. 3169 | 22 Oct 2024
Klinis : kecemasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kecemasan.
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan
Definisi:
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang yang mempengaruhi perilaku, dan terjadi sebagai respons terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak spesifik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang yang mempengaruhi perilaku, dan terjadi sebagai respons terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak spesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kecemasan adalah pasien dapat mendemonstrasikan penurunan tingkat kecemasan, seperti tanda-tanda vital dalam batas normal, dapat mengungkapkan perasaan, dan mampu mempraktikkan teknik relaksasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan meliputi:
1. Menjalin hubungan saling percaya dengan pasien
2. Mengidentifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kecemasan
3. Membantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
4. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi
5. Memantau tanda-tanda vital dan gejala kecemasan
6. Memberikan dukungan emosional dan psikologis
Dengan memahami Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani pasien dengan kecemasan. -
Article No. 3170 | 22 Oct 2024
Klinis : kecemasan ibu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respons emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang tidak jelas dan non-spesifik. Individu mengalami perasaan takut, was-was, dan tidak nyaman yang menyebabkan ketegangan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada kecemasan adalah penurunan tingkat kecemasan, peningkatan kemampuan koping, dan peningkatan rasa aman dan nyaman pada individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan meliputi:
1. Manajemen Ansietas: Intervensi untuk membantu individu mengurangi rasa cemas, takut, dan khawatir.
2. Terapi Relaksasi: Intervensi untuk membantu individu mencapai keadaan tenang dan rileks.
3. Dukungan Emosional: Intervensi untuk membantu individu merasa aman, nyaman, dan didukung.
4. Edukasi Kesehatan: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman individu terkait kondisi kesehatannya.
Dalam praktik keperawatan, perawat akan mengkaji faktor-faktor penyebab kecemasan, memantau tanda dan gejala kecemasan, serta menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi kecemasannya. -
Article No. 3171 | 22 Oct 2024
Klinis : Kecemasan Ibu b.d kekhawatiran terhadap perkembangan emosional bayi dan ketidakmampuan ibu dalam merespon tangisan, d.d ibu melaporkan perasaan khawatir berlebihan, kelelahan emosional, dan ketidakpastian dalam cara merawat bayi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan Ibu b.d kekhawatiran terhadap perkembangan emosional bayi dan ketidakmampuan ibu dalam merespon tangisan, d.d ibu melaporkan perasaan khawatir berlebihan, kelelahan emosional, dan ketidakpastian dalam cara merawat bayi.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respons emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui. Dalam kasus ini, ibu mengalami kecemasan terkait perkembangan emosional bayi dan ketidakmampuan dalam merespon tangisan bayi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam kasus ini adalah ibu dapat mengelola kecemasan, memiliki perasaan nyaman dalam merawat bayi, dan mampu merespon tangisan bayi dengan tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan emosional bayi, melatih ibu dalam teknik penenangan bayi, melakukan konseling untuk mengurangi kecemasan ibu, serta memfasilitasi keterlibatan keluarga dalam perawatan bayi.
Sebagai perawat, saya akan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu ibu mengatasi kecemasan dan meningkatkan kemampuan dalam merawat bayi. -
Article No. 3172 | 22 Oct 2024
Klinis : 3.1 Studi Kasus Tn.. S adalah seorang karyawan swasta, dan istrinya, Ny. M, bekerja sebagai guru di TK Mentari. Mereka memiliki seorang anak laki-laki bernama Bintang yang berusia 5 tahun. Bintang memiliki tinggi badan 110 cm dan berat badan 24 kg, yang menunjukkan pertumbuhan fisik dalam rentang normal untuk anak seusianya. Dalam beberapa bulan terakhir, Bintang mulai menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan. Tidurnya masih teratur, yaitu sekitar 8-10 jam per hari, namun orang tuanya merasa cemas karena Bintang sering marah dan melempar barang ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Selain itu, Bintang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya di taman kanak-kanak. Dia cenderung memilih bermain sendiri dan sering menolak ketika diajak bermain oleh teman-temannya. Guru di TK juga melaporkan bahwa Bintang kadang-kadang sulit diatur, tidak mengikuti instruksi, dan sering terlibat dalam pertengkaran kecil, termasuk insiden di mana dia menggigit temannya ketika berebut mainan. Orang tuanya menjelaskan bahwa sebelumnya, Bintang adalah anak yang ceria, aktif, dan mudah bersosialisasi. Namun, dalam tiga bulan terakhir, ia menjadi lebih agresif dan menarik diri. Orang tuanya tampaknya memiliki keterampilan penyelesaian masalah yang cukup, namun ada kekhawatiran mereka mungkin memerlukan lebih banyak panduan dalam mengelola perubahan perilaku Bintang. Sumber Koping Secara umum, sistem pendukung keluarga Bintang cukup baik, meskipun mereka tampaknya kesulitan dalam mengelola perubahan perilaku Bintang. Pola asuh mereka cukup memadai, namun mereka mungkin membutuhkan lebih banyak pengetahuan dan strategi untuk mendukung perkembangan emosional Bintang. Selain itu, keterampilan sosial Bintang tampaknya terganggu, yang berkontribusi pada kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Faktor Biologis dan Kognitif Secara biologis, Bintang tumbuh dengan baik.Rutin mengikuti Imunisasi dan nutrisinya seimbang, serta latihan motorik halus dan kasar tampaknya cukup. Namun, dari segi kognitif, meskipun ia berada pada usia yang tepat untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung, masalah perilaku dapat menghambat perkembangannya. Kemampuannya untuk berbicara dan bercerita mungkin juga terhambat karena ia cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Faktor Sosial dan Emosional Dari segi psikososial, Bintang tampaknya mengalami kesulitan membangun rasa percaya dan otonomi. Ia belum sepenuhnya mengembangkan keterampilan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, yang menyebabkan ia sering bermain sendiri. Perubahan perilaku ini mengindikasikan bahwa mungkin ada masalah dalam cara dia merespons stres atau frustrasi. Keterampilan koping yang kurang baik juga terlihat dari kecenderungannya untuk marah dan bertindak agresif ketika tidak mendapatkan keinginannya. Dukungan Sosial Orang tua Bintang tampaknya memberikan dukungan yang cukup, namun mungkin memerlukan bantuan dari sumber lain, seperti konselor atau psikolog anak, untuk memahami dan mengelola perubahan perilaku Bintang. Dukungan dari sekolah dan komunitas sosial juga dapat berperan penting dalam membantu Bintang mengembangkan keterampilan sosialnya dan meningkatkan rasa percaya dirinya. Aset Material Penghasilan keluarga tampaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan mereka dapat mengakses pelayanan kesehatan yang terjangkau. Tidak ada kendala finansial yang signifikan dalam kasus ini, sehingga fokus utama bisa diarahkan pada perbaikan perilaku dan dukungan psikososial Bintang. keluhan Dalam beberapa bulan terakhir, Bintang mulai menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan. Tidurnya masih teratur, yaitu sekitar 8-10 jam per hari, namun orang tuanya merasa cemas karena Bintang sering marah dan melempar barang ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Selain itu, Bintang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya di taman kanak-kanak. Dia cenderung memilih bermain sendiri dan sering menolak ketika diajak bermain oleh teman-temannya. Guru di TK juga melaporkan bahwa Bintang kadang-kadang sulit diatur, tidak mengikuti instruksi, dan sering terlibat dalam pertengkaran kecil, termasuk insiden di mana dia menggigit temannya ketika berebut mainan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan studi kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta intervensi yang dapat dilakukan menurut Standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Interaksi Sosial
3. Hambatan Komunikasi Verbal
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Perilaku Kekerasan adalah respon maladaptif terhadap stresor internal atau eksternal yang ditandai dengan tindakan atau ancaman tindakan yang membahayakan orang lain.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Perilaku Kekerasan dapat diminimalkan/dihilangkan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Marah, Terapi Bermain, Terapi Kognitif.
2. Gangguan Interaksi Sosial
- SDKI: Gangguan Interaksi Sosial adalah ketidakmampuan untuk membentuk, mempertahankan, dan/atau menggunakan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
- SLKI: Kemampuan Interaksi Sosial dapat ditingkatkan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Peningkatan Sosialisasi, Terapi Bermain, Bimbingan Orang Tua.
3. Hambatan Komunikasi Verbal
- SDKI: Hambatan Komunikasi Verbal adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan lisan dengan efektif.
- SLKI: Kemampuan Komunikasi Verbal dapat ditingkatkan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Terapi Bermain, Bimbingan Komunikasi, Konseling Keluarga.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Marah: Membantu Bintang untuk mengenali dan mengontrol emosi marahnya dengan teknik relaksasi, komunikasi yang efektif, dan pemberian reward.
2. Terapi Bermain: Menggunakan permainan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan pemecahan masalah Bintang.
3. Terapi Kognitif: Membantu Bintang untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang memengaruhi perilakunya.
4. Peningkatan Sosialisasi: Mendorong Bintang untuk terlibat dalam aktivitas sosial yang sesuai dengan usianya, dengan bimbingan dan dukungan dari orang tua dan guru.
5. Bimbingan Orang Tua: Memberikan edukasi dan konseling kepada orang tua Bintang untuk memahami perkembangan anak, meningkatkan keterampilan pengasuhan, dan mengelola perubahan perilaku Bintang.
6. Bimbingan Komunikasi: Membantu Bintang untuk meningkatkan keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal, serta memfasilitasi interaksi yang positif dengan teman-temannya.
7. Konseling Keluarga: Melibatkan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang situasi Bintang dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.
Tujuan dari intervensi-intervensi ini adalah untuk membantu Bintang mengatasi perubahan perilaku yang terjadi, meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi, serta memperkuat dukungan keluarga dan lingkungan sekitar dalam mendukung perkembangan emosional dan sosial Bintang. -
Article No. 3173 | 22 Oct 2024
Klinis : 3.1 Studi Kasus Tn.. S adalah seorang karyawan swasta, dan istrinya, Ny. M, bekerja sebagai guru di TK Mentari. Mereka memiliki seorang anak laki-laki bernama Bintang yang berusia 5 tahun. Bintang memiliki tinggi badan 110 cm dan berat badan 24 kg, yang menunjukkan pertumbuhan fisik dalam rentang normal untuk anak seusianya. Dalam beberapa bulan terakhir, Bintang mulai menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan. Tidurnya masih teratur, yaitu sekitar 8-10 jam per hari, namun orang tuanya merasa cemas karena Bintang sering marah dan melempar barang ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Selain itu, Bintang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya di taman kanak-kanak. Dia cenderung memilih bermain sendiri dan sering menolak ketika diajak bermain oleh teman-temannya. Guru di TK juga melaporkan bahwa Bintang kadang-kadang sulit diatur, tidak mengikuti instruksi, dan sering terlibat dalam pertengkaran kecil, termasuk insiden di mana dia menggigit temannya ketika berebut mainan. Orang tuanya menjelaskan bahwa sebelumnya, Bintang adalah anak yang ceria, aktif, dan mudah bersosialisasi. Namun, dalam tiga bulan terakhir, ia menjadi lebih agresif dan menarik diri. Orang tuanya tampaknya memiliki keterampilan penyelesaian masalah yang cukup, namun ada kekhawatiran mereka mungkin memerlukan lebih banyak panduan dalam mengelola perubahan perilaku Bintang. Sumber Koping Secara umum, sistem pendukung keluarga Bintang cukup baik, meskipun mereka tampaknya kesulitan dalam mengelola perubahan perilaku Bintang. Pola asuh mereka cukup memadai, namun mereka mungkin membutuhkan lebih banyak pengetahuan dan strategi untuk mendukung perkembangan emosional Bintang. Selain itu, keterampilan sosial Bintang tampaknya terganggu, yang berkontribusi pada kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Faktor Biologis dan Kognitif Secara biologis, Bintang tumbuh dengan baik.Rutin mengikuti Imunisasi dan nutrisinya seimbang, serta latihan motorik halus dan kasar tampaknya cukup. Namun, dari segi kognitif, meskipun ia berada pada usia yang tepat untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung, masalah perilaku dapat menghambat perkembangannya. Kemampuannya untuk berbicara dan bercerita mungkin juga terhambat karena ia cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Faktor Sosial dan Emosional Dari segi psikososial, Bintang tampaknya mengalami kesulitan membangun rasa percaya dan otonomi. Ia belum sepenuhnya mengembangkan keterampilan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, yang menyebabkan ia sering bermain sendiri. Perubahan perilaku ini mengindikasikan bahwa mungkin ada masalah dalam cara dia merespons stres atau frustrasi. Keterampilan koping yang kurang baik juga terlihat dari kecenderungannya untuk marah dan bertindak agresif ketika tidak mendapatkan keinginannya. Dukungan Sosial Orang tua Bintang tampaknya memberikan dukungan yang cukup, namun mungkin memerlukan bantuan dari sumber lain, seperti konselor atau psikolog anak, untuk memahami dan mengelola perubahan perilaku Bintang. Dukungan dari sekolah dan komunitas sosial juga dapat berperan penting dalam membantu Bintang mengembangkan keterampilan sosialnya dan meningkatkan rasa percaya dirinya. Aset Material Penghasilan keluarga tampaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan mereka dapat mengakses pelayanan kesehatan yang terjangkau. Tidak ada kendala finansial yang signifikan dalam kasus ini, sehingga fokus utama bisa diarahkan pada perbaikan perilaku dan dukungan psikososial Bintang. keluhan Dalam beberapa bulan terakhir, Bintang mulai menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan. Tidurnya masih teratur, yaitu sekitar 8-10 jam per hari, namun orang tuanya merasa cemas karena Bintang sering marah dan melempar barang ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Selain itu, Bintang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya di taman kanak-kanak. Dia cenderung memilih bermain sendiri dan sering menolak ketika diajak bermain oleh teman-temannya. Guru di TK juga melaporkan bahwa Bintang kadang-kadang sulit diatur, tidak mengikuti instruksi, dan sering terlibat dalam pertengkaran kecil, termasuk insiden di mana dia menggigit temannya ketika berebut mainan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Perilaku Agresif Anak (00202)
Definisi: Perilaku yang disengaja dan tidak sesuai untuk menimbulkan dampak negatif pada orang lain.
Berdasarkan kasus, Bintang menunjukkan perilaku agresif seperti marah, melempar barang, menggigit teman, dan terlibat dalam pertengkaran kecil.
2. Gangguan Interaksi Sosial Anak (00214)
Definisi: Ketidakmampuan anak untuk memulai atau mempertahankan interaksi sosial yang memuaskan.
Bintang mengalami kesulitan bersosialisasi dengan teman sebayanya, cenderung menarik diri, dan menolak ajakan untuk bermain bersama.
3. Keterampilan Koping Anak Tidak Efektif (00232)
Definisi: Ketidakmampuan anak untuk menggunakan sumber daya internal dan eksternal secara efektif untuk menghadapi stres atau tantangan.
Bintang menunjukkan keterampilan koping yang kurang baik, seperti marah dan bertindak agresif saat tidak mendapatkan keinginannya.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Menyediakan definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko dari masing-masing diagnosis keperawatan.
- Diagnosis keperawatan di atas sesuai dengan SDKI yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Menyediakan berbagai luaran keperawatan yang dapat dicapai untuk setiap diagnosis keperawatan.
- Luaran yang dapat ditetapkan untuk kasus Bintang mencakup peningkatan perilaku sosial yang adaptif, penggunaan keterampilan koping yang efektif, dan penurunan perilaku agresif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Menyediakan berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi yang dapat dilakukan meliputi terapi perilaku, konseling keluarga, pengembangan keterampilan sosial, dan manajemen stres.
Secara keseluruhan, standar tersebut memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang tepat bagi Bintang. -
Article No. 3174 | 22 Oct 2024
Klinis : pasien mengeluh nyeri perut dengan frekuensi bab meningkat dan feses warna hitam. pasien tampak lemas, bibir pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah-istilah terjadinya kerusakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien akan melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien akan dapat menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, pasien akan mengenali faktor-faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgetik, terapi relaksasi, terapi dingin/panas, terapi komplementer, dan evaluasi efektivitas pengelolaan nyeri.
2. Diare
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Diare adalah frekuensi buang air besar yang meningkat (lebih dari 3 kali per hari) dengan konsistensi feses yang lebih cair dari biasanya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien akan kembali ke pola defekasi normal, pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, pasien akan mendemonstrasikan perilaku pencegahan diare.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen diare, pemberian cairan dan elektrolit, edukasi terkait diare, dan evaluasi status cairan dan elektrolit.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko kekurangan volume cairan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan, pasien akan mendemonstrasikan tanda-tanda vital dalam batas normal, pasien akan mendemonstrasikan intake cairan yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan, pemantauan tanda-tanda vital, edukasi terkait asupan cairan, dan evaluasi status cairan.