Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5031 | 08 Nov 2024
Klinis : Ny. A, berusia 45 tahun, datang dengan keluhan sakit kepala berat yang semakin memburuk dalam 3 bulan terakhir. Sakit kepala tersebut sering disertai mual dan muntah. Pasien juga melaporkan kelemahan di sisi kanan tubuh, kesulitan berbicara, dan perubahan perilaku seperti mudah marah, pelupa, serta disorientasi. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan kelemahan motorik di sisi kanan (hemiparesis) dan refleks Babinski positif di kaki kanan. Pemeriksaan MRI otak menunjukkan adanya massa sebesar 4 cm di lobus frontal kiri dengan edema serebri. Berdasarkan data di atas, apa diagnosa keperawatan prioritas yang harus dibuat oleh perawat dalam penanganan Ny. A? a. Gangguan komunikasi verbal b. Gangguan mobilitas fisik c. Gangguan perfusi jaringan serebral d. Risiko ketidakseimbangan cairan e. Risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan prioritas yang harus dibuat oleh perawat dalam penanganan Ny. A adalah:
c. Gangguan perfusi jaringan serebral
Penjelasan:
Ny. A menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan perfusi jaringan serebral, yang disebabkan oleh adanya massa di lobus frontal kiri dengan edema serebri. Gejala-gejala tersebut meliputi sakit kepala berat, mual, muntah, kelemahan di sisi kanan tubuh, kesulitan berbicara, dan perubahan perilaku. Hal ini menunjukkan adanya gangguan aliran darah dan oksigenasi ke jaringan otak, yang dapat mengancam fungsi otak dan berdampak pada kondisi pasien.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Label Diagnosis Keperawatan Indonesia (SLDI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), diagnosa keperawatan "Gangguan perfusi jaringan serebral" memiliki definisi, karakteristik definisi, faktor-faktor terkait, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk menangani kondisi Ny. A.
Perawat harus segera menangani diagnosa ini sebagai prioritas, dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian oksigen, manajemen nyeri, dan kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengatasi penyebab gangguan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 5032 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang Perempuan usia 20 tahun datang ke polo dengan keluhan gatal hebat di kulit kepala yang telah berlangsung selama dua minggu. Pasien mengayakan ada ruam merah kecil di kulit kepala dan menemukan beberapa kutu hidup di rambutnya saat menyisir. Pemeriksaan fisik mengonfirmasi adanya kutu dan telur kutu di kulit kepala. Apa masalah keperawatan yang paling tepat pada kasus di atas? a. Risiko infeksi b. Nyeri Kronis c. Keletihan d. Ansietas e. Gangguan persepsi sensorik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kasus yang Anda deskripsikan, masalah keperawatan yang paling tepat adalah:
e. Gangguan persepsi sensorik
Penjelasan:
Berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi pasien adalah "Gangguan Persepsi Sensorik".
Gangguan Persepsi Sensorik didefinisikan sebagai perubahan dalam modalitas sensorik, seperti sentuhan, pendengaran, penglihatan, penciuman, dan pengecapan, yang dapat mengganggu kemampuan individu untuk menerima, mengorganisir, dan menginterpretasikan stimulus sensorik secara akurat.
Dalam kasus ini, pasien mengalami gatal hebat di kulit kepala dan menemukan kutu serta telurnya di rambut. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada sistem sensorik, khususnya pada persepsi sentuhan dan gatal. Pasien tidak dapat menerima dan menginterpretasikan stimulus sensorik secara akurat, sehingga menimbulkan gangguan persepsi sensorik.
Opsi lain seperti Risiko Infeksi, Nyeri Kronis, Keletihan, dan Ansietas tidak sepenuhnya sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien. Gangguan Persepsi Sensorik merupakan diagnosis yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi pasien. -
Article No. 5033 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki, usia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan frambusia, pasien mengatakan nyeri, skal nyeri 2, merasa cemas, sulit melakukan aktivitas, gatal-gatal pada kulitnya dan tidak ada nafsu makan. Hasil pemeriksaan: didapatkan kulit bersisik, penyebaran lesi keseluruh tubuh dan nekrosis lesi. TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 85 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 37,2°C. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? a. Intoleransi aktivitas. b. Kerusakan integritas kulit. c. Nyeri akut. d. Defisit nutrisi. e. Ansietas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi seorang laki-laki berusia 50 tahun yang dirawat di ruang penyakit dalam dengan frambusia.
Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada kasus tersebut adalah:
b. Kerusakan integritas kulit
Penjelasan:
Kerusakan integritas kulit adalah gangguan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit yang menyebabkan perubahan fungsi kulit sebagai pelindung. Pada kasus ini, pasien mengalami gejala-gejala seperti kulit bersisik, penyebaran lesi di seluruh tubuh, dan nekrosis lesi, yang menunjukkan adanya kerusakan integritas kulit akibat infeksi frambusia.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas kulit
Definisi: Gangguan pada epidermis, dermis, atau lapisan kulit yang menyebabkan perubahan fungsi kulit sebagai pelindung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Integritas kulit membaik
2. Tidak terjadi komplikasi infeksi
3. Tidak terjadi perdarahan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan:
1. Monitor tanda-tanda infeksi pada lesi kulit
2. Lakukan perawatan luka sesuai dengan prinsip-prinsip perawatan luka
3. Berikan terapi antibiotik sesuai dengan anjuran dokter
4. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan dan kelembaban kulit
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan yang komprehensif -
Article No. 5034 | 08 Nov 2024
Klinis : Ny. H, seorang wanita berusia 52 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri sendi simetris di pergelangan tangan dan lutut yang sudah berlangsung selama 7 bulan. la juga mengalami kekakuan pada sendi terutama di pagi hari yang bertahan lebih dari 1 jam, serta pembengkakan pada sendi tangan. Nyeri sendi semakin memburuk dengan aktivitas fisik dan cuaca dingin. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan faktor reumatoid (RF) dan peningkatan laju endap darah (LED). Berdasarkan kasus di atas, apa diagnosa keperawatan prioritas untuk Ny. H? a. Kelelahan b. Risiko cedera c. Gangguan pola tidur d. Nyeri kronis e. Gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan prioritas untuk Ny. H adalah Nyeri Kronis.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Nyeri Kronis sesuai dengan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia) adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala yang dialami Ny. H, seperti nyeri sendi simetris di pergelangan tangan dan lutut, kekakuan sendi terutama di pagi hari yang bertahan lebih dari 1 jam, serta pembengkakan pada sendi tangan, serta faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi seperti aktivitas fisik dan cuaca dingin, serta peningkatan faktor reumatoid (RF) dan laju endap darah (LED) mengarah pada diagnosa keperawatan Nyeri Kronis.
Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul adalah Gangguan Mobilitas Fisik, namun diagnosa Nyeri Kronis lebih tepat sebagai prioritas karena nyeri merupakan gejala utama yang dialami pasien dan dapat mempengaruhi aspek-aspek lain seperti mobilitas fisik.
Menggunakan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang dapat digunakan untuk Nyeri Kronis antara lain Kontrol Nyeri, Kualitas Hidup, dan Pemulihan Fungsi. Sedangkan untuk SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan antara lain Manajemen Nyeri, Terapi Modalitas, dan Peningkatan Koping. -
Article No. 5035 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 38 tahun dirawat di RS, pasien mengatakan nyeri pada tulang paha kanan, dan terutama saat cuaca dingin, pasien juga susah untuk menggerakkan kakinya. Hasil dari anamnesis didapatkan ada odema pada paha dan TD: 130/70 mmHg, frekuensi nadi: 95x/menit, frekuensi napas: 24x/menit, suhu: 39,5°C, pasien tampak meringis dengan skala nyeri 7. Pertanyaan soal: Apakah diagnosis utama dalam kasus diatas? a. Intoleransi aktifitas b. Nyeri akut c. Resiko infeksi d. Gangguan mobilitas fisik e. Hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keterangan yang diberikan, diagnosis keperawatan utama yang paling sesuai dalam kasus tersebut adalah:
b. Nyeri akut
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri pada tulang paha kanan, terutama saat cuaca dingin, dan sulit untuk menggerakkan kakinya. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya odema pada paha, tanda-tanda vital yang abnormal (suhu 39,5°C, nadi 95x/menit, pernapasan 24x/menit), serta pasien tampak meringis dengan skala nyeri 7. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri akut yang terkait dengan kondisi muskuloskeletal.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Nyeri akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Tingkat nyeri, Kontrol nyeri, Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Manajemen nyeri, Terapi modalitas nyeri, Edukasi manajemen nyeri.
Jadi, diagnosis keperawatan utama yang sesuai adalah "Nyeri akut" dengan intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, dan edukasi manajemen nyeri. -
Article No. 5036 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 38 tahun dirawat di RS, pasien mengatakan nyeri pada tulang paha kanan, dan terutama saat cuaca dingin, pasien juga susah untuk menggerakkan kakinya. Hasil dari anamnesis didapatkan ada odema pada paha dan TD: 130/70 mmHg, frekuensi nadi: 95x/menit, frekuensi napas: 24x/menit, suhu: 39,5°C, pasien tampak meringis dengan skala nyeri 7. Pertanyaan soal: Apakah intervensi yang tepat pada masalah utama dalam kasus diatas? a. Manajemen nyeri b. Manajemen energi c. Dukungan mobilisasi d. Pencegahan infeksi e. Manajemen hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Mari kita bahas diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada tulang paha.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tindakan nyeri berkurang
2. Kemampuan pasien dalam mengendalikan nyeri meningkat
3. Kepuasan pasien terhadap penanganan nyeri tercapai
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang tepat untuk masalah utama dalam kasus ini adalah:
a. Manajemen Nyeri
Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri, serta meningkatkan kemampuan pasien untuk mengendalikan nyeri.
Berdasarkan masalah utama dalam kasus di atas, intervensi yang paling tepat adalah:
a. Manajemen Nyeri -
Article No. 5037 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 54 tahun dirawat di RS, pasien mengatakan takut untuk bergerak setelah melakukan operasi pemasangan pen pada tulang femur. Pasien mengatakan sudah 4 hari tidak buang air besar perutnya terasa kembung. Hasil dari anamnesis TD: 130/90 mmHg, frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, suhu: 37,5°C, dan pemeriksaan auskultasi abdomen didapatkan bising usus 1-2x/menit Pertanyaan soal: Apakah masalah keperawatan utama dalam kasus diatas? a. Konstipasi b. Disfungsi motilitas gastrointestinal (?) C. Ansietas d. Gangguan mobilitas fisik e. Intoleransi aktifitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah:
d. Gangguan mobilitas fisik
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), diagnosis keperawatan yang paling sesuai dengan kasus ini adalah "Gangguan mobilitas fisik" yang didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan terarah, baik mandiri maupun dengan bantuan".
Alasan:
1. Pasien mengatakan takut untuk bergerak setelah operasi pemasangan pen pada tulang femur, menunjukkan adanya keterbatasan dalam mobilitas fisik.
2. Pasien mengalami konstipasi, yang dapat disebabkan oleh penurunan mobilitas fisik dan penurunan aktivitas.
3. Tanda-tanda vital pasien masih dalam batas normal, tidak menunjukkan adanya masalah yang signifikan pada sistem gastrointestinal (bising usus 1-2x/menit) atau tanda-tanda kecemasan.
Jadi, masalah keperawatan utama dalam kasus ini adalah Gangguan mobilitas fisik. -
Article No. 5038 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 57 tahun dirawat di RS Muhammad Husein dengan mengeluhkan nyeri pada paha kiri, pasien mengatakan nyeri akan bertambah saat malam hari, pasien merasakan sudah satu bulan ini ketika angkat beban terasa tidak kuat dan lemah, pasien juga merasakan nafsu makan menurun. Hasil dari pemeriksaan fisik oleh perawat didapatkan pasien tampak meringis dengan skala nyeri 7, TD: 130/90 mmHg, Frekuensi Nadi: 100 x/menit, Frekuensi Napas 24x/menit, dan Suhu: 38,5°C, BB: 65 kg, TB: 170 cm. Pertanyaan soal: Apakah keperawatan utama dalam kasus diatas? a. Gangguan mobilitas fisik b. Gangguan pola tidur c. Hipertermi d. Nyeri akut e. Defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan utama yang paling sesuai dalam kasus ini adalah:
d. Nyeri akut
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri pada paha kiri, dengan skala nyeri 7 berdasarkan pemeriksaan fisik. Nyeri tersebut juga dirasakan lebih sering pada malam hari. Selain itu, pasien juga mengalami kelemahan saat mengangkat beban, yang dapat dikaitkan dengan nyeri yang dirasakan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi yang dapat diberikan antara lain manajemen nyeri, terapi komplementer, pendidikan kesehatan tentang nyeri, dan pemantauan tanda-tanda vital.
Jadi, diagnosis keperawatan utama dalam kasus ini adalah Nyeri akut, dengan rencana asuhan keperawatan yang fokus pada pengelolaan nyeri pasien. -
Article No. 5039 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 25 tahun rawat di RS, pasien mengalami fraktur terbuka dan robek pembuluh darah arteri femuralis. Pasien mengatakan nyeri pada luka tersebut dengan skala 9, Hasil dari anamnesis didapatkan TD: 90/70 mmHg, frekuensi nadi: 95x/menit lemah, frekuensi napas: 24x/menit, suhu: 35,5°C. Pertanyaan soal: Apakah intervensi keperawatan pada masalah keperawatan utama dalam kasus diatas? a. Pencegahan infeksi b. Manajemen nyeri c. Manajemen cairan d. Pencegahan syok e. Terapi paparan panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis keperawatan utama yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan Utama: Risiko Perdarahan Aktif
Penjelasan singkat:
Menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), risiko perdarahan aktif didefinisikan sebagai "kondisi di mana individu rentan mengalami kehilangan darah dalam jumlah yang berbahaya".
Pada kasus ini, pasien mengalami fraktur terbuka dan robek pembuluh darah arteri femoralis, sehingga berisiko mengalami perdarahan aktif. Tanda-tanda yang mendukung diagnosis ini adalah TD rendah (90/70 mmHg), nadi lemah (95x/menit), dan suhu rendah (35,5°C) yang mengindikasikan adanya hipovolemia akibat kehilangan darah.
Intervensi Keperawatan Utama:
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan utama yang sesuai adalah:
b. Manajemen nyeri
Penjelasan:
Manajemen nyeri diprioritaskan untuk mengatasi keluhan nyeri pasien pada luka dengan skala 9. Pengendalian nyeri yang efektif akan membantu mencegah komplikasi perdarahan akibat stres fisiologis yang ditimbulkan oleh nyeri yang tidak terkendali.
Selain itu, intervensi lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah:
d. Pencegahan syok
Untuk mengatasi hipovolemia dan mencegah terjadinya syok akibat kehilangan darah.
Jadi, jawaban yang tepat adalah:
b. Manajemen nyeri -
Article No. 5040 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 54 tahun dirawat di RS. pasien mengatakan takut unutk bergerak setelah melakukan operasi pemasangan pen pada tulang femur. Pasien mengatakan sudah 4 hari tidak buang air besar perutnya terasa kembung. Hasil dari anamnesis TD: 130/90 mmHg, frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, suhu: 37,5°C, dan pemeriksaan auskultasi abdomen didapatkan bising usus 1-2x/menit. Pertanyaan soal: Apakah edukasi yang sesuai dengan masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? a. Menganjurkan meningkatkan aktivitas fisik, sesuai toleransi b. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi c. Menyediakan makanan tinggi serat d. Mengatur jadwal defekasi dengan pasien e. Menganjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Mari saya berikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Konstipasi berhubungan dengan pembatasan mobilisasi akibat operasi pemasangan pen pada tulang femur.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Konstipasi adalah keadaan di mana individu memiliki potensi mengalami penurunan frekuensi, kesulitan, atau rasa tidak nyaman dalam defekasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan pola defekasi yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Mengajarkan teknik defekasi yang tepat
b. Menyediakan makanan tinggi serat
c. Menjadwalkan aktivitas fisik sesuai toleransi pasien
d. Mengatur pola eliminasi sesuai kebutuhan pasien
Jawaban yang sesuai dengan masalah keperawatan utama adalah:
d. Mengatur jadwal defekasi dengan pasien.
Penjelasan:
Karena pasien mengalami kendala dalam buang air besar selama 4 hari, maka intervensi yang tepat adalah mengatur jadwal defekasi dengan pasien. Hal ini dapat membantu mencegah konstipasi dan memperbaiki pola eliminasi pasien.