Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18420 | 11 Jun 2025
Klinis : Klien mengatakan tidak ada keluhan kesehatan datang karena di suruh oleh prabowo untuk melawak dan semua orang BNN itu saudaranya. Klien nampak tertawa sendiri, tidak kooperatif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Resiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
Klien menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, seperti tertawa sendiri, tidak kooperatif, dan menunjukkan persona yang tidak sesuai dengan situasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00147
Definisi: Suatu keadaan di mana individu menunjukkan perilaku atau tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 04.01
Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 04.01
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu dalam mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. -
Article No. 18421 | 11 Jun 2025
Klinis : Klien mengatakan tidak ada keluhan kesehatan datang karena di suruh oleh prabowo untuk melawak dan semua orang BNN itu saudaranya. Klien nampak tertawa sendiri, tidak kooperatif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala dan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F22
- Deskripsi: Gangguan waham persisten
Penjelasan:
Gejala yang dialami klien, seperti tidak adanya keluhan kesehatan, tertawa sendiri, serta tidak kooperatif, mengarah pada diagnosis gangguan waham persisten (F22) dalam Klasifikasi Internasional Penyakit Edisi Kesepuluh (ICD-10). Gangguan ini ditandai dengan munculnya satu atau lebih waham yang menetap, tidak sesuai dengan budaya, dan tidak dapat dikoreksi, meskipun klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercatat dalam informasi yang diberikan
Dalam kasus ini, tidak ada informasi tentang tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang dapat diberikan. Penanganan yang mungkin diperlukan adalah evaluasi klinis yang komprehensif, termasuk pemeriksaan fisik, mental, dan penilaian psikososial, serta pertimbangan intervensi terapeutik yang sesuai, seperti terapi psikologis atau farmakologis, berdasarkan penilaian dan rencana perawatan yang ditetapkan oleh tim medis yang terlibat. -
Article No. 18422 | 11 Jun 2025
Klinis : Klien mengatakan tidak ada keluhan kesehatan datang karena di suruh oleh prabowo untuk melawak dan semua orang BNN itu saudaranya. Klien nampak tertawa sendiri, tidak kooperatif suka melamun. Klien mengatakan hanya punya waktu 1 jam untuk di asesmen karena mau mandi dan bertemu anak dan istri. Vital sign dalam batas normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dengan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Halusinasi
- SDKI: Halusinasi
- Definisi: Persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita eksternal yang dialami individu.
- SLKI: Pengendalian Halusinasi
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
- SIKI: Terapi Halusinasi
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cidera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- SLKI: Pengendalian Perilaku Kekerasan
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku kekerasan yang dialaminya.
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengendalikan perilaku kekerasan yang dialaminya.
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan satu atau lebih aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Perawatan Diri
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SIKI: Perawatan Diri
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu melakukan aktivitas perawatan diri.
Berdasarkan keterangan yang diberikan, klien menunjukkan gejala halusinasi, risiko perilaku kekerasan, dan defisit perawatan diri. Diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Halusinasi, Risiko Perilaku Kekerasan, dan Defisit Perawatan Diri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Terapi Halusinasi, Manajemen Perilaku Kekerasan, dan Perawatan Diri. -
Article No. 18423 | 11 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri ngamuk dan membanting barang. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki, siki, pemeriksaan penunjang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi seorang remaja putri yang mengamuk dan membanting barang.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Perilaku Kekerasan" berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara fisik, verbal, atau psikologis. Kondisi remaja putri yang mengamuk dan membanting barang menunjukkan adanya perilaku kekerasan.
Diagnosa ICD (International Classification of Diseases):
Berdasarkan ICD-10, diagnosa yang sesuai adalah F91.1 Perilaku Agresif Terganggu.
Pemeriksaan Penunjang:
Untuk mendukung diagnosa, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti:
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu, respirasi)
2. Pemeriksaan mental status (orientasi, mood, afek, persepsi, proses berpikir, dan lain-lain)
3. Tes psikologis (tes kepribadian, tes intelegensi, tes proyektif, dan lain-lain)
4. Pemeriksaan laboratorium (jika diperlukan)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan:
1. Penurunan perilaku kekerasan yang ditandai dengan tidak adanya insiden kekerasan selama periode perawatan.
2. Peningkatan kemampuan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan yang ditandai dengan tidak adanya perilaku membanting barang atau melukai diri sendiri/orang lain.
3. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali dan mengungkapkan perasaan secara verbal yang ditandai dengan klien dapat mengidentifikasi dan menyampaikan emosi yang dirasakan.
4. Peningkatan kemampuan klien dalam menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi stres yang ditandai dengan klien mampu menggunakan teknik relaksasi atau teknik lain untuk mengelola emosinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Memastikan ruangan bebas dari benda-benda yang dapat membahayakan
- Mempertahankan rasio perawat-klien yang memadai
- Menjaga privasi dan kerahasiaan klien
2. Kaji faktor penyebab perilaku kekerasan
- Menggali riwayat kesehatan mental klien
- Mengidentifikasi pemicu atau stresor yang menyebabkan perilaku kekerasan
3. Lakukan intervensi untuk mengendalikan perilaku kekerasan
- Memberikan intervensi farmakologis sesuai indikasi (misalnya obat antipsikotik)
- Mengajarkan teknik relaksasi (napas dalam, distraksi, imagery)
- Memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal
- Membantu klien mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif
4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan
- Memberikan edukasi kepada keluarga terkait kondisi klien dan peran keluarga
- Memfasilitasi keterlibatan keluarga dalam proses perawatan
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
- Memantau perkembangan klien secara berkala
- Melakukan penyesuaian intervensi berdasarkan respon klien
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan kondisi remaja putri dengan perilaku kekerasan dapat membaik dan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18424 | 11 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri ngamuk dan membanting barang. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki, siki, pemeriksaan penunjang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis jika ada, untuk kondisi seorang remaja putri yang ngamuk dan membanting barang, serta memberikan penjelasan detail dengan poin-poin.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F91.8
- Deskripsi: Gangguan perilaku tidak terklasifikasi secara lain (Oppositional defiant disorder)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.62
- Deskripsi: Pemberian obat antipsikotik, tidak spesifik
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, kode ICD-10 yang sesuai adalah F91.8 (Gangguan perilaku tidak terklasifikasi secara lain). Kondisi ini dikenal sebagai Oppositional Defiant Disorder (ODD), yang merupakan gangguan perilaku ditandai dengan perilaku pembangkangan, permusuhan, dan penentangan terhadap otoritas.
Gejala-gejala yang mungkin muncul pada pasien ini antara lain:
- Perilaku ngamuk dan membanting barang
- Permusuhan dan penentangan terhadap orang tua atau figur otoritas lainnya
- Perilaku yang sering marah, mudah tersinggung, dan tidak kooperatif
Terkait dengan tindakan medis, jika diperlukan, kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 94.62 (Pemberian obat antipsikotik, tidak spesifik). Obat antipsikotik mungkin diindikasikan untuk membantu mengelola gejala-gejala yang muncul dan menstabilkan kondisi pasien.
Pemeriksaan penunjang yang mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien ini antara lain:
- Pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital
- Anamnesis riwayat kesehatan dan riwayat perkembangan
- Pemeriksaan psikologis, termasuk tes kepribadian dan tes kognitif
- Pemeriksaan laboratorium darah, jika diperlukan untuk menyingkirkan penyebab medis lainnya
Selain itu, pasien mungkin membutuhkan intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi perilaku, untuk membantu mengelola gejala-gejala dan meningkatkan kemampuan adaptasi. -
Article No. 18425 | 11 Jun 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi nyeri akut, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri akut:
Nyeri akut (acute pain) didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut, dengan onset yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga berat, yang berlangsung dalam waktu kurang dari 3 bulan. Nyeri akut merupakan salah satu diagnosa keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang sering muncul pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol dalam skala 1-3 (SLKI kode M0208).
2. Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif (SLKI kode M0211).
3. Pasien menunjukkan penurunan tanda-tanda fisiologis nyeri (SLKI kode M0209).
4. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (SLKI kode M0212).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (SIKI kode N0401).
2. Lakukan manajemen nyeri farmakologis (SIKI kode N0408).
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri (SIKI kode N0414).
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penanganan nyeri (SIKI kode N0419).
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri (SIKI kode N0420).
6. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi nyeri (SIKI kode N0407).
7. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri yang diberikan (SIKI kode N0421).
Penjelasan rinci:
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri. Hal ini penting untuk menentukan diagnosis dan rencana intervensi yang tepat.
2. Manajemen nyeri farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian analgesik sesuai dengan tingkat nyeri pasien, untuk meredakan nyeri secara cepat.
3. Teknik non-farmakologis seperti relaksasi, distraksi, terapi musik, dan kompres hangat/dingin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyerinya.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, psikolog, dll.) diperlukan untuk mendapatkan penanganan nyeri yang komprehensif dan efektif.
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam proses penanganan nyeri.
6. Pemantauan tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi nyeri dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan mengidentifikasi perubahan kondisi pasien.
7. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri yang diberikan dilakukan secara berkala untuk menentukan apakah tujuan luaran telah tercapai atau perlu dilakukan penyesuaian intervensi. -
Article No. 18426 | 11 Jun 2025
Klinis : penurunan cardiac output
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi penurunan cardiac output:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi penurunan cardiac output adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Definisi dari diagnosa ini adalah "Pengurangan suplai oksigen ke jantung yang dapat mengakibatkan disfungsi miokard".
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada kondisi ini meliputi: nyeri dada, dispnea, perubahan tekanan darah, palpitasi, edema perifer, dan penurunan curah jantung. Faktor yang dapat menyebabkan diagnosa ini antara lain: infark miokard, penyakit katup jantung, aritmia, dan kelebihan cairan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perfusi jaringan kardiak membaik
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada nyeri dada, tidak ada dispnea, tidak ada edema perifer, curah jantung normal.
2. Manajemen aktivitas efektif
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Pengetahuan tentang kondisi penyakit meningkat
- Indikator: Pasien dapat menjelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan dari penurunan cardiac output.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kardiovaskular
- Monitor tanda-tanda vital, irama jantung, dan perfusi perifer secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskular (misalnya diuretik, ACE inhibitor, vasodilator)
- Atur aktivitas dan istirahat pasien sesuai toleransi
2. Manajemen Perfusi
- Monitor intake dan output cairan, berat badan, dan tanda-tanda kelebihan cairan
- Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Ajarkan pasien untuk memantau asupan cairan dan edema
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan penurunan cardiac output
- Ajarkan pasien dan keluarga terkait modifikasi gaya hidup (diet, aktivitas, manajemen stres)
- Fasilitasi pasien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatannya
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki kondisi pasien dengan penurunan cardiac output. -
Article No. 18427 | 11 Jun 2025
Klinis : intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Intoleransi Aktivitas:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi intoleransi aktivitas adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Diagnosa ini menggambarkan kondisi klien yang mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya penurunan kapasitas fisiologis, seperti penurunan kekuatan, daya tahan, atau koordinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, paru-paru, atau muskuloskeletal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dengan intoleransi aktivitas dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat: Klien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami gejala kelelahan, sesak napas, atau nyeri yang berlebihan.
2. Pengetahuan tentang Aktivitas Meningkat: Klien menunjukkan pemahaman yang baik tentang aktivitas yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi kesehatannya, serta pentingnya menjaga aktivitas yang sesuai.
3. Motivasi untuk Beraktivitas Meningkat: Klien menunjukkan minat dan antusias dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta berpartisipasi aktif dalam program latihan atau rehabilitasi yang diberikan.
4. Koping terhadap Keterbatasan Aktivitas Efektif: Klien dapat menerima dan beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas yang dialami, serta dapat mengelola stres atau kecemasan yang terkait dengan kondisi tersebut.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Aktivitas:
- Melakukan penilaian komprehensif terhadap kemampuan aktivitas klien.
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi klien, mempertimbangkan kapasitas fisik dan gejala yang muncul.
- Membantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap, sesuai dengan toleransi klien.
- Memantau tanda-tanda vital dan gejala selama aktivitas untuk mendeteksi intoleransi.
- Memberikan edukasi dan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam batas kemampuannya.
2. Manajemen Energi:
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat klien saat ini.
- Membantu klien dalam mengatur penggunaan energi dengan teknik manajemen energi (misalnya penjadwalan aktivitas, pengaturan irama, dan penggunaan alat bantu).
- Memberikan edukasi kepada klien tentang teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Memantau respons klien terhadap aktivitas dan istirahat untuk mengoptimalkan penggunaan energi.
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang intoleransi aktivitas, penyebab, dan pengelolaannya.
- Mengajarkan klien dan keluarga tentang aktivitas yang sesuai, serta cara meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.
- Membantu klien mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam melakukan aktivitas.
- Mendorong klien untuk berpartisipasi aktif dalam program latihan atau rehabilitasi yang diberikan.
4. Dukungan Psikologis:
- Mengkaji respons psikologis klien terhadap keterbatasan aktivitas, seperti kecemasan, depresi, atau frustrasi.
- Memberikan dukungan emosional dan konseling kepada klien untuk membantu penerimaan dan adaptasi terhadap kondisi.
- Melibatkan keluarga atau significant others dalam memberikan dukungan psikologis kepada klien.
- Mengidentifikasi sumber daya dan strategi koping yang dapat membantu klien dalam menghadapi keterbatasan aktivitas.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan klien dengan intoleransi aktivitas dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, pengetahuan, motivasi, dan kemampuan koping yang efektif. -
Article No. 18428 | 11 Jun 2025
Klinis : pasien sering buang air kecil terus menus dan sering haus , luka lama sembuh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 dengan poliuria
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.23
- Deskripsi: Pemantauan kadar glukosa darah
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sering buang air kecil terus menerus dan sering haus, menunjukkan gejala-gejala khas dari diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi poliuria (peningkatan frekuensi berkemih). Poliuria terjadi akibat adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang menyebabkan air tertarik ke dalam urin, sehingga pasien merasa sering ingin buang air kecil.
Dalam kasus ini, kode ICD-10 yang sesuai adalah E11.65, yang menggambarkan diabetes melitus tipe 2 dengan poliuria sebagai salah satu komplikasi. Tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemantauan kadar glukosa darah (kode ICD-9-CM 99.23) untuk memantau kontrol glikemik dan menentukan pengobatan yang tepat.
Selain itu, informasi tambahan yang mungkin diperlukan adalah riwayat kesehatan pasien, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus tipe 2 secara definitif. Penatalaksanaan yang sesuai, seperti pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pemberian obat-obatan antidiabetes, juga harus dipertimbangkan. -
Article No. 18429 | 11 Jun 2025
Klinis : pasien sering buang air kecil terus menus dan sering haus , luka lama sembuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Polyuria (SDKI: 14.05)
Definisi: Peningkatan frekuensi dan volume urin yang melebihi batas normal.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 07.02)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
3. Gangguan Penyembuhan Luka (SDKI: 13.03)
Definisi: Keadaan dimana luka tidak menunjukkan kemajuan yang diharapkan dalam penyembuhan.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Merupakan acuan baku dalam menentukan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Berfungsi sebagai panduan dalam menyusun rencana asuhan keperawatan.
Penerapan dalam kasus ini:
1. Polyuria (SDKI: 14.05)
- SLKI: Keseimbangan Cairan Terpelihara (18.01)
- SIKI: Manajemen Cairan (N-0602)
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 07.02)
- SLKI: Aktivitas Fisik Meningkat (07.01)
- SIKI: Manajemen Aktivitas (N-0200)
3. Gangguan Penyembuhan Luka (SDKI: 13.03)
- SLKI: Luka Sembuh (13.01)
- SIKI: Perawatan Luka (N-1102)
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan panduan yang terstruktur dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien.