Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3312 | 23 Oct 2024
Klinis : harga diri rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi harga diri rendah.
Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
Definisi:
Harga Diri Rendah adalah evaluasi negatif individu terhadap dirinya sendiri atau perasaan tidak berharga.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Harga Diri Rendah didefinisikan sebagai penilaian negatif yang konsisten terhadap diri sendiri atau evaluasi diri yang negatif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Harga Diri Rendah adalah peningkatan kemampuan klien dalam mengevaluasi diri secara positif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Harga Diri Rendah antara lain:
1. Terapi Harga Diri
2. Terapi Kelompok
3. Bimbingan Spiritual
4. Manajemen Stres
5. Latihan Asertivitas
Penjelasan singkat:
Harga Diri Rendah merupakan suatu kondisi dimana individu memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman negatif di masa lalu, kurangnya dukungan sosial, atau penerimaan diri yang buruk. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini meliputi terapi harga diri, terapi kelompok, bimbingan spiritual, manajemen stres, dan latihan asertivitas. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk membantu klien dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi diri secara positif dan membangun harga diri yang sehat. -
Article No. 3313 | 23 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hidrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman didaerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskopi, edema ekstrimitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalisis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hidrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan patomekanisme munculnya gejala dan komplikasi pada kondisi diatas, hingga muncul masalah keperawatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Tn. R yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
3. Hipertensi
4. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
5. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Kardiak
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Pasien tidak mematuhi regimen pengobatan yang diberikan, ditunjukkan dengan tidak meminum obat antihipertensi yang diresepkan.
- Pasien memiliki pemahaman yang kurang tentang kondisi dan pengobatannya, yang ditunjukkan oleh persepsinya bahwa obat dapat menyebabkan impoten dan merusak ginjal.
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
- Pasien menunjukkan keinginan untuk meningkatkan manajemen kesehatannya dengan menerima perawatan di rumah sakit.
- Pasien dapat dilibatkan dalam proses perencanaan dan implementasi perawatan untuk meningkatkan partisipasinya dalam pengelolaan kondisi kesehatannya.
3. Hipertensi
- Patomekanisme: Faktor risiko hipertensi pada pasien meliputi riwayat keluarga, merokok, dan pola makan tinggi garam.
- Komplikasi: Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan organ target seperti jantung, otak, ginjal, dan mata.
4. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
- Patomekanisme: Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perubahan aliran darah dan oksigenasi ke otak, meningkatkan risiko stroke.
- Komplikasi: Stroke dapat menyebabkan defisit neurologis, cacat permanen, dan kematian.
5. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan Kardiak
- Patomekanisme: Hipertensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, yang dapat berdampak pada aliran darah ke jantung.
- Komplikasi: Perubahan perfusi jaringan jantung dapat menyebabkan angina, infark miokard, dan kematian.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus fokus pada edukasi kesehatan, manajemen hipertensi, dan pemantauan komplikasi potensial. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga penting untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 3314 | 23 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hidrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman didaerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskopi, edema ekstrimitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalisis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hidrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan patomekanisme munculnya gejala dan komplikasi pada kondisi diatas, hingga muncul masalah keperawatan.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: N/A (tidak ada prosedur atau tindakan medis khusus)
Patomekanisme:
Pasien Tn. R memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik. Meskipun telah diberikan terapi dengan hidrochlorothiazide, namun pasien tidak patuh dalam mengikuti pengobatan. Beberapa faktor risiko yang berkontribusi pada kondisi hipertensi pasien antara lain:
1. Riwayat keluarga: Ayah pasien meninggal karena stroke dan ibu pasien memiliki hipertensi serta riwayat infark miokard, menunjukkan adanya predisposisi genetik.
2. Merokok: Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko komplikasi kardiovaskular.
3. Ketidakpatuhan pengobatan: Pasien tidak meminum obat antihipertensi karena khawatir terhadap efek samping yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi dan kerusakan ginjal.
Komplikasi yang muncul:
1. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan target organ, seperti:
- Hipertrofi ventrikel kiri (ditunjukkan pada pemeriksaan EKG)
- Retinopati hipertensif (mild retinopathy pada pemeriksaan oftalmoskopi)
- Gangguan fungsi ginjal (peningkatan kreatinin serum)
2. Gejala klinis yang muncul, seperti sakit kepala, gelisah, dan rasa tidak nyaman di dada, merupakan manifestasi awal dari komplikasi hipertensi yang tidak terkontrol.
Masalah keperawatan utama:
1. Ketidakpatuhan pengobatan (medication non-adherence) berhubungan dengan pemahaman pasien yang salah mengenai efek samping obat antihipertensi.
2. Risiko kerusakan target organ (kardiovaskular, ginjal, retina) berhubungan dengan hipertensi yang tidak terkontrol.
Perawatan keperawatan yang dapat diberikan:
1. Edukasi tentang pentingnya kepatuhan pengobatan dan manajemen efek samping obat antihipertensi.
2. Pemantauan dan evaluasi yang ketat terhadap tekanan darah, fungsi ginjal, dan target organ lainnya.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian regimen terapi antihipertensi yang sesuai.
4. Promosi gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok, diet DASH, dan aktivitas fisik. -
Article No. 3315 | 23 Oct 2024
Klinis : umur : 33 tahun keluhan : pasien mengatakan pusing dari kemarin, mual dan muntah, pandangan ganda, hamil ukuran 7 minggu keadaan umum : cukup kesadaran : compos mentis (GCS : 456) TD : 123/81 mmHg Suhu : 36°C Nadi : 78 x/mnt RR : 20 x/mnt SpO2 : 77% Riwayat Penyakit : Mioma uteri (2022), Vertigo Riwayat Alergi : - Pemeriksaan Diagnosis : Laboratorium (DL, GDS) Tindakan Medis yang sudah dilakukan 1. Injeksi Infus NS 25 tpm 2. Injeksi ODR 4 g 3. Injeksi PcT 1 g Pemberian Terapi 1. Infus : RL 28 tpm 2. Obat Injeksi : ODR 2 x 1, Ranitidin 2 x 1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan pusing, mual, muntah, dan penurunan SpO2.
2. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan, ditandai dengan keluhan pusing dan pandangan ganda.
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (infus, injeksi), ditandai dengan riwayat mioma uteri.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan.
- SIKI: Manajemen Aktivitas, Terapi Oksigen.
2. Nyeri Akut:
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Penurunan tingkat nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Distraksi.
3. Risiko Tinggi Infeksi:
- SDKI: Peningkatan risiko terkena infeksi.
- SLKI: Penurunan risiko infeksi.
- SIKI: Pencegahan Infeksi, Perawatan Luka.
Pemberian Terapi:
1. Infus: RL 28 tpm - Untuk mengganti cairan dan menjaga keseimbangan cairan.
2. Obat Injeksi:
- ODR 2 x 1 - Antiemetik untuk mengurangi mual dan muntah.
- Ranitidin 2 x 1 - Antagonis reseptor H2 untuk menekan produksi asam lambung.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, diberikan penjelasan singkat berdasarkan standar PPNI untuk menangani kondisi pasien yang mengalami pusing, mual, muntah, dan pandangan ganda pada kehamilan 7 minggu. -
Article No. 3316 | 23 Oct 2024
Klinis : gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak didefinisikan sebagai "Kekurangan pasokan darah dan oksigen ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan".
Pada kasus gagal jantung, kondisi ini terjadi karena kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh menurun. Akibatnya, terjadi penurunan suplai darah dan oksigen ke jaringan, termasuk ke jantung itu sendiri.
Tanda dan gejala yang mungkin muncul antara lain:
- Sesak napas
- Edema perifer
- Fatigue
- Penurunan aktivitas
- Palpitasi
- Nyeri dada
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
- Manajemen perfusi jaringan
- Manajemen cairan
- Manajemen nyeri
- Aktivitas dan istirahat
- Edukasi kesehatan
Tujuan utama penanganan adalah untuk mempertahankan perfusi jaringan jantung yang optimal, mengurangi gejala, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 3317 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang balita laki-laki usia 3 tahun dirawat sejak 2 hari yang lalu dengan Nefrotik Sindrom. Dari hasil pengkajian didapatkan data: tampak edema pada ekstremitas bawah dan daerah palpebra, BB 15,6 Kg. Saat ini anak hanya minum 750 cc/ 24 jam, terpasang infus 550 cc/24 jam. Apakah intervensi mandiri keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus balita laki-laki 3 tahun dengan Nefrotik Sindrom.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan edema pada ekstremitas bawah dan daerah palpebra, serta asupan cairan yang kurang dari kebutuhan.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kelebihan volume cairan: keadaan di mana individu mengalami peningkatan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Faktor yang berhubungan: gangguan fungsi ginjal, pembatasan asupan cairan yang tidak adekuat.
- Karakteristik definitif: edema, intake cairan kurang dari kebutuhan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan Cairan Terpelihara, dengan indikator: Asupan dan Pengeluaran Cairan Seimbang, Edema Menurun.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Mandiri Keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Cairan
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Edema
Intervensi Mandiri Keperawatan yang tepat untuk kasus ini adalah:
1. Pemantauan Cairan: Pantau intake dan output cairan, timbang berat badan harian, pantau tanda-tanda edema.
2. Manajemen Cairan: Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit, berikan cairan sesuai kebutuhan.
3. Manajemen Edema: Posisikan ekstremitas bawah lebih tinggi dari jantung, lakukan kompres hangat/dingin untuk mengurangi edema.
Perawat perlu melakukan intervensi mandiri keperawatan secara komprehensif untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada pasien balita dengan Nefrotik Sindrom ini. -
Article No. 3318 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang balita usia 3 tahun mengalami sindrom nefrotik sejak 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema palpebra dan ekstremitas bawah kanan dan kiri, BAK sedikit, tidak nafsu makan dan mual, BB 12,2 Kg. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 9,8 gr/dL, Protein urin +2, Albumin. Apakah kriteria hasil yang tepat pada kasus tersebut? 3,3 gr/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus seorang balita usia 3 tahun dengan sindrom nefrotik.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan edema.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
3. Penurunan curah urin berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: Keadaan di mana asupan nutrisi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kerusakan integritas kulit: Perubahan kulit yang dapat mengganggu fungsi protektif normal.
- Penurunan curah urin: Penurunan volume urin yang dikeluarkan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan, asupan makan yang adekuat, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Kerusakan integritas kulit: Pasien menunjukkan perbaikan kondisi kulit, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada perubahan warna atau tekstur kulit.
- Penurunan curah urin: Pasien menunjukkan peningkatan volume urin yang dikeluarkan dan tidak ada tanda-tanda gangguan fungsi ginjal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: Manajemen nutrisi, pemberian nutrisi enteral, dan pemantauan asupan dan output.
- Kerusakan integritas kulit: Perawatan kulit, manajemen edema, dan pencegahan komplikasi.
- Penurunan curah urin: Pemantauan input dan output cairan, manajemen cairan, dan terapi penggantian ginjal jika diperlukan.
Kriteria Hasil yang Tepat:
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan, asupan makan yang adekuat, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Pasien menunjukkan perbaikan kondisi kulit, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada perubahan warna atau tekstur kulit.
- Pasien menunjukkan peningkatan volume urin yang dikeluarkan dan tidak ada tanda-tanda gangguan fungsi ginjal.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan senang untuk membantu. -
Article No. 3319 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang anak usia 3 tahun mengalami SN. Hasil analisa data menunjukkan masalah keperawatan kelebihan volume cairan . Salah satu masalah keperawatan pada anak dengan SN adalah kelebihan volume cairan. Intervensi apakah yang dilakukan oleh perawat untuk mengatasi hal tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Kelebihan Volume Cairan" (SDKI). Kelebihan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami kelebihan cairan tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Intervensi Keperawatan:
Untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan pada anak dengan sindrom nefrotik (SN), perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI, yaitu:
1. Manajemen Cairan: Mengatur asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
2. Pemantauan Intake dan Output: Memantau jumlah cairan yang masuk dan keluar dari tubuh pasien secara teratur.
3. Terapi Diuretik: Pemberian obat diuretik untuk meningkatkan pengeluaran cairan dari tubuh.
4. Edukasi Kepada Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan tanda-tanda kelebihan cairan.
5. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mengoptimalkan penanganan kelebihan volume cairan.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kelebihan volume cairan pada anak dengan sindrom nefrotik. -
Article No. 3320 | 23 Oct 2024
Klinis : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik" dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Karakteristik utama: Laporan pasien tentang nyeri, ekspresi wajah kesakitan, perubahan tanda-tanda vital, dan perilaku protektif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, tanda-tanda vital stabil, dan kemampuan beraktivitas meningkat.
- Indikator: Pasien mampu mengontrol nyeri, menggunakan teknik manajemen nyeri, dan mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, terapi farmakologis, terapi komplementer, dan edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri.
- Tujuan intervensi: Mengurangi nyeri, memperbaiki fungsi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dalam menangani kasus nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan intervensi yang sesuai, serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan secara berkala. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter dan ahli terapi, juga penting untuk memastikan pengelolaan nyeri yang efektif. -
Article No. 3090 | 22 Oct 2024
Klinis : Eritrosit 3,65 Hemoglobin 10,9 Hematokrit 30,4
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi laboratorium yang Anda berikan, yaitu eritrosit 3,65, hemoglobin 10,9, dan hematokrit 30,4, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D64.9
- Deskripsi: Anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Nilai eritrosit yang rendah (3,65), hemoglobin yang rendah (10,9), dan hematokrit yang rendah (30,4) menunjukkan adanya kondisi anemia. Karena tidak ada informasi tambahan mengenai penyebab atau jenis anemia yang spesifik, maka diagnosis yang sesuai adalah anemia, tidak diklasifikasikan di tempat lain (D64.9).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 85.14
- Deskripsi: Pemeriksaan darah lengkap (CBC)
Penjelasan:
Untuk menilai kondisi anemia, prosedur yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (complete blood count/CBC), yang memiliki kode ICD-9-CM 85.14.