Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3285 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang bayi perempuan usia 6 hari dirawat di RS.G dengan diagnosis medis NKB-SMK (neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan), RDS (respiratory distress syndrome) dan SNAD (sepsis neonatus awitan dini). Bayi lahir pada UG 29 minggu dengan BBL 1500 gram. Saat lahir bayi mengalami distres napas dengan AS (APGAR Score) 5/6. Saat ini bayi mendapat alat bantu napas menggunakan nasal canul 2L/menit. Nutrisi enteral yang didapat adalah susu formula BBLR 8x20 ml (OGT), dan nutrisi parenteral yaitu PG2 (1,5 gram) 2,7 ml/jam, reflek hisap belum adA. BB bayi saat ini 1630 gram. TTV: nadi: 137x/mnt, RR 58x/menit, suhu 37,5oC, Sa O2 92%, dan terdapat retraksi ringan pada intercostal. Bayi mengalami riwayat instabilitas suhu (peningkatan suhu 3x maksimal 37,3 oC - 38,1oC). Hasil pemeriksaan laboratorium: trombosit 12000µ/L (150-400x103), Hb: 8,4gr/dL (10,5-14), Albumin:2,8 (2,8-4,4) gr/dL, CRP: 19,5 (<5), leukosit: 5,6x103µ/l(6-14x103), I:T rasio: 0,48. Berdasarkan uraian kasus di atas, diagnosis utama pada bayi tersebut yaitu… Select one: a. Defisit nutrisi b. Risiko syok c. Risiko perdarahan d. Pola napas tidak efektif e. Termoregulasi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan uraian kasus di atas, diagnosis keperawatan utama pada bayi tersebut adalah:
e. Termoregulasi tidak efektif
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, bayi mengalami riwayat instabilitas suhu dengan peningkatan suhu hingga 38,1°C. Selain itu, bayi juga memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 1500 gram dan saat ini beratnya hanya 1630 gram. Kondisi BBLR dan ketidakstabilan suhu menunjukkan bahwa bayi mengalami masalah dalam mempertahankan suhu tubuhnya, atau termoregulasi yang tidak efektif.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi ini adalah "Termoregulasi tidak efektif". Diagnosis ini didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal".
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, karakteristik diagnosis, klasifikasi diagnosis, dan faktor yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, kriteria hasil, dan klasifikasi luaran keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, aktivitas, dan klasifikasi intervensi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menetapkan ketiga standar tersebut sebagai acuan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3286 | 23 Oct 2024
Klinis : Mahasiswa keperawatan sedang mempelajari terkait dampak HIV terhadap tubuh penderita bersama sejawat. ANSWER: mahasiswa mana yang benar Select one: a. Selalu dikarakteristikkan dengan High Viral Load b. 5-10% adults memiliki CD4 counts stabil dan tanpa gejala setelah 9 tahun c. Median time dari infeksi HIV ke penyakit simtomatis di dewasa 7 tahun d. High viral load = less rapid progression e. 10% adults progress ke AIDS dalam 2-3 tahun pertama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang paling tepat adalah:
c. Median time dari infeksi HIV ke penyakit simtomatis di dewasa 7 tahun
Penjelasan:
Berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, kondisi berikut dapat dijelaskan:
1. Selalu dikarakteristikkan dengan High Viral Load (Salah)
- Tidak semua orang dengan HIV memiliki high viral load, ada variasi individual dalam jumlah virus di dalam tubuh.
2. 5-10% adults memiliki CD4 counts stabil dan tanpa gejala setelah 9 tahun (Salah)
- Menurut data, sekitar 5-10% orang dengan HIV dapat tetap asimptomatik selama 10 tahun atau lebih setelah infeksi.
3. Median time dari infeksi HIV ke penyakit simtomatis di dewasa 7 tahun (Benar)
- Waktu median dari infeksi HIV ke penyakit simptomatik pada orang dewasa adalah sekitar 7-10 tahun.
4. High viral load = less rapid progression (Salah)
- High viral load umumnya terkait dengan progresivitas penyakit yang lebih cepat, bukan sebaliknya.
5. 10% adults progress ke AIDS dalam 2-3 tahun pertama (Benar)
- Sekitar 10% orang dengan HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam 2-3 tahun pertama setelah infeksi.
Jadi, jawaban yang paling tepat adalah opsi c. -
Article No. 3287 | 23 Oct 2024
Klinis : Andi, anak laki-laki berusia 5 tahun datang dengan kecurigaan mengarah ke SLE. Perawat sedang melakukan pengkajian kepada Andi untuk melakukan assessment menyeluruh. Untuk membantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat, tanda apa yang perlu dilihat? Select one: a. Bintik-bintik biru pada muka b. Adanya protein pada urin c. Kulit kering dan gatal d. Adanya darah pada urin e. Kelemahan setelah berolahraga berat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Bapak/Ibu. Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan terkait diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, gejala yang mungkin muncul pada kasus Andi adalah adanya kecurigaan mengarah ke Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat SLE.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat SLE.
3. Nyeri kronis berhubungan dengan manifestasi muskuloskeletal akibat SLE.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang juga dikembangkan oleh PPNI. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
Tanda yang perlu dilihat untuk membantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat pada kasus Andi adalah:
b. Adanya protein pada urin
Hal ini karena salah satu manifestasi klinis SLE adalah adanya gangguan ginjal, yang dapat ditandai dengan proteinuria.
Jadi, dalam melakukan pengkajian kepada Andi, perawat perlu memperhatikan adanya proteinuria sebagai salah satu tanda penting untuk membantu menegakkan diagnosis yang lebih akurat.
Semoga informasi ini bermanfaat. Bila ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 3288 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Sdr Y umur 18 th, di rawat di ruang Flamboyan dengan diagnosis meningitis. Suspek meningitis tuberkulosa. Kesadaran pasien compos mentis, mengeluh pusing sekali, ekspresi kesakitan, dan sulit tidur. Hasil pengkajian pasien memiliki Riwayat otitis media telinga kiri, pasien juga memiliki riwayat pengobatan TB selama 6 bulan. Keluhan nyeri skala 6 (rentan 0-10). Semua aktivitas pasien dibantu penuh. Pasien tidak mau makan karena pusing terus menerus disertai dengan mual. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 39°C, nadi 100x/menit, RR 24x/mnt hasil pemeriksaan fisik kernig sign +, tanda Brudzinski positif, terdapat kaku kuduk. Pasien dipasang kateter no 16, mendapat terapi oksigen 3 lt/mnt, infus RL 20 tpm. Terapi ceftriaxone 2x1 gr intravena, paracetamol 3x500 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
2. Penjelasan Singkat:
a. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi atau mengelola nyeri secara efektif.
- SIKI: Tindakan mengatasi nyeri akut yang dirasakan pasien.
Pasien mengeluhkan nyeri dengan skala 6 (rentan 0-10) serta ekspresi kesakitan. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang perlu segera ditangani. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan pemantauan respons pasien terhadap terapi.
Selain itu, diagnosa keperawatan lain yang mungkin terkait dengan kondisi pasien adalah:
- Risiko infeksi
- Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan pola tidur
- Mobilitas fisik terbatas
Catatan:
- Tone = akademis
- Persona = pakar, perawat -
Article No. 3289 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis dan histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.21
- Deskripsi: Bronkoskopi, menggunakan fiber-optic bronkoskop (FOB) untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru dan mengevaluasi lesi di paru.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis dan histologis positif. Hal ini sesuai dengan gejala klinis yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan ditemukan lesi di paru pada hasil rontgen.
2. Kode ICD-9-CM 33.21 merupakan kode untuk tindakan bronkoskopi menggunakan fiber-optic bronkoskop (FOB). Tindakan ini dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru dan mengevaluasi lebih lanjut lesi yang ditemukan di paru.
Berdasarkan informasi tersebut, dokter dapat melakukan tindakan bronkoskopi untuk mengambil sampel jaringan atau sekret dari lesi di paru untuk pemeriksaan bakteriologis dan histologis, serta mengevaluasi kondisi paru pasien secara lebih rinci. -
Article No. 3290 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan ventilasi paru berhubungan dengan infiltrasi tuberkulosis paru, ditandai dengan batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan akibat infeksi tuberkulosis.
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi tuberkulosis paru.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien.
- Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang teridentifikasi adalah gangguan ventilasi paru, gangguan nutrisi, dan hipertermia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
- Contoh luaran yang dapat ditetapkan untuk kasus ini adalah peningkatan pola napas, peningkatan status nutrisi, dan penurunan suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan panduan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Contoh intervensi yang dapat dilakukan untuk kasus ini adalah pemberian oksigen, manajemen nutrisi, dan pemberian obat-obatan antituberkulosis.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 3291 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang paling tepat untuk kasus ini adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
Penjelasan:
Pasien anak perempuan usia 5 tahun mengalami gejala-gejala khas campak, yaitu demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Berdasarkan pemeriksaan, kemungkinan besar pasien menderita campak. Kode ICD-10 B05.9 menggambarkan diagnosis campak tanpa komplikasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk kasus ini.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang perlu dikodekan.
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis yang perlu dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM. Perawatan yang diberikan kemungkinan hanya berupa manajemen gejala dan perawatan suportif untuk pasien dengan campak. -
Article No. 3292 | 23 Oct 2024
Klinis : bengkak pada pipi kanan. ada luka robek dan lecet pada pipi kanan pingsan (-) muntah menyembur (-) Kepala = terdapat vl dan ve pada regio zygoma dex (luka kotor ), rinorea (+) Ekstremitas Superior= Akral hangat, Nadi kuat, CRT <2 dtk, Oedem -/-, deformitas, krepitasi pd antebrachii dex. nyeri (+), rom terbatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal.
- Penyebab: Trauma fisik (luka robek dan lecet pada pipi kanan).
- Tanda dan Gejala: Adanya luka robek dan lecet pada pipi kanan.
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Trauma fisik (luka pada pipi kanan).
- Tanda dan Gejala: Adanya rasa nyeri pada pipi kanan.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen.
- Penyebab: Adanya luka kotor pada regio zygoma dex.
- Tanda dan Gejala: Terdapat luka kotor pada regio zygoma dex.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan klien yang menjadi fokus intervensi keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Penggunaan SDKI-SLKI-SIKI ini membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas tinggi bagi pasien. -
Article No. 3293 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Sdr Y umur 18 th, di rawat di ruang Flamboyan dengan diagnosis meningitis. Suspek meningitis tuberkulosa. Kesadaran pasien compos mentis, mengeluh pusing sekali, ekspresi kesakitan, dan sulit tidur. Hasil pengkajian pasien memiliki Riwayat otitis media telinga kiri, pasien juga memiliki riwayat pengobatan TB selama 6 bulan. Keluhan nyeri skala 6 (rentan 0-10). Semua aktivitas pasien dibantu penuh. Pasien tidak mau makan karena pusing terus menerus disertai dengan mual. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 39°C, nadi 100x/menit, RR 24x/mnt hasil pemeriksaan fisik kernig sign +, tanda Brudzinski positif, terdapat kaku kuduk. Pasien dipasang kateter no 16, mendapat terapi oksigen 3 lt/mnt, infus RL 20 tpm. Terapi ceftriaxone 2x1 gr intravena, paracetamol 3x500 mg. Pola nutrisi sehari hari makan 3 x sehari, tidak ada pantangan. Minum 6 gelas sehari, BAB 1x/hr, BAK 5 kali sehari tidak ada kelainan. Menurut keluarga pasien terlihat lebih kurus setelah sering mengeluh pusing karena tidak mau makan. Berat badan pasien 47 kg yang sebelumnya 52 kg.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G00.8
- Deskripsi: Meningitis bakterial lain, termasuk meningitis tuberkulosis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen, lainnya.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 G00.8 (Meningitis bakterial lain, termasuk meningitis tuberkulosis) dipilih karena pasien memiliki diagnosis suspek meningitis tuberkulosis berdasarkan gejala klinis yang ditunjukkan, seperti pusing, ekspresi kesakitan, sulit tidur, dan riwayat pengobatan tuberkulosis sebelumnya.
2. Kode ICD-9-CM 96.04 (Pemberian oksigen, lainnya) dipilih karena pasien mendapatkan terapi oksigen 3 liter per menit sebagai bagian dari penatalaksanaan kondisinya.
Catatan tambahan:
- Pasien menunjukkan gejala meningitis seperti kaku kuduk, kernig sign positif, dan tanda Brudzinski positif.
- Pasien juga memiliki riwayat otitis media telinga kiri yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya meningitis.
- Adanya penurunan berat badan yang signifikan (dari 52 kg menjadi 47 kg) menunjukkan kondisi malnutrisi atau anoreksia terkait dengan gejala pusing dan mual yang terus-menerus.
- Terapi yang diberikan, yaitu ceftriaxone 2x1 gr intravena dan paracetamol 3x500 mg, sesuai dengan penatalaksanaan meningitis. -
Article No. 3294 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Sdr Y umur 18 th, di rawat di ruang Flamboyan dengan diagnosis meningitis. Suspek meningitis tuberkulosa. Kesadaran pasien compos mentis, mengeluh pusing sekali, ekspresi kesakitan, dan sulit tidur. Hasil pengkajian pasien memiliki Riwayat otitis media telinga kiri, pasien juga memiliki riwayat pengobatan TB selama 6 bulan. Keluhan nyeri skala 6 (rentan 0-10). Semua aktivitas pasien dibantu penuh. Pasien tidak mau makan karena pusing terus menerus disertai dengan mual. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 39°C, nadi 100x/menit, RR 24x/mnt hasil pemeriksaan fisik kernig sign +, tanda Brudzinski positif, terdapat kaku kuduk. Pasien dipasang kateter no 16, mendapat terapi oksigen 3 lt/mnt, infus RL 20 tpm. Terapi ceftriaxone 2x1 gr intravena, paracetamol 3x500 mg. Pola nutrisi sehari hari makan 3 x sehari, tidak ada pantangan. Minum 6 gelas sehari, BAB 1x/hr, BAK 5 kali sehari tidak ada kelainan. Menurut keluarga pasien terlihat lebih kurus setelah sering mengeluh pusing karena tidak mau makan. Berat badan pasien 47 kg yang sebelumnya 52 kg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi meningitis
2. Gangguan tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman akibat nyeri kepala
3. Ketidakefektifan pola makan berhubungan dengan mual, pusing, dan anoreksia
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi meningitis
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- SLKI: Tujuan intervensi adalah pasien dapat mengontrol nyeri. Intervensi keperawatan meliputi pemberian analgetik, kompres hangat/dingin, distraksi, dan manajemen nyeri.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri akut meliputi pengkajian nyeri, pemberian analgetik, manajemen lingkungan, manajemen komplementer, dan edukasi tentang nyeri.
2. Gangguan tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman akibat nyeri kepala
- SDKI: Gangguan tidur adalah ketidakmampuan untuk tidur atau mempertahankan tidur yang menyebabkan rasa tidak nyaman.
- SLKI: Tujuan intervensi adalah pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat. Intervensi keperawatan meliputi pengaturan lingkungan, terapi relaksasi, dan edukasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan tidur meliputi pengkajian pola tidur, manajemen lingkungan, terapi komplementer, dan edukasi.
3. Ketidakefektifan pola makan berhubungan dengan mual, pusing, dan anoreksia
- SDKI: Ketidakefektifan pola makan adalah asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Tujuan intervensi adalah pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat. Intervensi keperawatan meliputi pemberian nutrisi enteral/parenteral, stimulasi nafsu makan, dan edukasi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengatasi ketidakefektifan pola makan meliputi pengkajian nutrisi, manajemen nutrisi, dan edukasi.
Dalam penerapannya, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif, intervensi yang tepat, serta monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien.