Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3275 | 23 Oct 2024
Klinis : asfiksia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan sebagai seorang perawat profesional, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi asfiksia:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi (SDKI):
Ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang adekuat untuk mempertahankan kehidupan.
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Takipnea
- Dispnea
- Bradipnea
- Kekurangan oksigen
- Ketidakmampuan untuk batuk efektif
- Sianosis
Luaran Keperawatan (SLKI):
- Ventilasi Efektif
- Status Oksigenasi
- Perfusi Jaringan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Jalan Napas
- Oksigenasi
- Terapi Pernapasan
Penjelasan:
Asfiksia merupakan kondisi di mana terjadi gangguan pertukaran gas di paru-paru yang menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia) dan penumpukan karbon dioksida (hiperkarbia) dalam darah. Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan ketidakmampuan klien dalam mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk mempertahankan kehidupan. Luaran keperawatan yang menjadi prioritas adalah memastikan ventilasi efektif, status oksigenasi yang baik, dan perfusi jaringan yang adekuat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen jalan napas, oksigenasi, dan terapi pernapasan untuk mengatasi gangguan pernapasan akibat asfiksia. -
Article No. 3276 | 23 Oct 2024
Klinis : asfiksia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta mengenai kondisi asfiksia:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R09.0
- Deskripsi: Asfiksia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Prosedur resusitasi, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Penjelasan:
Asfiksia adalah kondisi medis di mana tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup, yang dapat menyebabkan kerusakan organ dan bahkan kematian jika tidak segera ditangani. Kode ICD-10 R09.0 digunakan untuk mengidentifikasi kondisi asfiksia secara umum.
Dalam situasi asfiksia, intervensi medis yang mungkin dilakukan adalah prosedur resusitasi, yang dicakup oleh kode ICD-9-CM 93.90. Prosedur ini dapat mencakup pemberian oksigen, ventilasi buatan, atau tindakan lain untuk memulihkan fungsi pernapasan dan sirkulasi.
Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mengatasi asfiksia dan mencegah komplikasi yang lebih parah. Perekam medis harus memastikan bahwa diagnosis dan prosedur yang dilakukan dicatat dengan benar dalam rekam medis pasien. -
Article No. 3277 | 23 Oct 2024
Klinis : Tekanan darah 90/70 Akral dingin Lemas Pusing Keringat dingin Mual Pasien sedang HD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Tubuh (Dehydration) berhubungan dengan Kehilangan Cairan melalui Hemodialisis.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Penurunan volume cairan tubuh yang disebabkan oleh kehilangan cairan melalui proses hemodialisis.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan pemulihan volume cairan tubuh yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi terkait manajemen cairan, seperti pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, dan edukasi gaya hidup.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Penurunan Volume Cairan Tubuh.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer, yang ditandai dengan akral dingin, pucat, dan lemas.
- SLKI: Pasien menunjukkan perbaikan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
- SIKI: Intervensi terkait manajemen sirkulasi, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan tindakan untuk meningkatkan perfusi.
3. Mual berhubungan dengan Penurunan Volume Cairan Tubuh.
Penjelasan:
- SDKI: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah, yang disebabkan oleh penurunan volume cairan tubuh.
- SLKI: Pasien menunjukkan penurunan rasa mual.
- SIKI: Intervensi terkait manajemen mual, seperti pemberian antiemetik, pemberian cairan, dan teknik relaksasi.
Dalam konteks pasien yang sedang menjalani hemodialisis, diagnosa keperawatan yang diidentifikasi di atas dapat terjadi dan memerlukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3278 | 23 Oct 2024
Klinis : Bayi perempuan pada usia gestasi 28 minggu secara SC atas indikasi pre-eklamsia berat, berat badan lahir 1850 gram. Saat pengkajian bayi di rawat di ruang NICU dengan diagnosis medis HMD grade 2 alat bantu napas NIV (non-invasive ventilation) dengan setting FiO2 32%, RR setting 60x/menit, dan PIP 6 cmH20. Saat pengkajian didapat frekuensi napas 63x/menit, nadi 132x/menit, suhu bayi 36,3 celsius, retraksi intercostae, saturasi oksigen 89% dan hasil BGA menunjukkan asidosis respiratorik. Berat badan saat ini 1700 gram dan reflek menghisap belum adA. Diagnosis keperawatan utama pada bayi tersebut yaitu Select one: a. Gangguan pertukaran gas bd perbahan membran alveolar dd PCO2meningkat, pH arteri menurun, PO2 menurun b. Defisit nutrisi bd ketidakmampuan menelan dd penurunan berat badan c. Risiko defisit nutrisi dd ketidakmampuan menelan d. Pola napas tidak efektif bd imaturitas neurologis dd pola napas abnormal e. Pola napas tidak efektif bd hambatan upaya napas dd retraksi intercostae
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, diagnosis keperawatan utama yang tepat untuk bayi perempuan usia gestasi 28 minggu dengan kondisi HMD (Hyaline Membrane Disease) grade 2 dan alat bantu napas NIV (Non-Invasive Ventilation) adalah:
e. Pola napas tidak efektif bd hambatan upaya napas dd retraksi intercostae
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan ini sesuai dengan kondisi bayi yang mengalami retraksi intercostae, menunjukkan adanya hambatan upaya napas, sehingga mengakibatkan pola napas tidak efektif. Retraksi intercostae merupakan tanda klinis dari HMD grade 2, yang menunjukkan adanya peningkatan usaha untuk bernapas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar tersebut disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3279 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien pria berusia 30 tahun datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan episode kejang. Kejang tersebut bersifat generalisasi dan berlangsung selama 2 menit. Pasien memiliki riwayat kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, disertai dengan sakit kepala ringan selama 9 bulan, setelah itu pasien didiagnosis mengidap jenis kanker langka yang disebut Anaplastik Oligodendroglioma di NIMHANS. Pasien telah menjalani operasi dengan craniotomi dekompresi frontotemporal kanan 8,5 bulan yang lalu. Pasien juga merupakan kasus gangguan kejang yang sudah menjalani pengobatan selama 8 tahun. Selain itu, pasien memiliki riwayat fraktur pada kedua tungkai bawah akibat kecelakaan lalu lintas 8 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera (SDKI): Pasien berisiko mengalami cedera akibat kejang yang bersifat generalisasi dan berlangsung selama 2 menit.
2. Defisit Mobilitas Fisik (SDKI): Pasien mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, serta riwayat fraktur pada kedua tungkai bawah, yang dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
3. Nyeri Kronik (SDKI): Pasien mengalami sakit kepala ringan selama 9 bulan, yang dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas pasien.
4. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI): Pasien memiliki riwayat gangguan kejang yang telah berlangsung selama 8 tahun, serta kondisi Anaplastik Oligodendroglioma yang membutuhkan penanganan komprehensif.
Penjelasan singkat:
1. Risiko Cedera (SDKI): Pasien dengan riwayat kejang berisiko mengalami cedera, terutama saat terjadi episode kejang yang bersifat generalisasi. Perawat perlu memantau tanda-tanda vital, menjaga keselamatan pasien, dan memberikan intervensi yang tepat saat episode kejang terjadi.
2. Defisit Mobilitas Fisik (SDKI): Kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, serta riwayat fraktur pada kedua tungkai bawah, dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari pasien. Perawat perlu melakukan penilaian kemampuan fungsional pasien, memberikan perawatan fisik yang sesuai, dan melibatkan tim profesional lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk memaksimalkan kemampuan mobilitas pasien.
3. Nyeri Kronik (SDKI): Sakit kepala ringan yang dialami pasien selama 9 bulan dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas pasien. Perawat perlu melakukan penilaian nyeri, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, dan memberikan intervensi manajemen nyeri yang sesuai.
4. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI): Pasien dengan riwayat gangguan kejang dan kondisi Anaplastik Oligodendroglioma membutuhkan penanganan komprehensif. Perawat perlu melakukan asesmen komprehensif, mengembangkan rencana perawatan yang sesuai, dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan manajemen kesehatan yang efektif.
Dalam memberikan perawatan, perawat juga perlu mempertimbangkan standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 3280 | 23 Oct 2024
Klinis : eorang bayi laki-laki lahir di RS.E dengan usia gestasi 35 minggu dan berat badan lahir 2700 gram. Ibu melahirkan dengan seksio sesarea dengan indikasi KPD (ketuban pecah dini) lebih dari 24 jam dan ibu mengalami demam. Pada saat lahir kondisi bayi menangis lemah (grunting, sesak, retraksi dinding dada dan tampak sianosis) lalu mendapat alat bantu napas CPAP. Pada saat usia perawatan 12 jam bayi menunjukkan pemburukan kondisi yaitu mengalai henti napas berulang, malam minum, kulit tampak motling dan dokter mencurigai penyebab distres napas adalah bayi mengalami sepsis. Berdasarkan kasus di atas jenis sepsis yang kemungkinan dialami oleh bayi tersebut yaitu… Select one: a. Syok sepsis b. Late onset sepsis c. Early neonatal sepsis d. Sepsis Neonatus awitan dini e. Sepsis Neonatus awitan Lambat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, bayi laki-laki tersebut kemungkinan mengalami Early Neonatal Sepsis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini
3. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini: Bayi menunjukkan tanda-tanda distres napas seperti grunting, sesak, dan retraksi dinding dada yang mengindikasikan gangguan pada pola napas.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini: Bayi menunjukkan pemburukan kondisi dengan henti napas berulang dan malam minum, yang menunjukkan intoleransi terhadap aktivitas.
3. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini: Ibu mengalami demam selama proses persalinan, dan bayi juga berisiko mengalami ketidakstabilan suhu tubuh akibat sepsis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Toleransi Aktivitas Membaik
3. Stabilitas Suhu Tubuh Terjaga
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Aktivitas
3. Manajemen Termoregulasi
Berdasarkan kasus tersebut, bayi diduga mengalami Early Neonatal Sepsis, yang merupakan sepsis yang terjadi pada 0-7 hari pertama kehidupan. Hal ini didasarkan pada kondisi bayi yang menunjukkan tanda-tanda distres napas dan pemburukan kondisi pada usia perawatan 12 jam. -
Article No. 3281 | 23 Oct 2024
Klinis : Bayi laki-laki lahir pada usia gestasi 28 minggu secara SC atas indikasi perdarahan karena plasenta previA. Saat lahir bayi mengalami asfiksia berat dan telah dilakukan tindakan resusitasi neonatus. Saat pengkajian bayi di rawat di ruang NICU dengan alat bantu napas CPAP (continous airway pressure) dengan setting FiO2 30% dan PEEP 6 cmH20. Saat pengkajian didapat frekuensi napas 63x/menit. Perawat menduga ada masalah pernapasan pada bayi tersebut. Data pengkajian dari pemeriksaan fisik yang perlu dilengkapi yaitu Select one: a. berat badan bayi saat ini b. penggunaan otot bantu napas c. frekuensi nadi per menit d. pemeriksaan analisis gas darah dari bayi e. pemeriksaan suara napas bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data yang Anda sajikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah "Pola Napas Tidak Efektif" yang ditandai dengan frekuensi napas 63x/menit dan kebutuhan alat bantu napas CPAP.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Jawaban yang perlu dilengkapi:
d. Pemeriksaan analisis gas darah dari bayi diperlukan untuk mengetahui kondisi oksigenasi dan ventilasi bayi secara objektif. -
Article No. 3282 | 23 Oct 2024
Klinis : Bayi perempuan berusia 2 bulan dibawa untuk kontrol. Ia dilahirkan melalui persalinan pervaginam spontan pada usia kehamilan 38 minggu dari seorang ibu dengan HIV yang memiliki perawatan pranatal kurang baik dan tidak memakai terapi antiretroviral. Bayi menerima zidovudine selama 6 minggu dan 3 dosis nevirapinE. Bayi memiliki tes DNA HIV negatif saat lahir dan negatif pada 21 hari setelah lahir. Menurut Guidelines, manakah tes yang harus dilakukan untuk bayi berusia 2 bulan pada kunjungan ini untuk mengevaluasi lebih lanjut kemungkinan diagnosis HIV pada bayi? Select one: a. Tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR) b. Tes antigen HIV p24 c. Imunosai antigen-antibodi HIV-1/2 d. Rapid test antibodi HIV e. Tes antibodi HIV enzyme immunoassay (EIA)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat dengan keahlian di bidang Diagnosa Keperawatan, saya akan memberikan rekomendasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi HIV
Penjelasan:
- Bayi ini memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV karena dilahirkan dari ibu yang HIV positif tanpa terapi antiretroviral yang memadai.
- Meskipun saat lahir dan 21 hari setelah lahir tes DNA HIV negatif, risiko infeksi masih ada dan perlu dievaluasi lebih lanjut.
Tes yang Direkomendasikan:
a. Tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR)
Penjelasan:
- Pada usia 2 bulan, tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR) merupakan tes yang paling akurat untuk mendeteksi infeksi HIV pada bayi.
- Tes ini dapat mendeteksi virus HIV secara langsung dan memberikan hasil positif jika bayi terinfeksi.
- Tes antigen p24, imunoassai antigen-antibodi, rapid test antibodi, dan tes antibodi EIA tidak direkomendasikan pada usia 2 bulan karena belum dapat memberikan hasil yang akurat.
Kesimpulannya, tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR) merupakan pilihan yang paling tepat untuk mengevaluasi kemungkinan diagnosis HIV pada bayi berusia 2 bulan dalam kasus ini. -
Article No. 3283 | 23 Oct 2024
Klinis : Nyeri luka tangan kiri terkena pemotong
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan singkat :
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut dicirikan dengan keluhan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, ekspresi wajah, perubahan perilaku, dan distres. Penyebabnya dapat berupa cedera, penyakit, atau prosedur medis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan relaksasi, dan dapat beraktivitas tanpa hambatan akibat nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi modalitas nyeri, dan edukasi manajemen nyeri.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif untuk mengetahui karakteristik nyeri, riwayat nyeri, dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana keperawatan yang berfokus pada pengelolaan nyeri, dengan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan. Intervensi yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi pasien, dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan memfasilitasi pemulihan yang optimal. -
Article No. 3284 | 23 Oct 2024
Klinis : Berikut ini pernyataan yang benar tentang asfiksia yaitu (1) kegagalan bayi dalam memulai dan mempertahankan perpasanan secara spontan (2) ditandai dengan adanya hipoksemia dan asidosis (3) nilai APGAR 0-3 pada menit ke 5 (4) nilai APGAR 4-6 pada menit ke 5 Select one: a. 4 saja benar b. 1 dan 3 benar c. semua benar d. 2 dan 4 benar e. 1, 2, 3 benar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi asfiksia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Pertukaran Gas Terganggu
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas tidak efektif adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk bernapas dengan ritme, kedalaman, dan/atau frekuensi yang mendukung ventilasi adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, memberikan oksigen, melakukan suction, dan memposisikan pasien yang tepat.
- SIKI: Tujuannya adalah untuk mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2. Pertukaran Gas Terganggu
- SDKI: Pertukaran gas terganggu adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan pertukaran gas yang optimal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau oksigenasi, memberikan oksigen, dan memantau status asam-basa.
- SIKI: Tujuannya adalah untuk mempertahankan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, membatasi aktivitas, dan memberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
Berdasarkan pernyataan yang diberikan, pernyataan yang benar adalah (e) 1, 2, 3 benar. Asfiksia ditandai dengan kegagalan bayi dalam memulai dan mempertahankan pernapasan secara spontan, ditandai dengan hipoksemia dan asidosis, serta nilai APGAR 0-3 pada menit ke-5.