Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18445 | 11 Jun 2025
Klinis : NYERI AKUT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi NYERI AKUT, sesuai dengan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Judul: Nyeri Akut
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1408
Judul: Tingkat Nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 03001
Judul: Manajemen Nyeri
Penjelasan singkat:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Perawat harus melakukan manajemen nyeri yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengkaji nyeri, memberikan analgesik, mengajarkan teknik non-farmakologis, dan memantau efektivitas penanganan nyeri. -
Article No. 18446 | 11 Jun 2025
Klinis : NYERI AKUT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait dengan kondisi NYERI AKUT.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi NYERI AKUT berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain, 1979). Karakteristik utama dari diagnosa ini adalah adanya keluhan nyeri yang tiba-tiba atau baru muncul, biasanya dengan intensitas yang kuat, durasi yang singkat, dan penyebab yang jelas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan kondisi NYERI AKUT dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mengarah pada manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
4. Pasien dapat mempertahankan fungsi dan aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat nyeri.
5. Pasien dapat melaporkan kepuasan terhadap pengelolaan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan kondisi NYERI AKUT, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Nyeri
- Mengkaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus)
- Mengelola nyeri dengan farmakologi (pemberian analgesik) dan non-farmakologi (teknik relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, dll.)
- Mengkolaborasikan pengelolaan nyeri dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.)
- Memantau efektivitas pengelolaan nyeri dan melakukan evaluasi yang berkelanjutan
2. Promosi Kenyamanan
- Mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk nyeri
- Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung pemulihan pasien
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam upaya meningkatkan kenyamanan
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebab, dan strategi pengelolaannya
- Mendorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan nyeri
- Memastikan pasien dan keluarga memahami informasi yang diberikan
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan kondisi NYERI AKUT dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat memulihkan dan mempertahankan kenyamanan serta fungsi dan aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat nyeri. -
Article No. 18451 | 11 Jun 2025
Klinis : askep pada resiko perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko perdarahan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan (kode 00206)
Definisi:
Risiko Perdarahan adalah rentan mengalami kehilangan darah dari sistem vaskuler yang melebihi batas normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00206
Judul: Risiko Perdarahan
Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah dari sistem vaskuler yang melebihi batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 00015
Judul: Pemulihan Perfusi Jaringan
Definisi: Keadaan di mana jaringan menerima suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat untuk fungsi sel.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 00206
Judul: Manajemen Perdarahan
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengendalikan dan mencegah kehilangan darah yang melebihi batas normal.
Penjelasan singkat:
Risiko perdarahan adalah kondisi di mana individu rentan mengalami kehilangan darah yang melebihi batas normal dari sistem vaskuler. Perawat harus melakukan serangkaian tindakan untuk mengendalikan dan mencegah perdarahan tersebut, sehingga dapat memulihkan perfusi jaringan dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut. -
Article No. 18452 | 11 Jun 2025
Klinis : tiap malam sering buang air kecil, susah tidur , pusing sebelah kanan, sulit bab
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan gejala yang Anda jelaskan. Saya akan memberikan penjelasan yang terstruktur dan detail dengan format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R35.1
- Deskripsi: Polakiuria (sering buang air kecil)
2. Kode ICD-10:
- Kode: G47.0
- Deskripsi: Insomnia
3. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Sakit kepala
4. Kode ICD-10:
- Kode: K59.0
- Deskripsi: Konstipasi
Penjelasan:
1. Polakiuria (sering buang air kecil) merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi saluran kemih, diabetes, prostat yang membesar, atau masalah pada kandung kemih.
2. Insomnia atau kesulitan tidur dapat disebabkan oleh faktor psikologis, seperti stres atau kecemasan, atau faktor fisik, seperti gangguan pola tidur atau kondisi medis lainnya.
3. Sakit kepala sebelah kanan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti migrain, cluster headache, atau tension-type headache.
4. Konstipasi atau kesulitan buang air besar dapat disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti kurang asupan serat, dehidrasi, atau kurang aktivitas fisik, atau dapat juga disebabkan oleh kondisi medis, seperti obstruksi usus, hypothyroidisme, atau masalah dengan otot-otot usus.
Jika Anda memerlukan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis, mohon berikan informasi lebih lanjut tentang tindakan medis yang telah atau akan dilakukan terkait dengan gejala-gejala tersebut. -
Article No. 18453 | 11 Jun 2025
Klinis : tiap malam sering buang air kecil, susah tidur , pusing sebelah kanan, sulit bab
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin (00021)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
3. Nyeri Kepala (00106)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area kepala.
4. Konstipasi (00011)
Definisi: Pengalaman subyektif menahan buang air besar yang tidak sesuai dengan kebiasaan normal.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan SDKI yang ditetapkan oleh PPNI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran keperawatan yang diharapkan untuk kondisi di atas antara lain: perbaikan kontrol berkemih, peningkatan kualitas tidur, penurunan nyeri kepala, dan peningkatan pola buang air besar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: manajemen inkontinensia urin, manajemen gangguan tidur, manajemen nyeri, dan manajemen konstipasi.
Dengan nada akademis dan persona pakar/perawat, saya telah menyampaikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan. Silakan tanyakan jika ada yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 18454 | 11 Jun 2025
Klinis : tiap malam sering buang air kecil, susah tidur , pusing sebelah kanan, sulit bab
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu tiap malam sering buang air kecil, susah tidur, pusing sebelah kanan, dan sulit buang air besar, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Inkontinensia urin: Kehilangan kemampuan untuk menahan urin secara sukarela. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan fungsi kandung kemih, obstruksi saluran kemih, atau masalah neurologis.
2. Gangguan pola tidur: Perubahan dalam jumlah, kualitas, atau pola tidur yang menyebabkan distres dan gangguan fungsi sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kondisi medis, atau gaya hidup.
3. Nyeri kronis: Nyeri yang persisten atau berulang dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Dalam kasus ini, pusing sebelah kanan dapat merupakan manifestasi dari nyeri kronis.
4. Konstipasi: Penurunan frekuensi, volume, atau kesulitan dalam buang air besar.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Inkontinensia urin:
- Pasien dapat mengontrol eliminasi urin secara adekuat.
- Pasien tidak mengalami episode inkontinensia urin.
- Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang normal.
2. Gangguan pola tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan teratur.
- Pasien tidak mengalami kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
- Pasien merasa segar dan bugar setelah tidur.
3. Nyeri kronis:
- Pasien dapat mengelola nyeri dengan efektif.
- Intensitas nyeri pasien berkurang.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
4. Konstipasi:
- Pasien dapat buang air besar secara teratur dan lancar.
- Pasien tidak mengalami kesulitan atau nyeri saat buang air besar.
- Pasien merasa lega setelah buang air besar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Inkontinensia urin:
- Kaji pola eliminasi urin pasien, termasuk frekuensi, jumlah, dan karakteristik urin.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi inkontinensia urin, seperti kondisi medis, obat-obatan, atau gaya hidup.
- Ajarkan pasien teknik kontraksi otot dasar panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol eliminasi urin.
- Berikan edukasi tentang manajemen inkontinensia urin, termasuk penggunaan alat bantu yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau fisioterapis, untuk penanganan yang komprehensif.
2. Gangguan pola tidur:
- Kaji pola tidur pasien, termasuk durasi tidur, kualitas tidur, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
- Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, seperti nyeri, kecemasan, atau kondisi medis lainnya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien memperoleh tidur yang nyenyak.
- Berikan edukasi tentang kebersihan tidur (sleep hygiene), seperti pengaturan lingkungan tidur yang nyaman.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan yang komprehensif.
3. Nyeri kronis:
- Kaji karakteristik nyeri pasien, termasuk lokasi, intensitas, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
- Identifikasi dan atasi penyebab nyeri, seperti kondisi medis atau masalah muskuloskeletal.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk manajemen nyeri, seperti analgesik atau terapi modalitas.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi panas/dingin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau fisioterapis, untuk penanganan yang komprehensif.
4. Konstipasi:
- Kaji pola eliminasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan kesulitan buang air besar.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi konstipasi, seperti diet, aktivitas, atau kondisi medis.
- Berikan edukasi tentang peningkatan asupan cairan dan serat dalam diet untuk mencegah konstipasi.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi dan posisi yang tepat saat buang air besar.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau ahli gizi, untuk penanganan yang komprehensif.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18416 | 11 Jun 2025
Klinis : Asites
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis asites beserta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R18
- Deskripsi: Asites
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.91
- Deskripsi: Parasentesis abdominal, untuk tindakan drainase cairan asites.
Penjelasan:
Asites adalah akumulasi abnormal cairan di dalam rongga perut. Hal ini sering terkait dengan penyakit hati kronis, seperti sirosis, atau kondisi lain yang menyebabkan peningkatan tekanan vena portal atau penurunan tekanan osmotik dalam darah. Kode ICD-10 R18 mencakup semua jenis asites, terlepas dari penyebabnya.
Tindakan medis yang sering dilakukan untuk mengatasi asites adalah parasentesis abdominal, yang merupakan pengambilan cairan asites melalui penusukan dinding perut. Kode ICD-9-CM 54.91 mencakup tindakan ini, yang dapat membantu mengurangi gejala dan tekanan pada organ-organ dalam. -
Article No. 18417 | 11 Jun 2025
Klinis : Asites
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi asites, sesuai dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Akumulasi berlebihan cairan isotonis di dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Kode: 00026
Definisi: Akumulasi berlebihan cairan isotonis di dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan (0601)
Kode: 0601
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan (6680)
Kode: 6680
Definisi: Pemantauan dan pengaturan asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Penjelasan singkat:
Asites merupakan kondisi akumulasi berlebihan cairan isotonis di dalam rongga peritoneum, yang dapat menyebabkan kelebihan volume cairan dalam tubuh. Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi ini adalah "Kelebihan Volume Cairan (00026)". Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mencakup definisi dan kode untuk diagnosis ini. Selanjutnya, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyediakan luaran keperawatan yang relevan, yaitu "Keseimbangan Cairan (0601)". Untuk intervensi keperawatan, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi "Manajemen Cairan (6680)" yang fokus pada pemantauan dan pengaturan asupan serta pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan. -
Article No. 18418 | 11 Jun 2025
Klinis : Diangnosa asites
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis asites dan kode ICD-9-CM untuk prosedur terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R18
- Deskripsi: Asites
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.91
- Deskripsi: Parasentesis abdominal, aspiration of ascitic fluid
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R18 (Asites):
- Asites adalah akumulasi cairan dalam rongga peritoneal. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti sirosis hati, gagal jantung, kanker, atau infeksi.
- Gejala utama asites adalah pembengkakan perut, peningkatan berat badan, dan gangguan pernafasan.
- Diagnosis asites dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pencitraan seperti ultrasonografi atau CT scan.
2. Kode ICD-9-CM 54.91 (Parasentesis abdominal, aspirasi cairan asites):
- Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan asites dari rongga peritoneal.
- Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan pada abdomen, memperbaiki fungsi pernapasan, atau untuk analisis cairan asites.
- Prosedur ini melibatkan penusukan dinding abdomen dengan jarum atau kateter untuk mengeluarkan cairan asites.
- Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
Jadi, kode ICD-10 untuk diagnosis asites adalah R18, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur parasentesis abdominal adalah 54.91. -
Article No. 18419 | 11 Jun 2025
Klinis : Asites
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Asites**
**1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI: B.1.1)**
**Penjelasan:**
Asites menyebabkan akumulasi cairan dalam rongga peritoneum, mengganggu keseimbangan cairan intravaskular dan elektrolit seperti natrium serta kalium. Kondisi ini dapat memicu hipovolemia relatif, hiponatremia, atau gangguan fungsi ginjal.
**SLKI:**
- **B.1.1.1:** Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai (ditandai dengan output urine adekuat, kadar elektrolit dalam batas normal, dan tidak ada edema/ascites memberat).
- **B.1.1.2:** Tanda vital stabil (TD, nadi, dan CVP dalam rentang normal).
**SIKI:**
- **B.1.1.1.1:** Memantau intake-output cairan.
- **B.1.1.1.2:** Kolaborasi pemberian terapi diuretik dan restriksi natrium.
- **B.1.1.1.3:** Pemantauan berat badan harian dan lingkar perut.
---
**2. Nyeri Akut (SDKI: A.1.1)**
**Penjelasan:**
Distensi peritoneum akibat asites dapat menimbulkan nyeri tekan atau rasa tidak nyaman pada abdomen, terutama jika disertai inflamasi atau infeksi (misalnya pada sirosis hepatis atau peritonitis bakterial spontan).
**SLKI:**
- **A.1.1.1:** Nyeri terkontrol (skala nyeri ?3 dari 10).
- **A.1.1.2:** Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
**SIKI:**
- **A.1.1.1.1:** Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- **A.1.1.1.2:** Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol.
- **A.1.1.1.3:** Evaluasi karakteristik nyeri (lokal, intensitas, durasi).
---
**3. Risiko Infeksi (SDKI: C.2.3)**
**Penjelasan:**
Asites kronis (terutama pada sirosis) meningkatkan risiko peritonitis bakterial spontan akibat translokasi bakteri usus. Cairan asites menjadi media pertumbuhan mikroorganisme.
**SLKI:**
- **C.2.3.1:** Tidak ada tanda infeksi (suhu tubuh ?37,5°C, leukosit normal, cairan asites jernih).
- **C.2.3.2:** Pasien memahami tindakan pencegahan infeksi.
**SIKI:**
- **C.2.3.1.1:** Pantau tanda vital dan leukosit.
- **C.2.3.1.2:** Kolaborasi pemeriksaan kultur cairan asites.
- **C.2.3.1.3:** Edukasi higiene personal dan lingkungan.
---
**4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: D.1.2)**
**Penjelasan:**
Penumpukan cairan dalam abdomen menekan diafragma, mengurangi kapasitas paru, dan menyebabkan kelelahan, sehingga pasien kesulitan melakukan aktivitas fisik.
**SLKI:**
- **D.1.2.1:** Pasien mampu beraktivitas sesuai toleransi (skala Borg ?4).
- **D.1.2.2:** Tidak ada dispnea saat aktivitas.
**SIKI:**
- **D.1.2.1.1:** Rencanakan aktivitas bertahap dengan periode istirahat.
- **D.1.2.1.2:** Ajarkan teknik penghematan energi.
---
**5. Gangguan Harga Diri (SDKI: E.2.1)** *(untuk asites kronis)*
**Penjelasan:**
Perubahan bentuk tubuh dan ketergantungan pada prosedur medis (misalnya parasentesis) dapat menurunkan harga diri pasien.
**SLKI:**
- **E.2.1.1:** Pasien mengekspresikan penerimaan terhadap kondisi.
- **E.2.1.2:** Berpartisipasi dalam perawatan diri.
**SIKI:**
- **E.2.1.1.1:** Berikan dukungan psikologis.
- **E.2.1.1.2:** Libatkan keluarga dalam edukasi.
---
**Catatan:**
- Kode mengacu pada **Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 4, SLKI, dan SIKI (PPNI, 2019)**.
- Intervensi disesuaikan dengan etiologi asites (sirosis, gagal jantung, malignansi).
**Referensi:**
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: PPNI.