Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3242 | 23 Oct 2024
Klinis : pasien jantung dengan diagnosa medis CHF EC CAD mengatakan nyeri dada, PASIEN tampak meringis sakit, skala nyeri 3, passien mudah lelah saat melakukan aktivitas dan tampak gelisah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.9
- Deskripsi: Gagal jantung, tidak diklasifikasikan di tempat lain (CHF)
- Kode: I25.10
- Deskripsi: Penyakit jantung iskemik kronis, atherosclerotic heart disease of native coronary artery without angina pectoris (CAD)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.65
- Deskripsi: Pengukuran intensitas nyeri
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memiliki diagnosis medis Congestive Heart Failure (CHF) yang disebabkan oleh Coronary Artery Disease (CAD). Pasien mengeluhkan nyeri dada, tampak meringis kesakitan dengan skala nyeri 3, dan mudah lelah saat beraktivitas serta tampak gelisah.
Kode ICD-10 I50.9 digunakan untuk gagal jantung yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, yang sesuai dengan kondisi CHF pada pasien. Sedangkan kode ICD-10 I25.10 digunakan untuk penyakit jantung iskemik kronis akibat atherosclerosis pada arteri koroner tanpa angina pektoris, yang sesuai dengan kondisi CAD pada pasien.
Dalam kasus ini, tidak ditemukan prosedur atau tindakan medis yang spesifik, tetapi dilakukan pengukuran intensitas nyeri yang tercatat dengan kode ICD-9-CM 89.65.
Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap memberikan penjelasan yang lebih rinci. -
Article No. 3243 | 23 Oct 2024
Klinis : Ds:klien mengelu nyeri pada perut,nyeri sekitar luka sc nyeri sewaktu2 Do:td:90/60 mmhg,nadi 98 x/mnit ,suhu:36,2,RR: 24 x-mnt,kunjungtiva anemis,fundus uteri 2 jari di bawa pusat,perdarahan kurang lebih 250 cc,hb ,79 g/dl,RBC 2,57,HCT 20,7 ,natrium 143 mmol,kalium 3,5 mmol,aptt 38,1,klorida 104 mmol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Perdarahan pasca seksio sesarea
3. Risiko perburukan perfusi jaringan
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
Klien mengalami keluhan nyeri pada perut dan sekitar luka sesar, serta nyeri yang sewaktu-waktu muncul. Hal ini merupakan indikasi adanya nyeri akut yang perlu ditangani.
2. Perdarahan Pasca Seksio Sesarea
- SDKI: Perdarahan
- SLKI: Manajemen Perdarahan
- SIKI: Manajemen Perdarahan Pasca Seksio Sesarea
Berdasarkan data objektif, klien mengalami perdarahan kurang lebih 250 cc setelah seksio sesarea. Hal ini perlu ditangani untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut.
3. Risiko Perburukan Perfusi Jaringan
- SDKI: Perfusi Jaringan
- SLKI: Manajemen Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Risiko Perburukan Perfusi Jaringan
Klien memiliki tanda-tanda seperti tekanan darah rendah (90/60 mmHg), nadi cepat (98 x/menit), dan nilai laboratorium yang abnormal (Hb 7,9 g/dL, RBC 2,57, HCT 20,7%). Hal ini dapat menyebabkan perburukan perfusi jaringan yang perlu dikelola dengan baik. -
Article No. 3244 | 23 Oct 2024
Klinis : Tn. A umur 50 tahun datang ke UGD RSAB Jakarta jam 13.00 WIB dengan keluhan kaki kanan bengkak dan nyeri, tidak nafsu makan. Saat pemeriksaan didapatkan TD: 160/90 mmHg, pitting odema (+++) pada kaki kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
Penjelasan Singkat:
Kelebihan volume cairan merupakan kondisi di mana terdapat peningkatan jumlah cairan dalam kompartemen intravaskular, interstisial, atau keduanya. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan mekanisme regulasi cairan, seperti penurunan fungsi ginjal, asupan cairan yang berlebihan, atau retensi cairan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana terdapat peningkatan jumlah cairan dalam satu atau lebih kompartemen tubuh.
- Faktor Terkait: Gangguan mekanisme regulasi cairan.
- Karakteristik Umum: Edema, peningkatan berat badan, distensi vena leher, bunyi jantung melemah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan keseimbangan cairan.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan edema, berat badan stabil, dan tidak ada tanda-tanda kelebihan volume cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Cairan, Pemantauan Tanda Vital, Perawatan Edema.
- Aktivitas Keperawatan: Mengatur asupan dan output cairan, memantau tanda-tanda vital, menjaga posisi ekstremitas yang bengkak, dan memberikan edukasi kepada pasien.
Dengan tone = akademis dan persona = pakar, maka intervensi keperawatan yang direkomendasikan harus sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI, serta diberikan dengan pendekatan yang komprehensif dan berorientasi pada bukti terbaik. -
Article No. 3245 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 24 tahun, dirawat di rumah sakit jiwa karena mencoba bunuh diri. Keluarga mengatakan ayahnya meninggal gantung diri setelah di PHK setahun yang lalu. Sejak kecil pasien dikenal sebagai anak yang ambisius, selalu sedih dan menangis serta mengurung diri berhari-hari bila gagal dalam sekolahnya.Aspek apakah yang menjadi faktor predisposisi pada kasus di atas ? A. Sosial dan spiritual B. Psikologi dan sosial C. Psikologi dan sosial D. Spiritual dan biologi E. Biologi dan psikologi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, aspek psikologi dan sosial menjadi faktor predisposisi yang paling dominan pada kasus ini.
1. Kode ICD-10:
- Kode: X60
- Deskripsi: Intentional self-poisoning by and exposure to nonopioid analgesics, antipyretics and antirheumatics
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.63
- Deskripsi: Psychiatric admission to 24-hour facility
Penjelasan:
Aspek psikologi dan sosial menjadi faktor predisposisi yang paling dominan pada kasus ini, dengan alasan sebagai berikut:
1. Aspek Psikologi:
- Pasien dikenal sejak kecil sebagai anak yang ambisius, selalu sedih dan menangis serta mengurung diri berhari-hari bila gagal dalam sekolahnya, menunjukkan adanya masalah pada kondisi psikologis pasien.
- Setelah kematian ayahnya karena bunuh diri, pasien mengalami trauma dan depresi yang menyebabkan percobaan bunuh diri.
2. Aspek Sosial:
- Kematian ayahnya setelah di-PHK setahun yang lalu menimbulkan tekanan dan masalah sosial bagi pasien.
- Riwayat keluarga dengan masalah bunuh diri juga dapat menjadi faktor risiko bagi pasien.
Dengan demikian, faktor predisposisi yang paling dominan pada kasus ini adalah aspek psikologi dan sosial, yang saling terkait dan mempengaruhi kondisi kesehatan mental pasien. -
Article No. 3246 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 24 tahun, dirawat di rumah sakit jiwa karena mencoba bunuh diri. Keluarga mengatakan ayahnya meninggal gantung diri setelah di PHK setahun yang lalu. Sejak kecil pasien dikenal sebagai anak yang ambisius, selalu sedih dan menangis serta mengurung diri berhari-hari bila gagal dalam sekolahnya.Aspek apakah yang menjadi faktor predisposisi pada kasus di atas ? A. Sosial dan spiritual B. Psikologi dan sosial C. Psikologi dan sosial D. Spiritual dan biologi E. Biologi dan psikologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Bunuh Diri
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Bunuh Diri adalah suatu keadaan di mana individu memiliki niat dan/atau tindakan untuk menghilangkan nyawa sendiri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Risiko Bunuh Diri adalah pasien dapat mengenali dan mengelola faktor risiko bunuh diri, serta pasien mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran secara konstruktif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa Risiko Bunuh Diri antara lain:
a. Eksplorasi faktor risiko bunuh diri
b. Manajemen stres
c. Terapi kognitif dan perilaku
d. Terapi suportif
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, psikiater, dll.)
Berdasarkan informasi yang diberikan, aspek yang menjadi faktor predisposisi pada kasus di atas adalah Psikologi dan Sosial.
Alasannya:
1. Aspek Psikologi: Sejak kecil, pasien dikenal sebagai anak yang ambisius, selalu sedih, menangis, dan mengurung diri ketika mengalami kegagalan di sekolah. Hal ini menunjukkan adanya masalah psikologis yang menjadi faktor predisposisi.
2. Aspek Sosial: Kematian ayah pasien akibat bunuh diri setelah di-PHK setahun yang lalu merupakan faktor sosial yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien dan menjadi faktor predisposisi.
Jadi, jawaban yang tepat adalah C. Psikologi dan Sosial.
Semoga penjelasan ini dapat membantu. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 3247 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 18 tahun, mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, adalah seorang aktifis organisasi di kampusnya. Klien merasa malu karena memiliki bau badan yang sangat menyengat, tidak senang bila ada teman yang membicarakannya. Klien menghindar bertemu dengan teman dekatnya dan marah bila diberi masukan tentang penggunaan deodorantApakah masalah keperawatan pada kasus di atas ? A. Harga diri rendah situasional B. Harga diri rendah kronis C. Gangguan citra tubuh D. Perilaku kekerasan E. Isolasi sosial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah:
C. Gangguan citra tubuh
Penjelasan:
Gangguan citra tubuh merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan keadaan dimana klien mengalami distorsi persepsi dan/atau ketidakpuasan terhadap penampilan fisiknya.
Dalam kasus ini, klien merasa malu dan tidak nyaman dengan bau badan yang sangat menyengat, serta tidak senang ketika teman-temannya membicarakan hal tersebut. Klien juga menghindar dari bertemu dengan teman dekatnya dan marah ketika diberi masukan tentang penggunaan deodoran. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada persepsi dan penerimaan klien terhadap kondisi fisiknya.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan standar diagnosis keperawatan yang diterbitkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar hasil atau outcome yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar tindakan atau intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosis keperawatan tertentu. -
Article No. 3248 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 18 tahun, mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, adalah seorang aktifis organisasi di kampusnya. Klien merasa malu karena memiliki bau badan yang sangat menyengat, tidak senang bila ada teman yang membicarakannya. Klien menghindar bertemu dengan teman dekatnya dan marah bila diberi masukan tentang penggunaan deodorantApakah masalah keperawatan pada kasus di atas ? A. Harga diri rendah situasional B. Harga diri rendah kronis C. Gangguan citra tubuh D. Perilaku kekerasan E. Isolasi sosial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosiskeperawatan yang paling sesuai adalah:
C. Gangguan citra tubuh
Penjelasan:
Gangguan citra tubuh adalah ketidakmampuan untuk membentuk gambaran dan sikap positif terhadap ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh sendiri.
Pada kasus ini, klien merasa malu dan tidak nyaman dengan bau badan yang dimilikinya. Hal ini mempengaruhi persepsi dan perasaan klien terhadap kondisi tubuhnya, sehingga menyebabkan gangguan citra tubuh.
Klien cenderung menghindar dari teman-temannya dan marah bila mendapat masukan terkait penggunaan deodoran, menunjukkan bahwa klien tidak dapat menerima kondisi tubuhnya saat ini.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
- Memberikan dukungan emosional
- Membantu klien mengidentifikasi persepsi negatif terhadap citra tubuh
- Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran
- Membantu klien meningkatkan perawatan diri
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
Tujuan utama intervensi adalah membantu klien meningkatkan penerimaan dan kepuasan terhadap kondisi tubuhnya saat ini. -
Article No. 3249 | 23 Oct 2024
Klinis : Sindrom Koroner Akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Sindrom Koroner Akut.
Diagnosis Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung
- Penjelasan: Kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah secara efektif, sehingga menyebabkan penurunan suplai darah ke seluruh tubuh.
2. Nyeri Dada Akut
- Penjelasan: Rasa nyeri atau tidak nyaman di dada yang terjadi secara tiba-tiba dan membutuhkan penanganan segera.
3. Intoleransi Aktivitas
- Penjelasan: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik karena adanya keterbatasan kapasitas fisiologis.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Peningkatan Curah Jantung
2. Penurunan Nyeri Dada
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Kardiovaskular
- Intervensi untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
2. Manajemen Nyeri
- Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
3. Manajemen Aktivitas
- Intervensi untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menggunakan pendekatan holistik dalam menangani pasien dengan Sindrom Koroner Akut. Dengan memahami dan menerapkan standar keperawatan yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya yakin dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. -
Article No. 3250 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien: John Doe Usia: 45 Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal: 07/12/2024 Waktu: 14:30 S: Subjective Keluhan Utama (CC): "Saya mengalami nyeri dada selama dua jam terakhir." Riwayat Penyakit Saat Ini (HPI): Nyeri mulai terjadi tiba-tiba saat John sedang beristirahat Menggambarkan nyeri sebagai sensasi berat seperti tekanan di tengah dadanya Nyeri memancar ke lengan kiri dan rahang Gejala terkait termasuk sesak napas, berkeringat, dan mual Nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau mengonsumsi antasida. Riwayat Medis Masa Lalu: Hipertensi, hiperlipidemia Obat-obatan: Lisinopril, atorvastatin Alergi: Tidak ada riwayat alergi obat yang diketahui Riwayat Sosial (NKDA): Merokok 1 bungkus per hari, konsumsi alkohol sesekali O: Objektif Tanda Vital: Tekanan Darah (TD): 160/100 mmHg Detak Jantung (HR): 98 denyut per menit Laju Pernapasan (RR): 22 napas per menit Suhu (Suhu): 98,6°F (37°C) Saturasi Oksigen (SpO2): 94% untuk udara ruangan Pemeriksaan Fisik: Keseluruhan: Tampak cemas dan diaphoretic. Kardiovaskular: Jantung terdengar normal, tidak ada murmur atau gallop, jugular venous distension (JVD) ada Respirasi: Bersih saat auskultasi bilateral, tanpa wheezing atau crackle Gastrointestinal: Perut tidak nyeri, suara usus normal Ekstremitas: Tidak ada edema, nadi perifer ada dan seimbang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien John Doe:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan sindrom koroner akut, ditandai dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, berkeringat, dan mual.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- Karakteristik Definitif: Keluhan nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, perilaku protektif.
- Faktor Berhubungan: Agen cedera biologis, agen cedera kimiawi, agen cedera fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Manajemen nyeri, Tingkat nyeri terkendali, Kenyamanan terpenuhi.
- Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri berkurang, Mendemonstrasikan strategi mengatasi nyeri, Menunjukkan tanda-tanda vital stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, Pemberian analgetik, Terapi relaksasi.
- Aktivitas Keperawatan: Menilai karakteristik nyeri, Mengajarkan teknik relaksasi, Memantau efektivitas analgetik. -
Article No. 3251 | 23 Oct 2024
Klinis : Keluhan Utama (CC): "Saya mengalami nyeri dada selama dua jam terakhir." Riwayat Penyakit Saat Ini (HPI): Nyeri mulai terjadi tiba-tiba saat John sedang beristirahat Menggambarkan nyeri sebagai sensasi berat seperti tekanan di tengah dadanya Nyeri memancar ke lengan kiri dan rahang Gejala terkait termasuk sesak napas, berkeringat, dan mual Nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau mengonsumsi antasida. Riwayat Medis Masa Lalu: Hipertensi, hiperlipidemia Obat-obatan: Lisinopril, atorvastatin Alergi: Tidak ada riwayat alergi obat yang diketahui Riwayat Sosial (NKDA): Merokok 1 bungkus per hari, konsumsi alkohol sesekali O: Objektif Tanda Vital: Tekanan Darah (TD): 160/100 mmHg Detak Jantung (HR): 98 denyut per menit Laju Pernapasan (RR): 22 napas per menit Suhu (Suhu): 98,6°F (37°C) Saturasi Oksigen (SpO2): 94% untuk udara ruangan Pemeriksaan Fisik: Keseluruhan: Tampak cemas dan diaphoretic. Kardiovaskular: Jantung terdengar normal, tidak ada murmur atau gallop, jugular venous distension (JVD) ada Respirasi: Bersih saat auskultasi bilateral, tanpa wheezing atau crackle Gastrointestinal: Perut tidak nyeri, suara usus normal Ekstremitas: Tidak ada edema, nadi perifer ada dan seimbang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Dada Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area dada.
Definisi SDKI:
Nyeri dada akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial di area dada, yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat.
Definisi SLKI:
Kemampuan individu untuk mengenali, melaporkan, dan mengatasi nyeri dada yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat.
Definisi SIKI:
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dada yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami nyeri dada yang muncul secara tiba-tiba, disertai dengan gejala-gejala lain seperti sesak napas, berkeringat, dan mual. Nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau penggunaan obat antasida, sehingga kemungkinan besar menunjukkan adanya kondisi yang serius, seperti sindrom koroner akut. Pemeriksaan objektif juga menunjukkan tanda-tanda klinis yang mendukung diagnosis nyeri dada akut.