Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5185 | 10 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30 tahun, sering menyendiri dan melamun akibat ditinggal mati oleh suaminya seminggu yang lalu, pasien tidak mau makan dan minum, pasien sering menangis dan mengurung diri. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan SLKI, SIKI. dan sebutkan obat-abatan yang digunakan untuk mengobati pasien tersebut.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10, diagnosis, serta obat-obatan yang digunakan untuk mengobati pasien tersebut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F43.2
- Deskripsi: Gangguan Penyesuaian, dengan gejala depresi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Konseling psikologis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Diagnosis SDKI:
- Risiko Bunuh Diri
- Kesepian
- Berduka Disfungsional
Rencana Tindakan Keperawatan (SLKI):
- Pemantauan Keselamatan
- Dukungan Emosional
- Terapi Kognitif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Depresi
- Manajemen Risiko Bunuh Diri
- Terapi Modalitas
Rencana Pengobatan:
Berdasarkan kondisi pasien, pengobatan yang dapat diberikan adalah:
- Antidepresan (misalnya Selective Serotonin Reuptake Inhibitor/SSRI, Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitor/SNRI)
- Anxiolitik (misalnya Benzodiazepine)
- Terapi Psikologis (Cognitive Behavioral Therapy/CBT, Terapi Dukungan)
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala depresi akibat kehilangan suaminya, sehingga diagnosis yang sesuai adalah Gangguan Penyesuaian dengan gejala depresi (F43.2). Kode ICD-9-CM 94.39 menunjukkan konseling psikologis yang dapat diberikan sebagai salah satu intervensi.
Diagnosis SDKI mencakup risiko bunuh diri, kesepian, dan berduka disfungsional, yang perlu ditangani melalui intervensi keperawatan seperti pemantauan keselamatan, dukungan emosional, dan terapi kognitif. Obat-obatan yang dapat diberikan adalah antidepresan dan anxiolitik untuk mengatasi gejala depresi dan kecemasan, serta terapi psikologis sebagai pendukung pengobatan. -
Article No. 5186 | 10 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30 tahun, sering menyendiri dan melamun akibat ditinggal mati oleh suaminya seminggu yang lalu, pasien tidak mau makan dan minum, pasien sering menangis dan mengurung diri. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan SLKI, SIKI. dan sebutkan obat-abatan yang digunakan untuk mengobati pasien tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis komprehensif berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Risiko Depresi Berat (00149)
- Penjelasan: Pasien menunjukkan tanda-tanda depresi yang signifikan setelah kematian suaminya, seperti menyendiri, melamun, tidak mau makan dan minum, sering menangis, dan mengurung diri. Kondisi ini menempatkan pasien pada risiko depresi berat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Fungsi Psikososial (1209)
- Penjelasan: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat memulihkan fungsi psikososialnya setelah kehilangan suami, seperti mampu berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi dengan baik, dan beradaptasi dengan situasi kehilangan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Kognitif (6680)
- Penjelasan: Intervensi untuk membantu pasien mengubah pola pikir negatif dan maladaptif menjadi lebih positif dan adaptif dalam menghadapi situasi kehilangan.
2. Manajemen Duka Cita (5290)
- Penjelasan: Intervensi untuk membantu pasien melalui proses berduka dan menerima kehilangan yang dialami.
3. Terapi Suportif (5100)
- Penjelasan: Intervensi untuk memberikan dukungan emosional, informasi, dan bantuan praktis kepada pasien selama masa berduka.
Obat-obatan yang dapat dipertimbangkan:
1. Antidepressan (misalnya Selective Serotonin Reuptake Inhibitors - SSRI)
- Untuk mengatasi gejala depresi dan membantu stabilisasi mood pasien.
2. Anxiolitik (misalnya Benzodiazepines)
- Untuk mengurangi kecemasan dan membantu relaksasi pasien.
Dengan pendekatan yang komprehensif berdasarkan standar PPNI, diharapkan pasien dapat melewati masa berduka, memulihkan fungsi psikososialnya, dan mencapai kondisi emosional yang stabil. -
Article No. 5187 | 10 Nov 2024
Klinis : seorang anak usia 4 tahun dibawa orang tuanya berobat ke rumah sakit karena buang air kecilnya kurang, pekat dan warnanya kecoklatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan eliminasi urin
Penjelasan: Kondisi ini ditandai dengan buang air kecil yang kurang, pekat, dan berwarna kecoklatan, yang menunjukkan adanya gangguan dalam eliminasi urin.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara adekuat.
- Karakteristik Utama: Perubahan frekuensi, volume, atau warna urin.
- Faktor yang Berhubungan: Proses patologis, obstruksi saluran kemih, dehidrasi, ketidakmampuan mengontrol kandung kemih.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara adekuat.
- Indikator: Frekuensi, volume, dan warna urin normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi: Manajemen eliminasi urin
- Definisi: Upaya untuk memfasilitasi eliminasi urin yang adekuat.
- Aktivitas: Kaji pola eliminasi urin, monitor intake dan output cairan, berikan edukasi tentang eliminasi urin, berikan terapi farmakologis atau nonfarmakologis sesuai kebutuhan. -
Article No. 5188 | 10 Nov 2024
Klinis : seorang anak usia 4 tahun dibawa orang tuanya berobat ke rumah sakit karena buang air kecilnya kurang, pekat dan warnanya kecoklatan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi seorang anak usia 4 tahun dengan keluhan buang air kecil yang kurang, pekat, dan berwarna kecoklatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Infeksi saluran kemih, lokasi tidak dispesifikasikan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika diperlukan):
- Kode: 88.78
- Deskripsi: Prosedur diagnostik dan terapeutik pada kandung kemih, tidak diklasifikasikan di tempat lain, termasuk: kateterisasi kandung kemih, irrigasi kandung kemih, uji fungsi kandung kemih.
Penjelasan:
Kode ICD-10 N39.0 merujuk pada infeksi saluran kemih (ISK) yang tidak dispesifikasikan. Kondisi ini umum terjadi pada anak-anak, terutama usia 4 tahun, dan dapat menyebabkan keluhan-keluhan seperti yang disebutkan, yaitu buang air kecil yang kurang, urin yang pekat, dan berwarna kecoklatan.
Jika diperlukan, prosedur diagnostik dan terapeutik yang mungkin dilakukan dapat meliputi kateterisasi kandung kemih, irrigasi kandung kemih, atau uji fungsi kandung kemih, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 88.78. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab masalah dan memberikan penanganan yang sesuai. -
Article No. 5189 | 10 Nov 2024
Klinis : Ny. M usia 60 tahun warga negara pakistan. datang ke IGD dgn keluhan sesak nafas dan nyeri dada. TTV dalam batas normal. Saat ini Ny. M berkunjung pertama kali ke Indonesia. Ny. M sedikit bisa bahasa Indonesia. Ketika akan diperiksa tekanan darah dan ECG Ny.M tidak bersedia melepas baju dan jilbabnya. Kata Anak laki-lakinya, beliau tidak terbiasa membuka jilbab didepan anak laki-lakinya. Sedangkan menantunya yang bersedia membantu adalah warga negara indonesia yang sedikit mengerti bahasa pakistan Ny. M
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi Ny. M yang dijabarkan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan sesak napas
- Ditandai dengan adanya suara napas tambahan, retraksi otot bantu napas, dan perubahan frekuensi napas
2. Intoleransi Aktivitas
- Berhubungan dengan nyeri dada
- Ditandai dengan adanya keluhan kelelahan dan sesak napas saat beraktivitas
3. Kesiapan Meningkatkan Komunikasi
- Berhubungan dengan bahasa yang berbeda
- Ditandai dengan adanya kesulitan berkomunikasi antara pasien dan tenaga kesehatan
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Kesiapan Meningkatkan Komunikasi: Motivasi untuk meningkatkan pertukaran informasi, perasaan, pikiran, dan kebutuhan dengan orang lain.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas dari obstruksi.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kesiapan Meningkatkan Komunikasi: Pasien dan tenaga kesehatan dapat berkomunikasi secara efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Manajemen jalan napas, fisioterapi dada, dan edukasi tentang teknik batuk efektif.
- Intoleransi Aktivitas: Manajemen aktivitas, manajemen nyeri, dan latihan fisik.
- Kesiapan Meningkatkan Komunikasi: Fasilitasi komunikasi, penggunaan alat bantu komunikasi, dan peningkatan kemampuan komunikasi.
Dalam menangani kasus Ny. M, penekanan pada intervensi keperawatan terkait komunikasi menjadi sangat penting, mengingat adanya perbedaan bahasa dan budaya. Peran tenaga kesehatan dan keluarga dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif akan sangat membantu proses asuhan keperawatan. -
Article No. 5190 | 10 Nov 2024
Klinis : pasien nyeri dada, HB 8
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Halo, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan nyeri dada dan kadar Hb 8 g/dL.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit, cedera, agen pencedera biologis.
2. Penurunan Volume Darah
Definisi: Penurunan volume cairan ekstrasel yang bersirkulasi, yang menyebabkan penurunan pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Faktor yang Berhubungan: Perdarahan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pola respons manusia. Diagnosa keperawatan tersebut mencakup definisi, faktor terkait, karakteristik utama, dan indikator diagnostik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan luaran keperawatan yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien sebagai hasil intervensi keperawatan. Luaran keperawatan mencakup definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. Intervensi keperawatan mencakup definisi, aktivitas, dan pengkhususan.
Semoga informasi ini membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 5191 | 10 Nov 2024
Klinis : Pasien A (66 th), diagnosa medis: gastritis kronis dan Pasien B (46 th), diagnosa medis vertigo. Pasien A sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tersebut. Sudah hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Pasien A memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Pasien B hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya; Pasien B mengeluh tidak bisa tidur di malam hari karena Pasien A setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga, setelah lampu dimatikan (oleh Pasien B) di malam hari, Pasien A sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sampai tertidur dan tidak mematikan lampu. Pasien B berusaha tidur dengan lampu terang, tetapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Pasien B sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Pasien A tentang lampu ini, tetapi Pasien A menjawab, “Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur. Jika kurang tidur, asam lambungku naik.” Pasien B juga terganggu dengan dengkuran Pasien A. Pasien B minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R. VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tetapi Pasien B keberatan karena masalah biaya. Pasien A juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun di malam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh.” Pasien A juga keberatan dengan kebiasaan Pasien B yang suka menyalakan/monton acara musik, sementara Pasien A tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik: Pasien A; TD: 120/90 mmHg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Pasien B; TD: 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Pasien A (66 th), diagnosa medis: gastritis kronis
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan (terkait dengan kebiasaan Pasien B)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan mual dan muntah akibat gastritis kronis
Penjelasan singkat:
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Kualitas Tidur Terganggu
- SIKI: Manajemen Lingkungan Tidur
Pasien A mengalami gangguan pola tidur akibat perubahan lingkungan, yaitu lampu yang menyala terus-menerus dan suara dari Pasien B. Hal ini membuat Pasien A terbangun di malam hari dan sulit kembali tidur.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan mual dan muntah akibat gastritis kronis
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas Menurun
- SIKI: Manajemen Aktivitas
Pasien A mengalami mual yang dapat memicu muntah akibat kondisi gastritis kronis yang dideritanya. Hal ini membatasi kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Pasien B (46 th), diagnosa medis vertigo
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan (terkait dengan kebiasaan Pasien A)
2. Nyeri kronis berhubungan dengan vertigo
Penjelasan singkat:
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Kualitas Tidur Terganggu
- SIKI: Manajemen Lingkungan Tidur
Pasien B mengalami gangguan pola tidur akibat perubahan lingkungan, yaitu lampu yang terus-menerus menyala dan suara dengkuran Pasien A. Hal ini membuat Pasien B tidak bisa tidur nyenyak.
2. Nyeri kronis berhubungan dengan vertigo
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Kemampuan Mengatasi Nyeri Menurun
- SIKI: Manajemen Nyeri
Pasien B mengalami vertigo yang menyebabkan nyeri kepala kronis. Kondisi ini membatasi aktivitasnya sehari-hari.
Secara umum, permasalahan utama yang terjadi adalah ketidaksesuaian antara kebutuhan dan preferensi tidur masing-masing pasien, yang berdampak pada kualitas tidur dan fungsi aktivitas mereka. Pendekatan kolaboratif dan komunikasi yang efektif antara perawat, pasien, dan keluarga diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini. -
Article No. 5192 | 10 Nov 2024
Klinis : Pasien A (66 th), diagnosa medis: gastritis kronis dan Pasien B (46 th), diagnosa medis vertigo. Pasien A sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tersebut. Sudah hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Pasien A memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Pasien B hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya; Pasien B mengeluh tidak bisa tidur di malam hari karena Pasien A setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga, setelah lampu dimatikan (oleh Pasien B) di malam hari, Pasien A sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sampai tertidur dan tidak mematikan lampu. Pasien B berusaha tidur dengan lampu terang, tetapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Pasien B sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Pasien A tentang lampu ini, tetapi Pasien A menjawab, “Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur. Jika kurang tidur, asam lambungku naik.” Pasien B juga terganggu dengan dengkuran Pasien A. Pasien B minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R. VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tetapi Pasien B keberatan karena masalah biaya. Pasien A juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun di malam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh.” Pasien A juga keberatan dengan kebiasaan Pasien B yang suka menyalakan/monton acara musik, sementara Pasien A tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik: Pasien A; TD: 120/90 mmHg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Pasien B; TD: 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. sebutkan 5 diagnosis dari pasien b
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan 5 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Pasien B (46 tahun) dengan vertigo berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
1. Insomnia berhubungan dengan gangguan lingkungan (pencahayaan yang tidak sesuai) yang ditandai dengan pasien sulit memulai dan mempertahankan tidur.
- SDKI: Insomnia
- SLKI: Pola Tidur Teratasi
- SIKI: Manajemen Lingkungan: Nyaman
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan dan vertigo yang ditandai dengan pasien mengalami pusing saat berdiri atau bergerak.
- SDKI: Risiko Jatuh
- SLKI: Bebas Jatuh
- SIKI: Manajemen Risiko Jatuh
3. Nyeri berhubungan dengan vertigo yang ditandai dengan pasien mengeluh pusing dan rasa berputar di kepala.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Nyeri Terkendali
- SIKI: Manajemen Nyeri
4. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakcocokan gaya hidup dengan pasien lain yang ditandai dengan pasien merasa terganggu dengan kebiasaan pasien lain.
- SDKI: Gangguan Interaksi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial Efektif
- SIKI: Fasilitasi Interaksi Sosial
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan vertigo yang ditandai dengan pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Perawatan Diri Adekuat
- SIKI: Pelatihan Perawatan Diri
Dalam memberikan diagnosa keperawatan, perawat harus mempertimbangkan masalah kesehatan yang dialami pasien, tanda dan gejala yang muncul, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diagnosa keperawatan yang tepat akan membantu perawat dalam menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 5193 | 10 Nov 2024
Klinis : Pasien A (66 th), diagnosa medis: gastritis kronis dan Pasien B (46 th), diagnosa medis vertigo. Pasien A sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tersebut. Sudah hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Pasien A memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Pasien B hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya; Pasien B mengeluh tidak bisa tidur di malam hari karena Pasien A setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga, setelah lampu dimatikan (oleh Pasien B) di malam hari, Pasien A sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sampai tertidur dan tidak mematikan lampu. Pasien B berusaha tidur dengan lampu terang, tetapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Pasien B sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Pasien A tentang lampu ini, tetapi Pasien A menjawab, “Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur. Jika kurang tidur, asam lambungku naik.” Pasien B juga terganggu dengan dengkuran Pasien A. Pasien B minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R. VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tetapi Pasien B keberatan karena masalah biaya. Pasien A juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun di malam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh.” Pasien A juga keberatan dengan kebiasaan Pasien B yang suka menyalakan/monton acara musik, sementara Pasien A tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik: Pasien A; TD: 120/90 mmHg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Pasien B; TD: 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. sebutkan 5 diagnosis dari pasien b dengan tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan menganalisis kondisi pasien B berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien B (46 tahun) dengan diagnosa medis vertigo, mengalami beberapa masalah keperawatan. Lima diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien B adalah:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Pola Tidur Terganggu
- SIKI: Manajemen Gangguan Tidur
Pasien B mengeluh tidak bisa tidur di malam hari karena terganggu oleh cahaya lampu dan suara dari pasien A. Hal ini berdampak pada istirahat dan pemulihan pasien.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas Menurun
- SIKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
Pasien B mengalami vertigo yang menyebabkan dirinya tidak dapat beraktivitas secara normal. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Tingkat Kecemasan Menurun
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Pasien B merasa cemas dengan kondisi vertigo yang dialaminya, terutama saat mencoba tidur dalam kondisi ruangan yang gelap. Hal ini dapat menambah perburukan kondisi pasien.
4. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik Membaik
- SIKI: Peningkatan Mobilitas
Vertigo yang dialami pasien B dapat membatasi kemampuan mobilitas fisiknya, sehingga ia merasa kesulitan untuk beraktivitas.
5. Perubahan Persepsi Sensori: Pengelihatan
- SDKI: Perubahan Persepsi Sensori: Pengelihatan
- SLKI: Fungsi Sensori Membaik
- SIKI: Manajemen Perubahan Persepsi Sensori
Pasien B merasa terganggu dengan pencahayaan yang terang, yang mempengaruhi kondisi vertigo yang dialaminya. Hal ini perlu dikelola dengan tepat untuk membantu pemulihan pasien.
Dengan mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang tepat, Ns. Dinda dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien B mengatasi masalah-masalah yang dialaminya selama perawatan. -
Article No. 5194 | 10 Nov 2024
Klinis : pasien post operasi laparatomi perdarahan hingga 1600ml, tekanan darah 60 per 32 mmhg, nadi 143 kali permenit, irama ekg sinus takikardi, akral dingin, pucat produksi drain 100mlper jam, produksi urin 0.3mlperkgbbperjam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Tubuh Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi Laparotomi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penurunan volume cairan tubuh adalah berkurangnya cairan intra dan ekstravaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai.
2. Perfusi Jaringan: Kemampuan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan: Intervensi untuk mengatur masukan dan pengeluaran cairan tubuh.
2. Manajemen Perdarahan: Intervensi untuk mengendalikan dan mencegah perdarahan.
3. Pemantauan Hemodinamik: Intervensi untuk memantau status kardiovaskular.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami perdarahan pasca operasi laparotomi dengan tanda-tanda hipovolemia (tekanan darah rendah, nadi cepat, akral dingin, pucat, produksi urin rendah), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Penurunan Volume Cairan Tubuh Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi Laparotomi.