Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5258 | 11 Nov 2024
Klinis : eliminasi urine
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi eliminasi urine.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Eliminasi Urin
Definisi:
Gangguan pola eliminasi urin yang ditandai dengan adanya perubahan frekuensi, volume, konsistensi, atau kemampuan untuk mengontrol pembuangan urin.
Penyebab:
1. Faktor fisiologis: Disfungsi saluran urinaria, infeksi saluran kemih, obstruksi saluran kemih, neurologi, dll.
2. Faktor psikologis: Stres, kecemasan, depresi.
3. Faktor lingkungan: Keterbatasan akses ke toilet, kurangnya privasi.
Faktor Risiko:
- Usia (anak-anak, lansia)
- Penyakit kronis (diabetes, stroke, parkinson)
- Kondisi pembedahan (prostat, ginekologi)
- Penggunaan obat-obatan tertentu
Pemeriksaan:
- Pengkajian pola eliminasi urin (frekuensi, volume, konsistensi, warna, bau)
- Pemeriksaan fisik (abdomen, genitalia, refleks, kontraksi otot panggul)
- Pemeriksaan laboratorium (urinalisis, tes fungsi ginjal)
Intervensi Keperawatan:
- Manajemen eliminasi urin
- Mencegah komplikasi (infeksi, inkontinensia)
- Edukasi pasien dan keluarga
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.)
Standar Dokumentasi Keperawatan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan standar dokumentasi keperawatan, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan gangguan eliminasi urin. -
Article No. 5259 | 11 Nov 2024
Klinis : etiologi infeksi saluran kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi etiologi infeksi saluran kemih. Saya akan menyajikannya dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Saluran Kemih
Definisi:
Risiko Infeksi Saluran Kemih adalah kerentanan terhadap masuknya organisme patogen ke dalam saluran kemih, yang dapat menyebabkan kolonisasi dan multiplikasi, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Faktor Risiko:
1. Obstruksi saluran kemih
2. Kateterisasi urin
3. Penurunan sistem imun
4. Usia lanjut
5. Diabetes melitus
6. Inkontinensia urin
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi saluran kemih
2. Pantau tanda dan gejala infeksi saluran kemih
3. Dorong peningkatan asupan cairan
4. Ajarkan perawatan daerah genital yang benar
5. Berikan antibiotik sesuai indikasi
6. Pertahankan kebersihan dan kekeringan area sekitar kateter urin
Outcome yang Diharapkan:
1. Pasien tidak mengalami infeksi saluran kemih
2. Pasien memahami faktor risiko infeksi saluran kemih
3. Pasien mampu melakukan perawatan daerah genital yang benar
4. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran kemih
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan rencana intervensi berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi etiologi infeksi saluran kemih. Sebagai seorang pakar perawat, saya berharap penjelasan ini dapat membantu dalam memahami dan mengelola kondisi tersebut. -
Article No. 5260 | 11 Nov 2024
Klinis : etiologi infeksi saluran kemih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi etiologi infeksi saluran kemih.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Saluran Kemih
Definisi: Rentan terhadap invasi dan pertumbuhan patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
Etiologi Infeksi Saluran Kemih:
Infeksi saluran kemih (ISK) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor intrinsik:
- Anomali anatomi saluran kemih
- Disfungsi kandung kemih
- Obstruksi saluran kemih
- Mobilitas menurun
- Usia tua
2. Faktor ekstrinsik:
- Kateterisasi urin
- Prosedur diagnostik atau terapeutik pada saluran kemih
- Akses parenteral yang tidak tepat
- Higiene perineal yang buruk
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Saluran Kemih didefinisikan sebagai rentan terhadap invasi dan pertumbuhan patogen, yang dapat mengancam kesehatan. Tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah:
- Suhu tubuh meningkat
- Disuria
- Nyeri suprapubik
- Hematuria
- Leukosituria
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
- Bebas dari tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Tidak ada komplikasi akibat infeksi saluran kemih
- Proses penyembuhan infeksi saluran kemih yang optimal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko infeksi saluran kemih, antara lain:
- Mempertahankan higiene perineal yang baik
- Melakukan perawatan kateter urin secara aseptik
- Memantau tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan infeksi saluran kemih
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah saya paparkan merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menangani kondisi etiologi infeksi saluran kemih. -
Article No. 5261 | 11 Nov 2024
Klinis : Ny W usia 65 tahun dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: RR 35x/mnt, TD = 80/64 mmHg, HR = 150x/mnt, irama jantung tidak teratur, terlihat distensi vena jugularis, terdengar suara ronchi di area dasar paru-paru dan ada pitting edema di kedua ekstremitas. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, atrial fibrilasi, dan gagal jantung dengan penurunan ejection fraction. Rontgen dada menunjukkan kongesti paru bilateral sedang dengan pembesaran baru pada siluet jantung yang menunjukkan kardiomegali sekunder atau efusi pericardial. Hasil Lab: WBC 8,9 x 109/L, Hb 9,5 g/dL, AST = 382U/L, ALT = 395U/L, dan troponin I 180 ng/ml.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan hemodinamik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. W usia 65 tahun dipindahkan ke ruang perawatan intensif dengan temuan klinis yang mengarah pada kondisi gagal jantung kongestif. Tanda-tanda klinis yang mendukung diagnosis ini adalah:
- Takipnea (RR 35x/mnt)
- Hipotensi (TD 80/64 mmHg)
- Takikardia dengan irama tidak teratur (HR 150x/mnt)
- Distensi vena jugularis
- Suara ronki di area dasar paru-paru
- Edema perifer
Pasien juga memiliki riwayat penyakit penyerta yang dapat berkontribusi pada kondisi gagal jantung, yaitu diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, atrial fibrilasi, dan penurunan ejection fraction. Hasil pemeriksaan penunjang, seperti rontgen dada yang menunjukkan kongesti paru bilateral dan pembesaran jantung, serta peningkatan enzim jantung (troponin I), mendukung diagnosis gagal jantung kongestif.
Kode ICD-10 yang sesuai adalah I50.0 (Gagal jantung kongestif). Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik tercantum, tetapi dapat digunakan kode 93.90 (Pemantauan hemodinamik, tidak diklasifikasikan di tempat lain) untuk mencerminkan tindakan pemantauan dan pengobatan yang dilakukan pada pasien di ruang perawatan intensif. -
Article No. 5262 | 11 Nov 2024
Klinis : Ny W usia 65 tahun dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: RR 35x/mnt, TD = 80/64 mmHg, HR = 150x/mnt, irama jantung tidak teratur, terlihat distensi vena jugularis, terdengar suara ronchi di area dasar paru-paru dan ada pitting edema di kedua ekstremitas. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, atrial fibrilasi, dan gagal jantung dengan penurunan ejection fraction. Rontgen dada menunjukkan kongesti paru bilateral sedang dengan pembesaran baru pada siluet jantung yang menunjukkan kardiomegali sekunder atau efusi pericardial. Hasil Lab: WBC 8,9 x 109/L, Hb 9,5 g/dL, AST = 382U/L, ALT = 395U/L, dan troponin I 180 ng/ml.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, serta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SDKI:
- Intoleransi Aktivitas: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau energi.
SLKI:
- Toleransi Aktivitas Meningkat: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gejala kelelahan atau kekurangan oksigen.
SIKI:
- Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk memfasilitasi, mempromosikan, dan menjaga kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas jantung.
SDKI:
- Penurunan Curah Jantung: Ketidakmampuan jantung untuk memompa volume darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI:
- Curah Jantung Membaik: Kemampuan jantung untuk memompa volume darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SIKI:
- Manajemen Hemodinamik: Intervensi untuk memantau, mengatur, dan mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
SDKI:
- Kelebihan Volume Cairan: Kondisi di mana cairan tubuh melebihi batas normal, yang dapat mengganggu fungsi fisiologis.
SLKI:
- Volume Cairan Terkendali: Keseimbangan cairan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
SIKI:
- Manajemen Cairan: Intervensi untuk memantau, mengatur, dan mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
Penjelasan singkat:
Ny. W mengalami kondisi yang kompleks dengan adanya riwayat penyakit kronis, tanda-tanda gagal jantung, dan gangguan hemodinamik. Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berkaitan dengan penurunan toleransi aktivitas, penurunan curah jantung, dan kelebihan volume cairan. Perawatan yang komprehensif dan kolaboratif diperlukan untuk mengatasi kondisi Ny. W, dengan mengacu pada standar asuhan keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 5263 | 11 Nov 2024
Klinis : Seorang pria berusia 29 tahun menjalani operasi kandung empedu laparoskopi elektif yang berjalan lancar. Malam setelah operasi, pasien gelisah mengeluh sakit perut hebat dengan skala 8/10, berkeringat dingin dan BAB kehitaman cair 5x dalam 6 jam terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan HR 130 x/menit, TD 80/40 mm Hg, RR 28 x/menit, hiperventilasi, SpO2 92%, dan haluaran urin 120 cc selama 8 jam terakhir. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb dari 11 gram/dL sebelum operasi menjadi 6 gram/dl pasca operasi. Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran ketika dipindah ke ruang ICU dan penurunan SpO2 88% dengan peningkatan RR 32 x/menit. Hasil gas darah menunjukkan pH 7.29, pCO2 50 mmHg, p02 90 mmHg, HCO3 27 mEq/L, BE -2, AaDO2 48,7. daignosis resiko infeksi dengan faktor resiko apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Prosedur pembedahan, penurunan kadar Hb, penurunan kesadaran, dan hiperventilasi.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan, penurunan kadar Hb, penurunan kesadaran, dan hiperventilasi.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal, kadar Hb meningkat, dan kesadaran pasien pulih.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Observasi tanda-tanda vital, pemantauan kadar Hb, pemberian oksigen, peningkatan intake cairan, pemberian antibiotik, dan edukasi tentang pencegahan infeksi.
Berdasarkan kondisi pasien, risiko infeksi merupakan diagnosa keperawatan yang paling sesuai. Faktor risiko yang teridentifikasi adalah prosedur pembedahan, penurunan kadar Hb, penurunan kesadaran, dan hiperventilasi. Perawatan yang komprehensif sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI sangat penting untuk mencegah komplikasi dan mempercepat pemulihan pasien. -
Article No. 5264 | 11 Nov 2024
Klinis : risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Prosedur invasif
2. Imunokompromais
3. Kerusakan integumen
4. Malnutrisi
5. Usia ekstrem (anak-anak dan lansia)
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bebas Infeksi
2. Tanda-tanda Infeksi Terkendali
3. Pemulihan Integritas Kulit
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Infeksi
2. Perawatan Luka
3. Pencegahan Infeksi
4. Pemantauan Tanda Vital
5. Edukasi Kesehatan
Penjelasan Singkat:
Risiko Infeksi merupakan diagnosis keperawatan yang mengidentifikasi kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi antara lain prosedur invasif, imunokompromais, kerusakan integritas kulit, malnutrisi, serta usia ekstrem (anak-anak dan lansia).
Luaran keperawatan yang diharapkan adalah bebas infeksi, tanda-tanda infeksi terkendali, dan pemulihan integritas kulit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen infeksi, perawatan luka, pencegahan infeksi, pemantauan tanda vital, serta edukasi kesehatan.
Sebagai perawat profesional, kita perlu memahami dan menerapkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan oleh PPNI untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan berpusat pada pasien. -
Article No. 5265 | 11 Nov 2024
Klinis : Px dengang gangguan Susana hati berubah"
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya adalah seorang perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan gangguan suasana hati berubah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan Suasana Hati (Mood Swings)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Perubahan Suasana Hati (Mood Swings) didefinisikan sebagai perubahan dalam emosi, suasana hati, dan disposisi yang tidak stabil dan tidak dapat diprediksi. Pasien mungkin mengalami perubahan cepat dari suasana hati yang positif ke negatif atau sebaliknya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan pasien dengan Perubahan Suasana Hati (Mood Swings) adalah:
a. Pasien dapat mengenali dan mengelola perubahan suasana hatinya.
b. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang membantu menstabilkan suasana hatinya.
c. Pasien dapat mempertahankan hubungan dan interaksi sosial yang positif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Perubahan Suasana Hati (Mood Swings) meliputi:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perubahan suasana hati pasien.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi yang tepat.
c. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen perubahan suasana hati.
d. Fasilitasi pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang membantu menstabilkan suasana hatinya.
e. Monitoring dan evaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan gambaran terkait diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI untuk kondisi pasien dengan gangguan suasana hati berubah. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih. -
Article No. 5266 | 11 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sesak napas, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan oksigenasi adekuat.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi untuk membantu pasien dalam mempertahankan pola napas yang efektif.
Penjelasan Singkat:
Pola napas tidak efektif adalah diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan gangguan pernapasan, seperti sesak napas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit paru, gangguan jantung, atau masalah lainnya. Tujuan perawatan adalah membantu pasien mempertahankan pola napas yang efektif dan mencegah komplikasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau status pernapasan, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan mengajarkan teknik pernapasan yang benar.
Dalam konteks ini, peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dan membantu mencapai luaran yang diharapkan, sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 5267 | 11 Nov 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Pola nafas tidak efektif adalah kondisi di mana perubahan dalam kedalaman, frekuensi, atau ritme pernapasan yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi alveolar.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola napas tidak efektif ditandai dengan adanya perubahan frekuensi, kedalaman, dan ritme pernapasan yang menyebabkan ventilasi alveolar tidak adekuat.
- Faktor yang berhubungan dapat berupa gangguan mekanik, gangguan pertukaran gas, dan gangguan kontrol neural.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, ditandai dengan frekuensi, kedalaman, dan ritme pernapasan yang normal.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan memantau status pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, mengatur posisi, memberikan oksigen, dan mengatasi faktor penyebab.
- Tujuan intervensi adalah mempertahankan pola napas yang efektif dan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan pola napas tidak efektif.
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan pola napas tidak efektif, perawat harus memahami standar diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memberikan perawatan yang optimal.